Cerita ini bagian dari novel online “The Little Adventure of Nuel".
Biar makin menikmati, baca saja dulu chapter- chapter sebelumnya.
Per tanggal 23 April 2023, kaver “The Little Adventure of Nuel" berubah. Dan, setiap chapter akan konsisten menggunakan kaver barunya. Perubahan kaver untuk kali kedua pada tanggal 25 Juli 2023.
*****
Aku--melalui IN's Online Shop--ikut memasarkan Minyak Kutus-Kutus dan air beroksigen Oxy Water.
Call my online shop in Instagram @_inonlineshop_ dan 0877-9175-6320....
Kamis, 14 Februari 2008
Cuaca cerah
Valentine's Day kali ini biasa saja. Malah aku nggak merasakan suasananya. Mungkin karena aku lagi libur kuliah dan bukan anak SMA lagi. Maksudnya, karena nggak ada lagi acara palentin-palentinan kayak sewaktu SMA dulu.
Juga, nggak ada Du-Du, yang merupakan singkatan dari Dari-Untuk-Dengan-Ucapan. Itu semacam SMS begitu, tapi kerjanya manual, alias manusia yang kerja. Pakai jasa kurir. Kita kirim satu pesan ke panitia Du-Du, yang pesannya itu untuk seseorang (yang rata-rata untuk gebetan atau pacar). Ucapan kita nantinya di tempel di mading masing-masing kelas. Agak ekstrem sih, tapi bikin berdebar dan menurut aku, cukup memorable.
Aku baru tahu hari ini Valentine's Day dari stasiun televisi. Entah kenapa rata-rata stasiun televisi gencar banget mempromosikan Valentine's Day. Yang salah satunya, Trans TV akhirnya memutar film Ada Apa Dengan Cinta. Film yang dulu sempat pengin aku tonton semasa SMP dulu. Nggak pernah kesampaian, yang akhirnya ada stasiun televisi yang menayangkannya. Cari DVD-nya di rental juga susah banget, loh. Setiap soundtrack di dalam film Ada Apa Dengan Cinta benar-benar mengingatkan aku dengan seseorang dan Tar-Q. Yang seseorang, sudahlah, malas sebut nama kali ini. Yang Tar-Q, dulu Pak Yudis sering banget suruh kita memainkan lagu Ada Apa Dengan Cinta, yang kalau nggak dengan seruling, yah, dengan pianika.
Wahai pujangga cinta biar membelai indah
Teladani kalbuku
Jujurlah pada hatimu
Perbedaan aku dan engkau
Biar menjadi bait
Dalam puisi cinta terindah
Oh iya, Valentine's Day kali ini, aku dapat kado juga. Dalam bentuk SMS, bukannya coklat (walau aku lebih suka coklat daripada kata-kata). Pertama, dari Aceng, teman SMA, yang entah ada angin apa, dia mengucapkan aku “Happy Valentine's Day” setelah azan Dzuhur. Yang kedua, Selvie yang membalas ucapan “Happy Valentine's Day” aku, yang cuma forward SMS Aceng itu.
Kemarin itu juga, aku mengalami satu pengalaman yang kurang menyenangkan. Oh, bukan, bukan karena dicopet. Jadi, begini ceritanya.
Ceritanya bermula sejak saat aku naik bus nomor 77. Tadinya niat mau isi KRS dan mengejar tanda tangan PA. Sebetulnya, dari awal naik bus, aku sudah dapat tempat duduk, yaitu di depan, yang persis samping sopir. Nah, sampai di pintu tol Kebon Jeruk, aku mendadak berdiri. Panas, lah, duduk di situ, kena uap dari mesin busnya. Mungkin juga gara-gara itu, setelah melewati tol, aku juga bingung kenapa sebetulnya, badanku mendadak lemas. Nggak cuma lemas, tapi pengin muntah dan pingsan. Karena terus-terusan dalam kondisi kayak begitu, aku sempat jongkok. Mana situasinya lagi ramai penumpang. Makanya aku pindah berdiri dekat pintu bus. Di situlah, aku lebih sering jongkok dengan kondisi mata sempat berkunang-kunang.
Yah, untungnya Tuhan masih memberkati aku. Sampai kampus, aku baik-baik saja. Yang begitu turun di depan BRI, aku langsung beli air mineral. Nggak cuma itu, sih. Aku sibuk cari sesuatu yang bisa aku makan. Ketemulah aku dengan tukang lontong yang mangkal nggak jauh dari Atmajaya. Eh, sumpah deh, ketupat sayurnya enak banget. Selain enak banget, benar-benar menyelamatkan nyawa aku banget, yang sempat nyaris pingsan di dalam bus.
Tapi, kebahagiaan aku cuma sebentar. Lagi enak-enaknya makan lontong sayur, ada teman kuliah yang kirim SMS. Dia bilang jadwal pengisian KRS-nya diubah lagi hingga tanggal 18 Februari. Brengsek, kan. Mau langsung pulang, tapi aku putuskan masuk dulu saja ke dalam kampus. Di kampus, aku ketemu Rama yang mau mengejar tanda tangan PA. Rama juga mau konsul soal nilai-nilainya yang katanya hancur.
“Jangan langsung pulang dulu, Nuel. Temenin gue ke sekre dulu. Nanti gue traktir bubur ayam, deh.” kata Rama, yang akhirnya aku mau menemani dia konsul di Sekretariat Lantai 4.
Benar, sih. Yang benar-benar ditraktir sama Rama. Ia mentraktir aku semangkok bubur ayam, yang sayangnya bubur ayamnya nggak ada rasa. Ah, masa lebih enak tukang lontong di luar kampus, sih. Keluar dari kampus itu sekitar jam 11. Ternyata kios korannya sudah buka. Eh, ada komik Detektive Conan dijual di sana. Volume terbaru juga yang dijual. Langsung deh, aku beli.
Komik Detective Conan yang kubeli kemarin di kios dekat Atmajaya itulah yang merupakan salah satu temanku di Valentine's Day. Aku baca Conan sembari membayangkan aku adalah Shinichi Kudo alias Conan Edogawa, dan Ran Mouri-nya adalah…
…ah, malas, ah, sebut namanya. Setiap kali teringat, bikin pikiran aku semrawut lagi. Untungnya kemarin aku nggak ketemu dia di kampus. Padahal kemarin jadwal pengisian KRS untuk fakultasnya.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰