Cerita ini bagian dari novel online “The Little Adventure of Nuel".
Biar makin menikmati, baca saja dulu chapter- chapter sebelumnya.
Per tanggal 23 April 2023, kaver “The Little Adventure of Nuel" berubah. Dan, setiap chapter akan konsisten menggunakan kaver barunya.
*****
Aku--melalui IN's Online Shop--ikut memasarkan Minyak Kutus-Kutus dan air beroksigen Oxy Water.
Call my online shop in Instagram @_inonlineshop_ dan 0877-9175-6320.
Jika ada yang mau membantuku secara finansial, kalian...
Selasa, 28 Agustus 2007
Cuaca cerah
Sebelumnya, jujur aku katakan aku sebetulnya punya jiwa playboy, tapi jiwanya belum keluar-keluar juga. Yang ada, jiwa pemalu dan pendiam yang merasuki aku. Padahal ingin sekali aku menjadi seorang playboy kayak di FTV yang aku tonton. Atau, kayak di film “John Tucker Must Die”. Kayaknya enak begitu, jadi playboy, yang di kiri dan kanan kita, dikelilingi cewek-cewek cakep (mendadak aku teringat satu scene di "Kabhie Kushi Kabhie Gam).
Sampai remaja ini (19 tahun), aku sudah suka banyak gadis (aku masih normal, dan nggak suka yang tua-tua!). Mulai dari cinta pertama, Becky. Lalu, pernah naksir teman sekelas, Mareta. Kepincut adik kelas, Karlinda, Angel, Stephanie, atau Vicky. Begitu masuk SMA, naksir berat sama Curie, Mona, Monik, atau teman di GO kayak Febe atau Suryati. Dan, nggak terhitung lagi cewek-cewek yang aku taksir. Tadi saja sewaktu di Life Skill Education, aku naksir anak Psikologi, yang aku nggak tahu namanya siapa. Cantik, nih, cewek, tipeku banget, mata sipit, rambut panjang, dan kulit putih. Aku selalu demen cewek-cewek Oriental, yang nggak tahu sejak kapan.
Halah. Ngomong opo kowe, sih?
Abaikan, Bro Diary. Pikiran ngawur gara-gara tadi apes. Sudah diburu senior-senior angkatan 2004 ke atas, eh aku salah naik bus. Hampir saja aku terbawa hingga Harapan Indah. Aku baru tahu Harapan Indah itu di Bekasi. Selama ini aku kira Harapan Indah itu di Karawang.
Jadi, ceritanya begini, sepulang dari kuliah, aku pulang dulu ke rumah. Selesai kelas itu jam 08.30. Acara Life Skill Education itu jam 13.00. Lumayan, lah, pulang dulu ke rumah. Seenggaknya bisa mampir ke warnet dekat Supermall Karawaci. Sebetulnya aku pengin banget menunggu di kampus, tapi bakal lama banget. Lagian aku belum terlalu familier sama lingkungan sekitar Atmajaya. Plangi juga buka di jam 10. Daripada bete di sekitar Atmajaya, kupikir, coba pulang dulu ke Tangerang. Hitung-hitung bertualang kayak Ninja Hattori, yang mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudera,…
Dan, ternyata, singkat cerita, Tuhan mengabulkan doa aku. Beneran aku dibuat Tuhan bertualang. Aku nyasar, Diary. Aku salah naik bus. Aku baru sadar salah naik bus sewaktu bus yang aku tumpangi melewati Plangi (Plangi itu nama gaulnya Plaza Semanggi, aku baru tahu dari Lausandi). Sewaktu melewati Plaza Semanggi, aku mulai curiga. Kecurigaan mulai bertambah ketika busnya terus melaju beberapa kilometer melewati Plangi dan hampir mendekati Patung Pancoran. Sumpah, Diary, aku baru pertama kali lihat Patung Pancoran dari jarak dekat, dan aku bersyukur atas insiden nyasar ini.
“Mas, ini bus 62, yah?" tanyaku rada-rada panik.
Si kenek memicingkan mata dan menatapku aneh yang nyaris mau ketawa lebar, “Ente emangnya mau ke mana, Bang?”
“Ke Karawaci, Tangerang."
“Wah, mabok ente beneran, padahal baru jam sembilan pagi. Ini bus mau ke Harapan Indah, Bekasi. Salah naik bus, ente. Lagian Harapan Indah itu perumahan elit, dan banyak artis tinggal di situ, ane nggak percaya modelan kayak ente tinggal di Harapan Indah. Ngimpi di siang bolong ente, Bang!"
Sambil muka yang sudah merah banget, aku langsung turun dari bus jurusan Harapan Indah tersebut. Terpaksa aku harus naik Kopaja (atau, Metromini, yah?), untuk transit di depan Polda, lalu, naik bus nomor 34 di daerah Slipi Bawah. Yang begitu tiba di Karawaci, aku bergegas main game online di warnet yang ada nggak jauh dari Supermall Karawaci. Biasa, sebentar main Counter Strike.
Itu baru keapesan yang pertama. Yang kedua itu aku alami setelah selesai mengikuti Life Skill Education, yang nggak jauh beda sama Drugs Education. Begitu selesai ikut seminar kampus (yang wajib diikuti), aku langsung naik bus nomor 77. Untung langsung dapet. Bus akhirnya terus melaju di tengah-tengah kemacetan ibukota. Nah, kira-kira di depan MPR, datang, tuh, orang yang minta duit. Aku kira kenek, makanya aku berikan uang goceng. Aku segera sadar, kenapa dia tak memberikan kembalian, karena ongkosnya cuma dua ribu lima ratus rupiah. Langsung saja aku ambil uangnya dari si peminta-minta. Sumpah, gara-gara itu, aku sampai ditertawakan mbak-mbak di samping aku.
“Baru pertama kali naik bus umum, yah, Dek?” kata si mbak-mbak yang kayaknya karyawati kantor itu sembari nyengir. “Orang tadi bukan kenek, tapi pengamen. Sering gitu, kalo naik bus umum. Hati-hati, yah, Dek, salah-salah kamu malah ketemu copet. Untung si ibu-ibu penganen tadi nggak marah."
Yah, memang si ibu-ibu tadi pengamen, sih. Dengan suaranya yang sumbang banget, dia nyanyi lagu “Bersama Bintang”-nya Drive, yang entah kenapa aku teringat sinetron Candy, yang tokoh Candy diperankan sama Rachel Amanda. Kemarin sinetronnya lagi seru-serunya. Candy ketemu pujaan hatinya, setelah sekian lama mencari dan menunggu.
DRIVE - BERSAMA BINTANG
Tidurlah selamat malam
Lupakan sajalah aku
Mimpilah dalam tidurmu
Bersama bintang
Begitu si mbak-mbak karyawati kantor selesai ngomong, kiri-kanan-depan-belakang aku ketawa ngakak, yang mau nggak mau aku juga ikutan ketawa. Kami ketawa lepas begitu sampai seberang Rumah Sakit Harapan Kita. Kebetulan si mbak-mbak karyawati kantor tadi turun di situ.
Benar-benar satu hari aku habiskan di jalan. Kata-kata itu sungguh doa. Tuhan sungguh membuat hari aku ini menjadi hari bertualang. Serasa jadi Ninja Hattori, yang mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudera,…
Untungnya, di rumah ada perayaan. Kak Sely berulangtahun. Ada banyak makanan enak kayak puyunghai, capcai, bistik babi, martabak telur, sama cumi-cumi kesukaan aku.
Sempat capek tenan, tapi akhirnya kenyang mampus.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰