Cerita ini bagian dari novel online “The Little Adventure of Nuel".
Biar makin menikmati, baca saja dulu chapter- chapter sebelumnya.
Per tanggal 23 April 2023, kaver “The Little Adventure of Nuel" berubah. Dan, setiap chapter akan konsisten menggunakan kaver barunya.
*****
Aku--melalui IN's Online Shop--ikut memasarkan Minyak Kutus-Kutus dan air beroksigen Oxy Water.
Call my online shop in Instagram @_inonlineshop_ dan 0877-9175-6320.
Jika ada yang mau membantuku secara finansial, kalian...
16 Juni 2007
Cuaca cerah
AKU LULUS!
Yah, tadinya aku mau teriak begitu, setelah terima amplop dari Bu Iin.
Tadi, di Tar-Q, seluruh murid kelas 12 berkumpul. Andai ada yang nggak datang ke Tar-Q, aku juga nggak tahu. Aku (dan mungkin yang lainnya) terlalu tegang menanti apakah kita lulus atau nggak.
Nggak kayak waktu kelas 10, aku dan murid-murid kelas 12 langsung disuruh berkumpul di aula sekolah. Nggak jauh dari gerbang sekolah. Terus, disuruh berbaris menurut kelas masing-masing. Masing-masing murid terima amplop dari wali kelas masing-masing.
Kelas 12 IPS 1 dari Pak Joko. Kelas 12 IPS 2 dari Bu Iin. Terakhir, kelas 12 IPA dari Bu Valen.
Cuma ada kata pembukaan selama beberapa menit (dan, nggak sampai lima belas menit) dari kepala sekolah, Pak Joko (bukan Pak Joko, wali kelas 12 IPS 1; di Tar-Q, ada dua Pak Joko). Selanjutnya, disuruh berbaris dan terima amplop.
Setelah sudah terima amplop, dan juga menunggu aba-aba dari Pak Joko Kepsek, aku dan lainnya langsung membuka amplop.
“Wuoooh…!!!!” Harry berteriak sambil melemparkan tinju ke udara kosong. “LULUS GUE, BOB, MAR, CENG, WIL!"
(Maksudnya, Bobi, Mario, Aceng, Wilkie)
Mario menggeleng-gelengkan kepala, tersenyum. “Biasa, aja, Har, biasa. Nggak usah norak. Kadang malu gue, punya temen kayak lu, Har.”
“Lulus kamu, Nuel?" Bu Iin menghampiri aku.
Aku cuma mengangguk.
“Mama kamu pasti bangga dan seneng banget. Dari sejak kamu masuk Tar-Q, Mama itu sayang banget sama kamu, Nuel. Kamu hampir mau tinggal kelas, dia ngemis-ngemis ke guru-guru kamu agar kamu bisa naik kelas. Nanti, di kampus, nggak boleh lagi jadi pemalu, yah. Harus berani."
Lagi-lagi aku cuma tersenyum dan mengangguk.
Pak Joko (wali kelas sebelah) menyalami aku sembari tersenyum. “Cowok tuh harus berani. Nggak boleh terus malu-malu kucing. Oh iya, Bapak penasaran, tiga tahun sekolah di Tar-Q, ada nggak murid perempuan yang kamu taksir?"
Aku bingung. Ini harus jawab atau nggak. Di saat itulah, yang bikin aku tambah bingung, mendadak Yulius dan Nico nyanyi lagu yang lagi ngetren.
Jawabku dalam hati (yang sambil melihat Curie dan aku tersenyum malu-malu), ada sih, Pak, tapi aku malu ngomong ke orangnya, orangnya tau nggak sih aku naksir dia.
“Sesungguhnya aku tak bisa jalani waktu tanpamu, perpisahan bukanlah duka, meski harus menyisakan luka…” Yulius asyik banget menyenandungkan lagu dari Drive itu.
Eh, Nico menyambung, “Tidurlah, selamat malam, lupakan sajalah aku, mimpilah dalam tidurmu, bersama bintang…”
Aku sempat bengong di depan Bu Iin dan Pak Joko. Aku juga bingung kenapa kepikiran sama Becky. Di pikiran aku, setelah dengar lagu “Bersama Bintang” tadi, Becky di sana lulus atau nggak? Ikut SPMB atau nggak?
Itu dari sinetron. Baru tayang bulan Juni ini. Kalau nggak salah, yah, sekitar seminggu sebelum pengumuman kelulusan. Judul sinetronnya itu “Candy”. Bagus banget, sih, sinetronnya. Yang main itu Rachel Amanda, yang pernah main film “I Love You, Om!” Acting Amanda keren banget. Eh, beberapa hari lalu, aku berteman sama Amanda di Friendster. Sama Nimas juga, yang katanya sahabatnya Amanda.
Eh, kenapa malah ngomong soal sinetron “Candy” atau Becky, sih? Sinetronnya bagus juga, sih.
Pokoknya aku senang banget. Untungnya lulus. Bye, bye, Matematika. Nggak perlu stress-stress ketemu angka-angka lagi. Kalau nggak lulus, aku nggak tahu lagi, deh. Soal nilai, belum diberitahukan. Mungkin nanti, kalau ijazah sudah dibagikan.
Thank, God. You are the best. Okay, next, SPMB!
Tapi, aku bingung, ikut SPMB atau nggak? Becky di sana ikut SPMB, nggak? Pengin bisa sekampus sama Becky. Kalau dia nggak ikut SPMB, mending kuliah di Atmajaya. Jurusan Hukum juga nggak jelek-jelek amat. Nanti pasti ada jalan soal impianku jadi penulis dan menerbitkan novel. Nggak harus Komunikasi juga, kan?
Walau sebelumnya aku kepikiran, apa jajal Sastra Indonesia di UI? Mau jadi penulis, yah, bagusnya kuliah di Sastra, dong.
Baiknya gimana?
Demi pujaan hati yang sudah lama nggak ketemu (eh, ini LDR atau bukan, sih?)? Atau, memperjuangkan impian sendiri?
Yang penting lulus, sih. Sekarang bahagia dulu, deh. Nikmati kebahagiaannya. Segitu senangnya sudah lulus SMA. Beberapa hari ini, nikmati kebahagiaan ini.
Terakhir, sepulang sekolah, waktu mau masuk ke dalam rumah, dari rumah di seberang, Pak Irawan teriak bahagia. Teman masa kecil aku, Riko, akhirnya lulus SMA. Semestinya Riko sudah lulus tahun lalu. Dia sempat tinggal kelas gara-gara sakit keras. Selamat, yah, Ko, kamu lulus juga. Samaan kita lulusnya.
(Baca: Insiden Rapor Hilang)
Tetangga sebelah aku juga lulus. Roni namanya, yang dulu pernah pinjam komik Dragon Ball volume terakhir ke aku. Dia tadi sempat bilang, mau coba tes di STAN, selain ikut SPMB juga.
Kata Roni, “Yah, kalau nggak lulus STAN sama SPMB, gue nganggur dulu setahun, Nuel. Rencananya mau coba peruntungan di UI. Eh, tapi UNJ bagus juga nggak, sih?”
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰