
Cerita ini bagian dari novel online “The Little Adventure of Nuel".
Biar makin menikmati, baca saja dulu chapter- chapter sebelumnya.
Per tanggal 23 April 2023, kaver “The Little Adventure of Nuel" berubah. Dan, setiap chapter akan konsisten menggunakan kaver barunya. Perubahan kaver untuk kali kedua pada tanggal 25 Juli 2023.
*****
Aku--melalui IN's Online Shop--ikut memasarkan Minyak Kutus-Kutus dan air beroksigen Oxy Water.
Call my online shop in Instagram @_inonlineshop_ dan 0877-9175-6320....
Kamis, 13 Mei 2010
Cuaca cerah
Hari ini aku mau cerita tentang seorang teman. Teman kuliahku. Namana Wahyudi Kosasih. Biasa dipanggil Yudi. Awalnya aku dan dia itu cukup akrab. Walau, menurut aku, dia itu cukup tersinggung dan agak pushy. Aku masih teringat kejadian di Jakarta Convention Center Januari kemarin.
(Baca: Ketemu Choky Sitohang di Wira Usaha Mandiri)
Iya, aku baru tahu Yudi orangnya mudah tersinggung setelah ada beberapa kejadian antara aku dan Yudi, yang suka dianggap mirip dengan Park Ji-Sung (sayap kiri Manchester United). Salah satu kejadian itu saat UTS kemarin itu. Waktu ujian Kriminologi di tanggal 21 April, pukul 12:15. Yang sebelumnya, di sekitar jam 8 pagi, aku SMS Yudi perihal sertifikat workshop aku. Namun, SMS aku tak kunjung dibalas. Ketemu Yudi di kampus, eh, aku malah dicuekin. Yah, andai memang Yudi yang pegang, kabari, kek.
Satu hari setelah ujian Kriminologi, menjelang ujian Kapita Selekta Pidana, aku--bersama Ferdi--didatangi Yudi. Tampang Yudi, what the, kenapa sinis begitu? Seolah-olah aku punya salah ke Yudi. Aku sih cuek saja. Mau kusapa, takut Yudi malah menjadi semakin senewen.
Begitu pun hari jumat, yang masih bernuansa UTS, yang setelah ujian Hukum Perjanjian Internasional. Sekitar jam 08:30, aku bertemu Yudi di depan YB 103. Lagi-lagi, Yudi bertampang sama. Sinis begitu. Oh, Jesus, damn, what's wrong with me, Wahyudi Kosasih?
Setelah kejadian tersebut (yang pasca ujian Hukum Perjanjian Internasional), mungkin Yudi kesal karena kejadian di hari sabtu, 17 April 2010. Dia telepon aku sekitar jam 9 pagi. Sumpah, aku benar-benar nggak tahu ada telepon masuk. Aku baru sadar satu-dua jam setelah panggilan dari Yudi itu. Yang nggak langsung aku balas, karena kupikir nggak terlalu penting. Pikir aku saat itu, mungkin cuma ngobrol. Mungkin karena itulah, sumber permasalahannya, kenapa Yudi sinis terus setiap bertemu dengan aku.
Makanya, aku coba tebus kesalahan aku. Kalau dia miscall, namun aku lagi nggak sempat jawab, aku selalu coba berusaha kirim SMS setelah itu. But, damn, he still gave me a f*cking damn cold shoulder. Tetap nggak pernah digubris.
Tanggal 25 April 2010, aku SMS kata-kata selamat hari minggu ke beberapa teman aku, yang termasuk ke Yudi. Eh, dia malah balas SMS begini:
“Kalo maksud lu SMS begini buat nanya sertifikat, sorry, gue nggak tau masalah sertifikat lu.”
Aku balas, “No problem. Cuma pengen silahturahmi aja ke temen-temen, Yud.”
Bahkan, saat Yudi SMS aku untuk meminta nomor Steven Maba, aku langsung berikan.
Nah, puncaknya, sehingga aku tahu Yudi itu kayak apa, saat tanggal 11 Mei 2010, tengah malam. Dia maki-maki aku lewat SMS:
“Eh, Nuel! Resek banget elo jadi orang! Ditelepon, nggak pernah diangkat!”
Sumpah, dah, ini orang kayak lagi mancing ribut sama aku. Aku masih saja tetap sabar ke Yudi. Aku balas saja SMS kenapa aku tidak bisa mengangkat telepon, karena lagi berhalangan. Aku juga sedang nggak enak badan. Rebahan sebentar, boleh dong. Aku pun menjelaskan akar masalahnya sembari meminta maaf untuk seluruh kesalahan aku ke Yudi, yang aku rasa kesalahan. Aku sempat bilang agar Yudi jangan mudah tersinggung.
Besoknya, ketika pulang kuliah, lagi di Karet, aku menghidupkan handphone Sony Ericsson K660i. Dia kirim SMS sampai tiga kali. Isinya bikin aku sakit hati. Sorenya baru aku balas. Aku jelaskan sekali lagi duduk perkaranya dan minta maaf lagi. Berikutnya, tak ada SMS lagi dari Yudi. Entah hanya dibaca, dibaca-lalu-dihapus, atau nggak dibalas karena beragam alasan (kayak nggak ada pulsa, misalnya).
Yang jelas, aku jadi tahu Yudi kayak gimana orangnya. Orangnya mudah tersinggung. Aku harus hati-hati berhadapan dengan Yudi ke depannya.
*****

Chapter ini, episode ini, bagian ini, khusus didedikasikan untuk Wahyudi Kosasih, salah seorang teman seangkatan aku di Fakultas Hukum Atmajaya. Entah di mana dan bagaimana keadaan Yudi sekarang. Ada yang bilang sudah meninggal. Ada yang bilang pula, hanya tak jelas saja keberadaannya. Sama seperti Steven Maba, Yudi adalah teman kuliah aku yang tak begitu eksis di media sosial.
Yudi, jika kamu membaca tulisan ini, aku merindukanmu, Kawan. Semoga kamu baik-baik saja. Mari kita saling mengampuni kesalahan-kesalahan kita masing-masing di masa lalu. Ayo, kita ketemuan! Ngobrol lagi! Saling curhat lagi, yuk!
Oh iya, terima kasih untuk kalian yang setia membaca novel yang based on true story ini. Aku berencana akan segera mengakhirinya. Mungkin ada final chapter-nya.
Terima kasih juga untuk Sisca, yang pernah meminta aku melacak keberadaan Yudi di tahun 2017 yang lalu. Aku langsung teringat pernah memiliki teman bernama Wahyudi Kosasih. Untuk Sisca juga, aku sudah memaafkan setiap kesalahan kamu ke aku. Semoga kamu baik-baik saja, juga lancar rezeki kamu, anakmu tumbuh dewasa dalam bimbingan Tuhan, yah, Sisca.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
