#127 The Little Adventure of Nuel : Salahkan Macet dan Hujan, Bu!

1
0
Deskripsi

Cerita ini bagian dari novel online “The Little Adventure of Nuel".

Biar makin menikmati, baca saja dulu chapter- chapter sebelumnya. 

Per tanggal 23 April 2023, kaver “The Little Adventure of Nuel" berubah. Dan, setiap chapter akan konsisten menggunakan kaver barunya. Perubahan kaver untuk kali kedua pada tanggal 25 Juli 2023.

*****

Aku--melalui IN's Online Shop--ikut memasarkan Minyak Kutus-Kutus dan air beroksigen Oxy Water. 

Call my online shop in Instagram @_inonlineshop_ dan 0877-9175-6320....

Rabu, 14 Januari 2009

Cuaca berawan

Apes. Kata itulah yang menggambarkan diri aku sekarang. Gara-garanya adalah telat. Itu juga karena bus yang kelewat lama ngetem dan macet yang nggak kira-kira. Ceritanya begini. 

Aku berangkat dari rumah sekitar jam setengah sebelas. Dari rumah, yah sekitar jam segitu. Rupanya menunggu Bus Nomor 77 itu terlalu lama. Bosan juga aku menunggu di satu titik saja. Dari yang awalnya aku menunggu di bawah jembatan penyeberangan Kebon Nanas, aku terus menerus berpindah-pindah. Maju sedikit ke depan bengkel, lalu maju hingga depan rumah sakit, dan nggak terasa aku sudah tiba di Irmas, nama jalan kecil yang menuju Perumahan Bona Sarana Indah. Busnya tetap tidak muncul-muncul. Padahal sudah jam sebelas, loh. Kelas Ilmu Negara dimulai di jam satu siang. Panik, lah, aku. 

Nggak sabar menunggu, aku memutuskan untuk terus jalan hingga depan Carrefour. Di situlah aku menunggu bus selama kurang lebih tiga puluh menit. Busyet, wah, makin panik aku. Sedikit-sedikit lihat jam di handphone. Untuk mengurangi kepanikan, aku memutuskan untuk jalan lagi hingga melewati Terminal Arimbi. Eh, masih tetap nggak muncul juga. Aku lanjut jalan terus, hingga bertemu bapak-bapak yang bernasib serupa. Nggak serupa-serupa banget, sih. Tapi, penyebab keuringan kita sama: Bus Nomor 77.

Bapak ini seorang lawyer, walau lebih ke arah penasehat hukum. Begitu katanya. Dia punya janji bertemu client di Grand Indonesia jam 12:30. Jelas saja dia panik. Azan Dzuhur sudah berkumandang, namun Bus Nomor 77 belum juga datang. Dia lalu bilang ke aku begini, “Apa saya naik P100 ini saja? Nanti nyambung sama bus lain buat ke GI, nya.”

Kebetulan Bus P100 sedang melintas. Aku sempat terpikirkan ide yang sama. Jam satu kelas Ilmu Negara bakal dimulai. Nanti aku bisa turun di perempatan Tomang, lalu naik Bus Nomor 44 atau Kopaja. Secepat kilat aku mengejar bus itu bareng si bapak-bapak lawyer yang harus ketemu client di Grand Indonesia. Terkejar, dong. Dapat tempat duduk juga. 

Berikutnya, aku kayak lagi dikerjain. Ya Tuhan, dosa apa aku semalam? Perasaan aku mimpi yang menyenangkan banget. Bus yang aku masuki itu terus melaju hingga  rest area. Kan, kampret, bus yang aku tunggu, busnya malah muncul di belakang, lalu coba menikung Bus P100. Aku dan si bapak-bapak bergegas untuk pindah bus. Aku benar-benar sewot. Si bapak-bapak lawyer juga nggak kalah dongkol. Kudengar, dia berkata, “Ya, Gusti Allah, semoga kekejar, jangan sampai telat.”

Si bapak-bapak lawyer ngomong begitu sambil mengecek handphone-nya. Pikirku dalam hati, client-nya penting banget, yah, sampe panikan gitu kalo telat. 

Dapat bus yang diinginkan, itu belum berarti kesialannya berhenti. Masih berlanjut, dong. Setelah melewati pintu masuk Kebon Jeruk, dihadang oleh kemacetan. Lumayan parah. Karena harus berhadapan dengan kemacetan hingga Bus Nomor 77 melewati Rumah Sakit Dharmais. Di dekat Pengadilan Negeri Jakarta Barat, kulihat si bapak-bapak lawyer makin gelisah. Ya iyalah, dia panik. Dia, kan, janji dengan client di jam 12:30, lah ini, sudah jam 12:18. Tanpa pikir panjang, dia bergegas untuk turun dari bus. 

“Saya lanjut naik ojek saja, Dek.” Begitu kata si lawyer yang kelihatannya benar-benar panik. “Client saya sudah tiba di J-Co Grand Indonesia. Takut kelamaan menunggu dia. Nggak enak saya. Ya, Gusti Allah, semoga dia mau menunggu sedikit lebih lama."

Sementara aku, panik juga. Sempatkah aku ikut kelas Ilmu Negara? Atau, ini untuk pertama kali aku tidak ikut kelas Ilmu Negara karena kepayahan menghadapi kemacetan ibukota? 

Benar saja, ini akan menjadi pengalaman pertama tidak ikut kelas karena macet. Di perempatan Slipi, macet lagi, dan, aduh, haruskah ngetem lagi? Tadinya aku berpikir untuk turun saja, tapi nanggung, kan. Kubela-belakan untuk bertahan di bus ini, hingga…

Bravo, Nuel! 

Yak, sampai Atmajaya, sudah jam 12:45. Aku setengah berlari setelah turun dari bus. Yang kudengar, dosen ini lumayan strict soal waktu. Kupercepat langkahku. Apesnya lagi, di depan Toilet BKS, eh, malah ketemu Yudi. Diajak ngobrol sebentar, aku. Padahal waktu terus bergulir, dan, yah, telat aku. Aku nggak bisa masuk ke dalam kelas lagi. Bu Susan tidak mengizinkan aku untuk masuk ke dalam kelas. 

Aku tidak langsung pulang. Mampir dulu ke Perpustakaan Atmajaya. Cari ide untuk bakal skripsi aku kelak. Di dalam perpustakaan, kuhabiskan selama setengah jam. Aku juga sempat mampir ke tempat fotokopi yang di seberang PKPM. Siapa tahu ada materi kuliah yang aku wajib ambil. Lama juga, sih. Karena aku harus menunggu antrean untuk terima hasil fotokopi materinya. 

Kulihat jam, sudah jam dua siang. Eh, anak-anak kelas Ilmu Negara tadi bubar, dan itu termasuk Budi dan Luther. Luther bilang, minggu depan ada quiz. Kebetulan, perwakilan kelas, yaitu Michael, baru mau meletakkan materi Ilmu Negara yang jadi bahan quiz minggu depan di tempat fotokopi yang aku datangi. Aku akhirnya baru benar-benar pulang di atas jam 14:30.

Itu juga keapesan aku belum berhenti. Pulangnya, begitu melewati Kebon Jeruk, turun hujan. Hujannya tidak berhenti hingga busnya tiba di Kebon Nanas. Terpaksa aku berteduh sambil makan nasi padang. Sampai di rumah, eh, ternyata salah satu atap rumah bocor. Kebanjiran, deh.

Apa pelajaran dari pengalaman hari ini? Yah, nggak ada, dong. Mungkin Tuhan dan satu alam semesta sedang menguji seberapa kuat aku bersabar saat diberikan masalah bertubi-tubi.  

Kena prank Bus 77. Macet. Terpaksa bolos kelas. Eh, pulangnya kehujanan dan kebanjiran. 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya #128 The Little Adventure of Nuel : Setelah UTS, Langsung Sakit Cacar
1
0
Cerita ini bagian dari novel online “The Little Adventure of Nuel.Biar makin menikmati, baca saja dulu chapter- chapter sebelumnya. Per tanggal 23 April 2023, kaver “The Little Adventure of Nuel berubah. Dan, setiap chapter akan konsisten menggunakan kaver barunya. Perubahan kaver untuk kali kedua pada tanggal 25 Juli 2023.*****Aku--melalui IN's Online Shop--ikut memasarkan Minyak Kutus-Kutus dan air beroksigen Oxy Water. Call my online shop in Instagram @_inonlineshop_ dan 0877-9175-6320.Jika ada yang mau membantuku secara finansial, kalian bisa mentransfer nominal yang kalian inginkan ke BRI 708901018369532 atas nama Immanuel Lubis.Author seperti aku juga butuh uang untuk menyambung nyawa. Dan, mulai tanggal 29 Mei 2023, aku memutuskan untuk menggratiskan novel ini. Bacanya gratis! *****
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan