
Sekali lagi Adit mengedarkan pandangannya, kini semua terlihat dengan jelas saat siang hari. Gubuk itu benar-benar kumuh. Piring-piring yang berjatuhan dan beberapa makanan terlihat sudah menjamur. Belum lagi bau pesing dan semacam kotoran kering menguar dari arah Siti.
“Sopo koe? Mas Dirman neng endi” (siapa kamu, Mas Dirman dimana) terdengar suara parau wanita. Sontak Adit menoleh, dia terkejud ternyata suara itu berasal dari bibir Siti. “Siti?” ucap Arif yang sudah mendekat kearah Siti.
“Tulung...
Tumbal Tali Perawan
10
2
9
Selesai
“Astaugfirulloh, panggil polisi sekarang” pekik Prianto, saat melihat kondisi jasad warganya. Tubuh wanita itu tergantung namun tidak selayaknya orang yang melakukan bunuh diri. Kondisinya benar-bener memprihatinkan, tampak darah masih mengalir dari pangkal kedua kakinya. Dengan kondisinya seperti itu, membuat darah menetes hingga menjadikan sebuah genangan kecil dibawahnya. Saat mata Prianto mengikuti arah tetesan darah. Betapa terkejudnya dia, segumpal daging berbentuk manusia sebesar kepalan tangan, jatuh persis diantara kedua kaki jasad wanita itu.
1 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Labuh Mayit - Sebuah Peringatan (Part 2)
2
0
Cerita ini merupakan lanjuta dari “Cerita Tentang Mereka” Spoiler :“Koe sopo cah bagus, panggonan mu ora neng kene. MULIH!!!” (kamu siapa anak ganteng, tempatmu bukan disini. PULANG!!!) terdengar jelas sekali bisikan suara seorang perempuan. Mendengar itu Bima langsung membuka matanya. Kini nampak sdengan jelas ada sesosok perempuan dengan pakaian jawa yang sederhana tengah mendelik menatapnya. “D—dimana ini? Siapa kamu?” tanya Bima. Tidak menjawab pertanyaan Bima, justru sosok tersebut berjalan menjauh, mendekati bibir pantai. Bima mencoba mengejar, namun sosok tersebut sudah hilang ditelan deburan ombak. Sekali lagi Bima mengedarkan pandangannya. Tersentak, tiba-tiba saja dia merasakan tangan kanannya seperti sedang ditempeli bara api yang sangat panas. “Cempoko Kuning...” ucap Bima saat merasakan mata tombak yang tersimpan di tangan kanannya bereaksi begitu kuat.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan