Sekali lagi Adit mengedarkan pandangannya, kini semua terlihat dengan jelas saat siang hari. Gubuk itu benar-benar kumuh. Piring-piring yang berjatuhan dan beberapa makanan terlihat sudah menjamur. Belum lagi bau pesing dan semacam kotoran kering menguar dari arah Siti.
“Sopo koe? Mas Dirman neng endi” (siapa kamu, Mas Dirman dimana) terdengar suara parau wanita. Sontak Adit menoleh, dia terkejud ternyata suara itu berasal dari bibir Siti. “Siti?” ucap Arif yang sudah mendekat kearah Siti.
“Tulung...