
“Apa yang sebetulnya sedang mereka sembunyikan” ucap Dinda. Kepalanya mulai terasa berat, ingin rasanya menanyakan semua ini kepada Bapaknya. Terlebih Dinda juga belum mengetahui, alasan kenapa Ajeng, Ibunya sampai tega membuangnya dipanti asuhan, hingga berbohong kepada setiap orang kalau Dinda sudah meninggal.
Dinda tiba-tiba saja tersentak, dan langsung bangun dari pembaringan. Telinganya ia tajamkan, kembali dia mengengar suara wayangan. Spontan Dinda menengok kearah jam dinding, dia mendapati...
Lebur Sukma
28
16
12
Selesai
Derasnya air hujan dan suara gemuruh guntur yang saling bersahutan tidak membuat langkah kedua suami istri itu terhenti. Mereka terus saja melangkah bahkan tidak memperdulikan kondisi mereka yang sudah renta. Rasa khawatir terus saja muncul dihati mereka tatkala baru saja ada sebuah pertanda yang muncul setelah puluhan tahun tidak terlihat. “Pak...” panggil Marni, akan tetapi Kusno tidak menanggapi panggilan istrinya. Matanya terus terpancang pada rumah yang memiliki banyak kenangan didalamnya. Bagai sebuah roll film yang diputar begitu cepat, ingatan demi ingatan muncul dibenak laki-laki tua itu. Mengusap matanya yang perih karena genangan air mata bercampur air hujan. Kusno kembali melangkah dan buru-buru membuka pintu. Namun saat dirinya membuka pintu dan melihat kedalam seketika tubuhnya terhenti... “Kita terlambat Bu...” ucap Kusno yang langsung bersandar pada dinding sampai tubuhnya merosot.
1 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Labuh Mayit - Wanita Berkebaya Kuning ( Part 4 )
1
0
Tepat didepan mereka, Bima melihat lagi sosok yang pernah ditemuinya saat Panji kesurupan disekolah. Makhluk hitam berbulu, dengan mata merah serta memiliki delapan tangan dan gigi yang mencuat tidak beraturan. Kini dengan jelas Bima bisa mendegar nafas dari sosok yang ada didepannya, giginya saling bergemeletak... tiba-tiba saja bulu kuduk Bima meremang dengan hebat, bahkan dia merasakan pegangan tangan Maya yang menguat.Sosok demit itu kini terus saja memandang Ki Suratno yang masih duduk bersila dan membaca mantra. Hingga tiba-tiba saja sosok itu seperti tersenyum dan...Pyaarrrr.... gelas kopi dan air putih yang ada diatas tampah seketika pecah, seolah ada orang yang menaruh petasan didalamnya.“Bocah wingi sore arep main-main” (Bocah kemarin sore mau main-main) geram sosok itu.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan