
“Lembah Pati, neng kono koe bakal ngerti carane ngobong demit kae” (Lembah Pati, di sana kamu akan tau caranya membakar demit itu), jelas Ratmi yang seketika menghilang.
Setelah kepergian Ratmi, suasana tidak kunjung berubah, Dinda masih belum menemukan cara untuk menghadapi Sengkolo.
“Lembah Pati?” tanya Dinda memastikan
“Iya Din, tempat di mana keluarga ini bersekutu dengan Sengkolo bermula” ucap Pak Kusno.
Dinda mencoba mengingat sesuatu, “Bukannya dulu Eyang juga meminta Pak Kusno...
Lebur Sukma
28
16
12
Selesai
Derasnya air hujan dan suara gemuruh guntur yang saling bersahutan tidak membuat langkah kedua suami istri itu terhenti. Mereka terus saja melangkah bahkan tidak memperdulikan kondisi mereka yang sudah renta. Rasa khawatir terus saja muncul dihati mereka tatkala baru saja ada sebuah pertanda yang muncul setelah puluhan tahun tidak terlihat. “Pak...” panggil Marni, akan tetapi Kusno tidak menanggapi panggilan istrinya. Matanya terus terpancang pada rumah yang memiliki banyak kenangan didalamnya. Bagai sebuah roll film yang diputar begitu cepat, ingatan demi ingatan muncul dibenak laki-laki tua itu. Mengusap matanya yang perih karena genangan air mata bercampur air hujan. Kusno kembali melangkah dan buru-buru membuka pintu. Namun saat dirinya membuka pintu dan melihat kedalam seketika tubuhnya terhenti... “Kita terlambat Bu...” ucap Kusno yang langsung bersandar pada dinding sampai tubuhnya merosot.
1 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Lebur Sukma - Kehadiran ( Part 8 )
4
4
Dinda yang panik kemudian berlari ke arah pintu, mencoba membuka pintu dengan terus menggerakkan hendelnya. Sayangnya, pintu tak mau terbuka.Dinda menengok ke belakang, ternyata Sengkolo sudah berdiri dengan jarak hanya beberapa meter dari nya. “Lungo!” (Pergi!) teriak Dinda, sosok Sengkolo berhenti menelengkan kepalanya, senyumnya yang mengerikan merekah.“Bapakmu wis mati, wong lanang iku yo wis mati” (Bapakmu sudah mati, lelalki itu pun sudah mati) jelasnya, mengacungkan telunjuknya pada Hamdan. “Mung kari wong tuwa loro iku lan awakmu, cah ayu” (Tinggal dua orang tua itu dan dirimu, anak cantik) lanjut Sengkolo.Dinda terus menggeleng, tangannya tak lepas dari gagang pintu berusaha membukanya, “Lungo saka kene!” (Pergi dari sini!) teriak Dinda putus asa.Dirinya sudah pasrah, tak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Badannya merosot ke lantai, usaha terakhir untuk melindungi diri hanya memeluk lutut dengan kedua lengannya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan