
“Dinda” kata Ahmad lirih, suasana hening. Bahkan Dinda tidak menjawab panggilan Bapaknya. Braaakkk... tiba-tiba saja jendela kayu terbuka dengan keras, angin mulai masuk kedalam kamar. Sontak mereka berdua memalingkan kepalanya kearah sumber suara. Sepintas mereka melihat seorang perempuan tengah berjalan melewati kamar tidur Bapaknya.
“Pergi... Pergi ndug, kamu tidak boleh ada disini” ucap Ahmad panik masih memandangi jendela kamarnya. Sedang Dinda yang masih shock dengan apa yang dia lihat langsung...
Lebur Sukma
28
16
12
Selesai
Derasnya air hujan dan suara gemuruh guntur yang saling bersahutan tidak membuat langkah kedua suami istri itu terhenti. Mereka terus saja melangkah bahkan tidak memperdulikan kondisi mereka yang sudah renta. Rasa khawatir terus saja muncul dihati mereka tatkala baru saja ada sebuah pertanda yang muncul setelah puluhan tahun tidak terlihat. “Pak...” panggil Marni, akan tetapi Kusno tidak menanggapi panggilan istrinya. Matanya terus terpancang pada rumah yang memiliki banyak kenangan didalamnya. Bagai sebuah roll film yang diputar begitu cepat, ingatan demi ingatan muncul dibenak laki-laki tua itu. Mengusap matanya yang perih karena genangan air mata bercampur air hujan. Kusno kembali melangkah dan buru-buru membuka pintu. Namun saat dirinya membuka pintu dan melihat kedalam seketika tubuhnya terhenti... “Kita terlambat Bu...” ucap Kusno yang langsung bersandar pada dinding sampai tubuhnya merosot.
1 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Lebur Sukma - Sosok Dari Masa Lalu ( Part 3 )
0
0
“Apa yang sebetulnya sedang mereka sembunyikan” ucap Dinda. Kepalanya mulai terasa berat, ingin rasanya menanyakan semua ini kepada Bapaknya. Terlebih Dinda juga belum mengetahui, alasan kenapa Ajeng, Ibunya sampai tega membuangnya dipanti asuhan, hingga berbohong kepada setiap orang kalau Dinda sudah meninggal. Dinda tiba-tiba saja tersentak, dan langsung bangun dari pembaringan. Telinganya ia tajamkan, kembali dia mengengar suara wayangan. Spontan Dinda menengok kearah jam dinding, dia mendapati waktu sudah menunjukan hampir tengah malam. Dinda terdiam, sekali lagi dia mencoba menajamkan telinganya. “Bukan, itu bukan suara dari radio” batin Dinda. Aneh sekali kalau memang itu suara radio kenapa suaranya terasa nyata dan begitu jernih.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan