
“Karena kelahiranmu. Seharusnya setelah ikatan darah dengan Sengkolo terputus, maka terputus pula jalur keturunan keluarga Sukmaadji. Yang berarti Ahmad akan mengalami kemandulan. Tapi sepertinya takdir berkata lain. Kami semua senang mendengar Ajeng hamil, tapi hanya aku dan Sukmaadji yang tahu kalau nyawa keluarga kalian sedang terancam. Apalagi pertanda itu muncul kembali setelah sekian lama tidak terlihat” jelas Pak Kusno.
“Pertanda? Pertanda seperti apa?” tanya Dinda yang kini sudah merasa tidak...
Lebur Sukma
28
16
12
Selesai
Derasnya air hujan dan suara gemuruh guntur yang saling bersahutan tidak membuat langkah kedua suami istri itu terhenti. Mereka terus saja melangkah bahkan tidak memperdulikan kondisi mereka yang sudah renta. Rasa khawatir terus saja muncul dihati mereka tatkala baru saja ada sebuah pertanda yang muncul setelah puluhan tahun tidak terlihat. “Pak...” panggil Marni, akan tetapi Kusno tidak menanggapi panggilan istrinya. Matanya terus terpancang pada rumah yang memiliki banyak kenangan didalamnya. Bagai sebuah roll film yang diputar begitu cepat, ingatan demi ingatan muncul dibenak laki-laki tua itu. Mengusap matanya yang perih karena genangan air mata bercampur air hujan. Kusno kembali melangkah dan buru-buru membuka pintu. Namun saat dirinya membuka pintu dan melihat kedalam seketika tubuhnya terhenti... “Kita terlambat Bu...” ucap Kusno yang langsung bersandar pada dinding sampai tubuhnya merosot.
1 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Labuh Mayit - Tawaran Kematian ( Part 5 )
2
0
Bima mengangguk, dia sudah tahu resiko dari pilihannya. Kini mata Bima terpejam, ada satu hal yang selalu ingin dia tanyakan saat Cempoko Kuning hadir dihadapannya. “Tanyakan Bim, apa yang membuatmu begitu gelisah” ujar Cempoko Kuning. Bima membuka mata, kaget karena wanita ini tahu dengan perasaannya. “Pak Arif, bisakah kau membawanya keluar dari tempat itu?” tanya Bima penasaran.“Pilihan tetap pilihan, siapke wae opo sek wes ketok neng ngarep moto” (pilihan tetap pilihan, siapkan saja apa yang sudah terlihat didepan mata) ujar Cempoko Kuning yang lansung saja menghilang dibarengi dengan bau bunga cempaka yang kuat. Sedang Kromosengkono hanya diam dan mengangguk lalu juga ikut menghilang.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan