
Dinda yang panik kemudian berlari ke arah pintu, mencoba membuka pintu dengan terus menggerakkan hendelnya. Sayangnya, pintu tak mau terbuka.
Dinda menengok ke belakang, ternyata Sengkolo sudah berdiri dengan jarak hanya beberapa meter dari nya.
“Lungo!” (Pergi!) teriak Dinda, sosok Sengkolo berhenti menelengkan kepalanya, senyumnya yang mengerikan merekah.
“Bapakmu wis mati, wong lanang iku yo wis mati” (Bapakmu sudah mati, lelalki itu pun sudah mati) jelasnya, mengacungkan ...
Lebur Sukma
28
16
12
Selesai
Derasnya air hujan dan suara gemuruh guntur yang saling bersahutan tidak membuat langkah kedua suami istri itu terhenti. Mereka terus saja melangkah bahkan tidak memperdulikan kondisi mereka yang sudah renta. Rasa khawatir terus saja muncul dihati mereka tatkala baru saja ada sebuah pertanda yang muncul setelah puluhan tahun tidak terlihat. “Pak...” panggil Marni, akan tetapi Kusno tidak menanggapi panggilan istrinya. Matanya terus terpancang pada rumah yang memiliki banyak kenangan didalamnya. Bagai sebuah roll film yang diputar begitu cepat, ingatan demi ingatan muncul dibenak laki-laki tua itu. Mengusap matanya yang perih karena genangan air mata bercampur air hujan. Kusno kembali melangkah dan buru-buru membuka pintu. Namun saat dirinya membuka pintu dan melihat kedalam seketika tubuhnya terhenti... “Kita terlambat Bu...” ucap Kusno yang langsung bersandar pada dinding sampai tubuhnya merosot.
1 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Lebur Sukma - Lembah Pati ( Part 9 )
2
0
Kretaaakkk... terdengar suara ranting yang diinjak sesuatu. Pak Kusno mencoba menguasai kesadarannya, dia mundur perlahan sebisa mungkin, menjaga jarak dengan mahkluk yang baru saja muncul didepannya. Kini tepat di depan Pak Kusno dengan jarak 10 meter, seekor harimau sebesar anakan sapi tengah berdiri menghalangi jalannnya. Pak Kusno hanya diam, tidak mau mengagetkan hewan buas itu. Pelan sekali, dia melangkah kebelakang. Namun sialnya, si harimau seperti mengetahui keberadaannya. Hewan buas itu menolehkan kepalanya menghadap ke arah Pak Kusno. Pak Kusno menelan ludah, kalau berurusan dengan dedemit dia masih berani melawan. Namun, jika berhadapan dengan harimau, nyalinya juga akan menciut. Lama mereka beradu pandang. Pak Kusno melihat mata kuning dan taring panjang yang mencuat dari bibir hewan buas itu. Belum lagi suara geraman yang ditimbulkan olehnya. Hingga tiba-tiba saja hewan itu berbalik dan masuk kembali ke dalam hutan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan