Sampai di Penghujung Waktu_15. Panti Asuhan

1
0
Deskripsi

“Semua anak-anak dipanti itu, memiliki kehidupan yang berbeda-beda walaupun mereka satu atap. Tertawa bukan berarti mereka sedang bahagia, namun itu adalah cara terbaik untuk menutupi luka.” -Sampai di Penghujung Waktu

Author pov

Malam harinya, sesuai kesepakatan Varen hari ini, dirinya pergi keacara pesta ulang tahun Kenzo. Padahalah dirinya masih tidak kenal dengan Kenzo. 

Varen menggunakan stelan jas berwarna hitam dan kemeja berwarna putih. 

Kini Kayana dan Varen tengah berada diperjalanan menuju tempat tujuan. Sebenarnya Kayana ingin menolak, namun desakan dari Varen membuatnya harus ikut. 

Sesampainya disana, Varen dan Kayana disambut hangat oleh Kenzo, Risa dan kedua orang tuanya. Eh… Ayah kenzo 'kan Kepsek, jadi Varen bersikap sopan didepan mereka. 

Varen menggandengan tangan mungil Kayana agar tidak hilang. Mencari Hatma yang entah duduk dimana. 

“REN!” Teriakan itu sukses membuat Varen menoleh kesumber suara. 

Dengan cepat, Varen berjalan menuju meja Hatma. Kayana? Dia malah seperti kucing yang sedang ditari-tarik oleh majikanya. 

“Wahh, siapa dia?” tanya Hatma menatap Kayana. 

Kayana menunduk, enggan menatap sang lawan bicara. Seperti itu 'kan adab seorang perempuan?

“Elo udah lama disini?” tanya Varen mengalihkan topik.

“Enggak, baru aja nyampe.” jawab Hatma.

Varen melihat Risa yang berjalan kearah mereka. 

“Hai, Ren.” Tatapan Risa berhenti di Kayana, tatapan yang seperti mengintimidasi. 

“Ren. Siapa dia?” tanya Risa.

“Hai, Kak. Kenalin aku Kayana, pacarnya Kak Varen,” Kayana mengulurkan tanganya. Risa pun menerima uluran tangan tersebut.

“Oh, i-iya. Gue Risa, salam kenal.” Risa tersenyum kikuk, ternyata Varen sudah memiliki pacar.

Varen yang mendengar jawaban absurd dari adiknya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan jalan pikir Kayana. 

“HAH?! Seriusan lo pacarnya Varen? Ini bakal jadi trending topik sih.” celetuk Hatma tak kalah kaget. 

“Semua cewek yang ngefens lo pasti pada patah hati. Termasuk…” Hatma menunjuk Risa dengan lirikan mata. 

Merasa jika disindir Hatma, Risa tak terima. “Apa lo?! Sewot aja urusan hidup orang!” 

Risa mengamati penampilan Kayana, “Emang cocok sih, Kayana itu sholehah. Sedangkan gue?” 

Risa merasa insecure dengan Kayana. Apakah dia juga harus merubah penampilanya?

° ° ° ° °

Pukul 22.00 Varen sudah samapi dipelataran rumah. Sebenarnya acara belum selesai, namun Varen sudah memutuskan untuk pulang. Mengingat dia membawa Kayana. Kayana juga butuh istirahat. 

Varen juga merasa tidak nyaman berada diantara orang ramai, jadi dia memutuskan untuk pulang.

Sesampainya dikamar Kayana, Varen duduk dibibir ranjang. Sedangkan Kayana? Dia duduk dimeja belajar.

“Seharusnya kamu jangan bilang, kalau kamu pacar Kakak. Apa kata dunia?” celetuk Varen.

“Maaf atuh Kak. Memang Kak Risa suka Kakak, ya?”

“Hm,” Varen menjawab dengan menggumam. 

“Tidur sana. Jangan begadang,” Varen berjalan keluar kamar, meninggalkan Kayana. 

° ° ° ° °

Hari ini adalah hari dimana semua muris SMA LENTERA menerima hasil nilai belajar mereka selama satu semester. Ya, semua kecuali siswa kelas 12. 

Kayana dan Varen sudah siap. Kini mereka berdua sudah berada didalam mobil. 

Dalam perjalanan menuju sekolah, Kayana tak henti-hentinya berdo'a. Varen yang melihat raut wajah Kayana, hanya bisa menghembuskan nafas pelan.

“Apapun hasilnya nanti, Kakak tetap bangga, Yana.” 

Kayana mengangguk. “Kak Varen, nanti pulang ambil raport, berhenti dulu di restorant, ya. Aya mau beli makanan buat bagi-bagi di Panti Asuhan,” 

Varen menganggukkan kepalanya. Ada sedikit rasa bangga dalam benak Varen. Memiliki seorang Adik yang hatinya entah terbuat dari apa, adalah sala satu keberuntungan Varen.

° ° ° ° °

Sesuai kesepakatan tadi, setelah mengambil raport, Varen mengantarkan Kayana pergi ke restorant untuk membeli makanan. 

Untuk nilai raport? Kayana cukup puas dengan hasilnya. Dan untuk peringakat. Kayana berhasil meraih peringkat 1 paralel. Varen cukup bangga. Ralat, Varen sangat bangga atas semua pencapaian Kayana. 

Setelah menunggu kurang lebih satu setengah jam, akhirnya pesanan mereka jadi. 

Varen mengangkat semua makanan itu menuju kearah mobilnya, dibantu juga oleh staf pekerja disana.

Selesai semuanya, mobil Varen melesat meninggalkan tempat parkir restorant rersebut. 

Sesampainya ditempat tujuan, Varen memarkirkan mobilnya tepat didepan Panti Asuhan Harapan Bunda. Nama itu terpampang jelas didepan pagar sana. 

“Pak. Tolong saya, ya bawain makanan kedalam." ujar Varen kepada satpam yang menjaga gerbang.

“Iya, siap Mas.” Satpam tersebut mulai mengangkat makanan yang berada didalam bagasi. 

Kayana mulai mengekori Kakaknya kedalam.

“Bu, ada tamu yang bawa ole-ole,” bisik satpam tersebut kepada Ibu Panti.

Alhamdulillah kalau begitu.” jawab Ibu Panti. 

Assalamu'alaikum,” Varen dan Kayana serempak mengucapkan salam ketika mereka sampai diambang pintu.

Wa'alaikumussalam, silahkan masuk atuh Mas, Mba.” jawab Ibu Panti dengan ramah.

“Ini, Bu. Saya dengan Adik saya kebetulan ada rezeki sedikit. Ini memang bukan seberapa, mohon diterima, ya.” kata Varen. 

Alhamdulillah, makasih atuh Mas, Mba. Semoga selalu diberi kelancaran rezeki, ya”

Aamiin,” jawab Varen dan Kayana serempak.

Kayana mengedarkan pandanganya kesekeliling rumah itu. Lalu anak-anak kecil, baik laki-laki maupun perempuan menghampiri Kayana dengan senyum yang mengembang. 

“Halo Kakak cantik!” sapa mereka semua. Kayana sangat terenyuh dengan senyuman mereka. Ada rasa aneh dalam benaknya.

“Hai juga kalian! Kalian udah makan belum?” tanya Kayana. Anak-anak itu menggeleng kecil. 

“Kakak sama Kakak ini bawa makanan. Ayo makan bareng-bareng,” Kayana menunjuk Varen yang masih berbincang-bincang dengan Ibu Panti. 

“Saya mau nyiapin alat makanya dulu, ya Mas.” Ibu Panti itu langsung beranjak dari tempat duduknya.

“Bu, saya ikut bantu, ya.” pinta Kayana.

“Enggak usah Neng. Biar Ibu aja,”

“Enggak pa-pa, Bu,” Ibu Panti itu pun menyetujui permintaan Kayana.

“Nama Neng siapa? Ibu belum kenalan,” tanya Ibu Panti sepanjang perjalanan ke dapur.

“Nama saya Kayana, Bu. Panggil Yana saja,” 

“Nak Yana, ya? Kenalin, Ibu Ita." 

° ° ° ° °

Setelah acara makan bersama tadi, Kayana memilih menenangkan diri dan pergi ketaman belakang Panti. Suasana disana sangat sejuk, membuatnya seperti deja vu.

Kayana duduk dibangku kosong bawah pohon mangga. Kayana mengedarkan pandanganya disekeliling taman itu. Pandanganya berhenti disatu titik, dimana seorang anak kecil sedang berjongkok dipojokan dengan memeluk lututnya.

Kayana berjalan menghampiri anak kecil itu. Dengan langkah yang dia buat pelan, sampai-sampai anak itu tidak menyadari kehadiran Kayana. 

Kayana mulai berjongkok disebelah anak kecil itu. “Hai,”

Hola. Kemarin aku ngetik ttg banjir, eh mlh beneran. 😭 definisi ketikan adalah do'a. 

Tbc. Tinggalkan jejak klean 💙

 

 

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Sampai di Penghujung Waktu_16. Siapa?
1
0
“Sesulit itukah, Pa? Mengembalikan keluarga kita seperti dulu lagi? Atau Mama sama Papa saja yang memang udah enggak mau ngembaliin keluarga kita?” -K
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan