Rsi pulau Medangkungan menulis kitab wasiat yang ditujukan kepada Rsi pulau Mandasiyah. Penutup kitab itu tertulis :

"Setelah selesai membaca, usahakan kitab ini juga dibaca oleh siswa pulau Maktal, demikian juga kitab wasiat Maktal hendaknya dibaca oleh siswa pulau Mandasiyah."

Kitab Wasiat Mandasiyah telah diterjemahkan dan menjadi bacaan wajib di sekolah-sekolah, pasangannya Kitab Wasiat Maktal atau lebih dikenal dengan Kitab Maktal tidak pernah ditemukan, hingga beredar rumor jika kitab itu ditemukan maka negara akan menjadi jaya kembali seperti ratusan tahun silam, namun jika ditemukan negara lain maka akan mengakibatkan bencana besar. Banyak orang berburu kitab Maktal. Hingga tahun berganti abad, generasi sekarang menganggap kitab Maktal hanya dongeng. Beberapa kelompok berasumsi kitab tersebut ikut tenggelam di laut bersama Caraka si pembawa kitab. Namun beberapa kelompok kecil meyakini kitab itu masih ada di pulau Medangkungan.

Awal September, Galang melamar pekerjaan di PT. Dargom Sejahtera, sebuah perusahan manufaktur di kabupaten Watugunung, Provinsi Medangkungan Timur. Di zaman klasik Watugunung merupakan ibukota Kerajaan Selogiri, kini banyak tumbuh kawasan industri modern diantara megahnya candi-candi Budha dan Siwa. Saat seleksi, Galang dan beberapa pelamar justru diterima sebagai karyawan PT. Dargom Kencana, yakni unit bisnis lain dari Dargom Group yang kurang populer karena bergerak di bidang pencarian harta karun peninggalan Selogiri.

Sebagai karyawan baru mereka diperkenalkan sebagian koleksi PT. Dargom Kencana. Archa emas Bhairawa, Archa emas Pendharmaan Ratu, Archa emas Bethari Durga, Archa emas Pendharmaan Raja, Archa emas Dewa Syiwa, Archa emas berlapis perunggu Budha Gautama Sakyamuni, Tangkai genta upacara bermotif raksasa berbahan perunggu.

"Ini tiruan," seseorang bicara memecah keheningan.

"Bagaimana kamu tahu tanpa menyentuhnya?" Galang menyanggah.

"Aura. Setiap benda memancarkan energinya sendiri. Benda-benda ini tidak memancarkan energi purbakala.”

“Itu pendapat pribadimu, tidak bisa dibuktikan dengan metode ilmiah.”

“Secara ilmiah metode tersebut memang tak bisa digunakan, tetapi pengumpulan data membutuhkan waktu.” Salah satu penguji menengahi. “Itulah alasan kenapa kalian kami rekrut, setiap individu memiliki kemampuan yang unik, tinggal bagaimana meredam ego masing-masing untuk bekerjasama saling melengkapi.”

“Jadi, artefak ini tiruan atau bukan?” Yang lain memastikan.

“Akan kujawab nanti, fokus kalian adalah ini.” Ia membuka sebuah kotak, di dalamnya ada naskah daun lontar bertuliskan aksara Medangkungan kuno. “Kalian pasti sudah melihat fotonya di buku Pelajaran sekolah. Ini adalah kitab Mandasiyah, salinan ke 913 dibuat persis seperti aslinya.” Semua menyimak dengan seksama. “Kitab Maktal diperkirakan wujudnya seperti ini, itulah tugas kita. Mencari Kitab Wasiat Maktal.”

Kitab Wasiat MAKTAL