-1-

3
2
Deskripsi

Maxim Adrian, muda, brilliant, dan penuh pesona. Dia menyukai segala hal yang efisien dan indah, kecuali wanita dan pekerjaan. Baginya tidak ada yang lebih baik dari bekerja bersama seorang pria, karena wanita adalah pengacau, apalagi dengan hal-hal magis yang menguar dari tubuh mereka. Hell! Maxim Adrian harus menghidarinya, terutama asisten barunya yang seksi dengan kilatan nakal dan jenaka di matanya. Itu ancaman!

****

Joanna William Shard, muda, energic, dan sensual. Dia menyukai segala hal yang...

Senin menyebalkan, aku tidak bisa untuk tidak menggerutu di hari Senin. Akhir pekan jelek, hari Minggu suram. Aku benci Maxim Adrian, dia penyebab kekacauan ini.

"Chill belle, pria tampan itu pasti mengerti keadaanmu."

Damn, aku benci Sarah Hopkins, dia membuat kekacauan ini semakin kacau.

"Aku pinjam mantelmu, akan aku kembalikan secepatnya."

"Yeah, jangan lupa mengelap sisa pie di selangkanganmu sayang", Sarah berteriak, membuat orang-orang sekitar memandang merendahkan.

Sialan aku bukan pelacur, sungguh bukan seperti itu. Hey, jangan menatapku jijik dan merendahkan, aku memang bukan pelacur yang seperti itu. Tapi oke baiklah, aku memang bekerja dengan banyak pria, dan kebanyakan adalah seorang suami. Ok!

****

Tuan sok tampan itu pasti sudah menungguku dengan setumpuk pekerjaan. Pena di jarinya, mata menyorot tajam, dan bibir tipis membentuk garis yang siap mengomel pedas padaku. Tepat ketika aku membuka pintu ruang kerjanya setelah dua kali mengetuk dan empat kali menarik napas. Akhirnya aku mendapat semua yang aku perkirakan tadi, kecuali dua kancing kemejanya terbuka? Oh, sangat panas. Dasar brengsek!

“Aku pikir harusnya kau memiliki selera fesyen yang lebih bagus dari ini Miss. Wills."

Aku mempertahankan dagu, menolak untuk tertunduk penuh sesal. Ya, aku memang salah menggunakan mini dress berbahan lace ke kantor. Tapi demi semua wanita seksi, hari ini aku sedang cuti.

"Baiklah, aku anggap tidak masalah dengan dada setengah terbuka milikmu, yang terpenting adalah proposal Mr. Sanders sudah aku terima dalam dua jam."

Dia bilang apa? Baiklah! Ok. Aku sudah bilang kalau membenci Maxim Adrian. Sekarang aku meralatnya, ternyata aku sangat membencinya, mungkin lebih kepada muak dan perasaan ingin muntah ketika dia bilang....

"Oh ya, kau bisa pergi. Saranku lepaskan saja mantel kekecilan itu, aku lebih suka jika melihat bulatan bokongmu secara langsung."

"Terima kasih untuk saran anda Mr. Adrian, sangat sopan."

****

Aku kesal, tidak ada pelanggan, tidak ada makan siang tepat waktu. Kepala berdenyut karena perut menyanyikan Metallica. Ini tinggal sedikit lagi, aku hanya perlu koreksi beberapa diagram dan melemparkan proposal sialan ini ke wajah Maxim Adrian.

Sarah baru menelepon, dia bilang mendapatkan dua tiket fashion week dan seorang pria malang kesepian yang menungguku hingga pukul 3. Itu artinya beberapa produk nu season sedang berlari ke pelukanku.

"Aku pikir tidak pernah menggajimu untuk melamun di tempat kerja."

Pria ini! Sejak kapan duduk di sofa ruang kerjaku?

"Bekerja Miss. Wills. Aku menunggumu 20 menit lagi."

Dia merapikan setelan Armani mahal miliknya dan berlalu pergi, tapi aku melihatnya dengan mataku dia menghentikan langkah ketika aku berdiri siap memberikan proposal yang sudah aku selesaikan 18 menit lebih cepat.

"Bonus melihat paha? Umm usaha yang aku hargai, tapi sayangnya aku tidak tertarik dengan karyawanku sendiri Miss. Wills."

Sialan, apa yang dia inginkan sebenarnya? Dress milikku sedikit berpotongan rendah, dan aku memang agak gendut beberapa hari belakangan. Tapi sekali lagi demi semua wanita seksi, dress ini robek ketika aku berlari mengejar elevator yang akan menutup, bukan sengaja merobeknya. Lagi pula bukankah tadi dia mengatakan untuk melepas mantel?

Oke pelajaran no.1 bos selalu merasa benar, atau karyawan seksi adalah kesalahan.

****

Sarah tertawa mendengar ceritaku, tapi aku tidak peduli. Waktu istirahat siang yang terlambat ini harus aku gunakan untuk mandi, mengganti pakaian dan jangan lupa melakukan service cepat pada pria malang tadi.

Demi semua wanita seksi, Maxim Adrian menungguku pukul 5 di kedai kopi langganannya. Dia bilang beberapa diagram terdapat kesalahan. Lagi? Oke, dia memang bosnya. Ingat pelajaran no.1? Bagus, kalau begitu ingatkan aku juga untuk mengajukan cuti pengganti.

Senin ini, benar-benar membuatku lelah.

****

"Apa dia terkapar dan puas?"

"Siapa? Oh Johnny Abraham? Dia sedang menangis di dalam, kalau kau mau hibur saja dia."

Sarah membantuku membuka pintu ketika aku sudah siap untuk pergi. Dan jangan lupa tutup kuping kalian rapat karena sebelum aku benar-benar pergi dia akan berteriak.....

"Sudah berapa kali aku bilang tentang aphrodisiac?"

"Kamu melupakan untuk tidak memberikan blowjob terlalu kuat?"

"Jangan mencoba Doggy dengan pemula!"

Atau lebih keras dari itu yaitu....

"Berhenti menanyakan siapa istrinya ketika dia baru mau masuk!"

Ya ya ya, anggap saja dia berceramah untuk pelacur pemula. Tapi hey? Aku bahkan bisa membuat semua pria mencium kaki dan menjilat bokongku hanya jika aku tersenyum pada mereka.

Sekarang lupakan dulu pekerjaan sampinganku, karena pria dengan segelas long black di hadapnya menatapku tajam seolah aku membuatnya menunggu seumur hidup.

"Ingatkan aku untuk memberimu bonus Miss. Wills."

"Terima kasih Mr. Adrian, akan saya catat di daftar agenda anda."

Dia tidak menatapku, langsung menjelaskan bagian kesalahanku. Dan keterlambatan tujuh setengah menit adalah pembuka yang hebat. Dia terus berbicara, sementara aku cukup mengatakan yes atau ok.

Sebenarnya aku haus karena berlarian dari tempat parkir. Kalian perlu tau bahwa tempat ini khusus untuk pelanggan yang sudah terdaftar, dan aku tidak akan begitu gila dengan membayar $100 hanya untuk secangkir kopi. Jadi kalian tahu bukan kenapa aku berlari? Ya, tempat parkirku sialan sangat jauh. Tapi ada yang lebih sialan, Maxim Adrian tidak menawarkan minum, juga tidak memberiku waktu untuk memesan minuman.

Mataku mengawasi matanya, dia terlihat tampan dalam keadaan serius seperti ini. Oh, sebenarnya dia memang selalu tampan. Aku terus mengawasinya, dia masih berbicara. Sangat fokus dan terarah. Tajam penuh maksud, membuatku berminat menjilat bibirnya dan membuatnya bungkam lalu memperhatikanku.

"Apa ada yang tidak kau mengerti Miss. Wills?"

Tidak, aku mengerti semua, sangat mengerti termasuk alasan mengapa dia berada di puncak sekarang. Dia menguasainya, dia mampu mengendalikan. Boleh aku mengatakan dia mengagumkan? Atau lebih tepat jika wow sangat luar biasa. Benar, Maxim Adrian sangat luar biasa, dan aku tidak mengerti, satu hal, mengapa suaranya sialan dalam dan seksi?

Akhirnya dia menatapku, fokusnya teralih padaku. Aku kembali mengatakan ok dengan canggung. Ya, dia tadi bertanya padaku kan? Tapi tunggu. Apa itu tadi? Aku terpesona? Tidak! Aku tidak terbiasa dengan pria yang tidak memperhatikanku, jadi akan aku buat Maxim Adrian termasuk dalam barisan pria yang akan menjilat bokong dan mencium kakiku.

Oke pelajaran no.2 bisnis adalah bisnis, atau bos tampan adalah bisnis untuk karyawan seksi.

Oh, sudah berapa kali aku mengatakan sialan dalam sehari bersama Maxim Adrian? Empat ? Lima? Dasar sialan!

Pria yang baru meninggalkanku setelah membayar tagihannya, secara langsung hampir membuat tubuhku bergemetar. Tapi ini salah, yang benar adalah aku yang pergi setelah mereka membayar tagihannya.

Sekali lagi, sialan!

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan