Tujuh Bayang di Rumah Kelam | ENHYPEN ONE SHOT

0
0
Deskripsi

Hutan pinus di kota kecil Yeongseong menyimpan rahasia yang tak pernah disentuh matahari. Di tengahnya, berdiri sebuah mansion tua bernama "Rumah Kelam," ditinggalkan selama puluhan tahun setelah penghuni terakhirnya menghilang tanpa jejak. Konon, rumah itu hidup, dindingnya berbisik, dan bayangannya menelan jiwa.

Heeseung, Jay, Jake, Sunghoon, Sunoo, Jungwon, dan Ni-ki tiba di mansion itu pada musim panas. Mereka adalah sahabat yang baru lulus kuliah, bersemangat untuk petualangan setelah menerima...

Mansion itu megah tapi menyeramkan, dengan jendela-jendela berdebu dan pintu kayu yang berderit. Di dalam, suasana hangat tercipta berkat tawa Enhypen. Heeseung, sebagai hyung tertua, sibuk mengatur kamar sambil menggoda Ni-ki, “Kamu tidur di ruang bawah tanah ya, biar dekat sama hantu!” Ni-ki, dengan wajah polosnya, cuma cemberut, “Hyung, aku masih anak-anak, kasihanilah!”

Jay memamerkan keahlian memasaknya, membuat pasta yang—menurut Jake—keasinan. “Ini bukan pasta, ini lautan garam!” keluh Jake sambil pura-pura muntah, membuat Sunoo dan Jungwon tergelak. Sunghoon, yang selalu terobsesi dengan penampilan, berpose di depan cermin antik besar di ruang tamu, berkata, “Aku yakin cermin ini dibuat untukku.”

Malam tiba. Mereka berkumpul di ruang tamu, bermain truth or dare. Sunoo memaksa Ni-ki menyanyi lagu anak-anak, dan anak termuda itu melakukannya dengan wajah merah padam, memicu tawa keras. Tapi saat lampu tiba-tiba padam, suasana berubah. Suara gesekan aneh terdengar dari ruang bawah tanah—like nails scratching wood. Jake, yang paling penutup, bercanda, “Mungkin tikus raksasa!” Tapi matanya penuh ketakutan. Heeseung menyalakan senter, “Tenang, cuma listrik korslet.” Tapi saat listrik menyala kembali, cermin di ruang tamu memantulkan bayangan yang bukan milik mereka—seseorang berdiri di sudut, tapi saat mereka menoleh, tak ada siapa-siapa.

___

Keesokan paginya, Sunoo berteriak dari ruang tamu. Dindingnya penuh coretan merah: “Kalian tidak akan pergi.” Huruf-huruf itu terlihat ditulis dengan darah kering, baunya menyengat. “Sunghoon, ini ulahmu, kan?” tuduh Jake, tahu Sunghoon suka bercanda kelewatan. Sunghoon mengangkat tangan, “Aku bukan seniman grafiti, oke?”

Jay, yang paling rasional, memeriksa pintu utama. Terkunci dari luar. Jendela-jendela ternyata dipaku rapat. “Kita dikurung,” katanya, suaranya bergetar. Heeseung berusaha tenang, “Mungkin ini prank. Kita cari alat untuk buka pintu.”

Malam itu, saat mereka tidur, Heeseung menghilang. Mereka mencarinya hingga pagi, hanya menemukan jaketnya di ruang bawah tanah, berlumur darah. Jungwon menangis, “Aku seharusnya ikut dengannya ke dapur tadi malam!” Ni-ki, meski ketakutan, mencoba menghibur, “Mungkin Heeseung-hyung cuma main petak umpet. Dia kan suka bikin kita panik.” Tapi tawa mereka terhenti saat suara Heeseung terdengar dari dinding, berbisik, “Lari… kalian harus lari…”

Sunoo pucat, “Itu… bukan Heeseung.” Jake memeluk lututnya, “Aku nggak mau mati di sini.” Ketegangan mulai merobek ikatan mereka.

___

Kepercayaan antar mereka runtuh. Jake menuduh Jay menyembunyikan sesuatu karena dia sering menghilang ke loteng. “Kamu tahu apa tentang tempat ini, kan?” bentaknya. Jay mengelak, tapi matanya gelisah. Sunghoon, yang mulai paranoid, bersikeras ada “sesuatu” yang mengintai. “Aku dengar langkah kaki di belakangku tadi malam,” katanya, suaranya bergetar. Sunoo, biasanya ceria, jadi pendiam, sering menatap kosong ke cermin antik itu.

Jungwon menemukan buku tua di perpustakaan mansion, kulitnya terasa seperti kulit manusia. Di dalamnya, tertulis ritual kuno: “Tujuh jiwa untuk membangunkan bayangan. Satu harus dipilih, yang lain harus jatuh.” 

“Ini cuma cerita dongeng,” kata Jay, tapi suaranya tak meyakinkan.

Malam itu, teriakan memecah keheningan. Mereka berlari ke kamar mandi dan menemukan Jake tergeletak, lehernya terkoyak, darah membanjiri lantai. Sunghoon menjerit, menuduh Sunoo, “Kamu terakhir sama dia! Apa yang kamu lakukan?!” Sunoo hanya tertawa kecil, matanya kosong, “Aku cuma ingin bercermin.” Dia mengelus cermin kecil di tangannya, dan untuk sesaat, bayangannya tampak… berbeda. 

Ni-ki menarik Sunghoon menjauh, “Kita nggak bisa saling tuduh. Kita harus cari jalan keluar!” Tapi di dalam hati, dia mulai takut pada Sunoo. Pembaca akan merinding—Sunoo yang selalu manis kini terasa seperti monster yang tersembunyi. 

___ 

Jay akhirnya mengaku di depan api unggun yang mereka buat di ruang tamu. “Keluargaku pernah punya mansion ini. Aku dapat undangan misterius untuk ‘mengakhiri kutukan.’ Aku pikir cuma lelucon!” Sunghoon, marah besar, mendorong Jay hingga jatuh, “Kamu bawa kami ke jebakan!” Ni-ki menghentikan mereka, berteriak, “Kita harus bersatu, atau kita mati!” 

Saat mereka mencari jalan keluar, Sunoo tiba-tiba menghilang. Mereka menemukannya di ruang bawah tanah, berdiri di tengah lingkaran darah yang digambar di lantai. Dia memegang pisau, wajahnya penuh ekspresi aneh—campuran ketakutan dan ekstase. “Bayangan memilihku,” bisiknya. Sebelum mereka bisa bereaksi, Sunoo menusuk dadanya sendiri, tersenyum saat tubuhnya ambruk.

Jungwon menangis histeris, “Sunoo, kenapa?!” Ni-ki memeluknya, berjanji, “Aku akan lindungi kalian semua.” Tapi di dalam hati, dia tahu janji itu kosong. Rumah ini seperti makhluk hidup, memakan emosi mereka, memutar pikiran mereka. 

___

Hanya tersisa Jay, Sunghoon, Jungwon, dan Ni-ki. Mereka menyadari “bayangan” itu bukan hantu, tapi entitas yang mengendalikan pikiran mereka. Sunghoon, yang mulai gila, menyerang Jungwon dengan pecahan kaca, berteriak, “Kamu terpilih! Aku tahu itu kamu!” Jay mendorong Sunghoon menjauh, tapi kaca itu mengenai perutnya. Jay jatuh, darah mengalir deras. “Lari… kalian berdua…” katanya pada Ni-ki dan Jungwon sebelum matanya tertutup selamanya.

Sunghoon, menangis dan panik, berlari ke ruang bawah tanah, berteriak bahwa dia akan “mengakhiri ini.” Ni-ki dan Jungwon mengejarnya, tapi terlambat—Sunghoon ditemukan tergantung di tali tua, wajahnya membeku dalam ekspresi horor.

Kini hanya Ni-ki dan Jungwon. Mereka berlari ke loteng, menemukan cermin besar yang memancarkan aura gelap. Di dalam pantulan, mereka melihat Heeseung, Jake, Sunoo, Jay, dan Sunghoon—semuanya tersenyum, tapi matanya hitam pekat. “Kalian tidak bisa pergi,” bisik bayangan itu.

Jungwon, yang merasa bersalah atas kematian teman-temannya, mengambil kursi tua dan menghancurkan cermin. Pecahannya beterbangan, satu menancap di dadanya. Darah mengalir, tapi dia tersenyum pada Ni-ki, “Kamu harus hidup… untuk kami.” Jungwon jatuh, meninggalkan Ni-ki sendirian. 

___

Ni-ki berlari keluar dari mansion saat fajar menyingsing, tubuhnya penuh luka, hatinya hancur. Hutan pinus terasa seperti labirin, tapi dia terus berlari hingga menemukan jalan raya. Di tangannya, tanpa sadar, dia memegang pecahan cermin dari loteng. Saat dia menatapnya, bayangan teman-temannya muncul di pantulan—Heeseung mengangguk, Jake tersenyum, Sunoo memandang kosong, Jay mengacungkan jempol, Sunghoon menatap tajam, dan Jungwon berbisik, “Kamu membawa kami bersamamu.”

Ni-ki menahan tangis, melempar pecahan itu ke tanah. Tapi saat dia berjalan pergi, bayangan di belakangnya bukan miliknya sendiri. Dia hidup, tapi Rumah Kelam telah mengambil segalanya—kecuali nyawanya. Dan mungkin, itu adalah kutukan terbesar. 

 

• SELESAI •

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya No Limit [Ch. 1]
0
0
Myung Jaehyun, seorang mahasiswa seni berbakat yang hidup dalam dunia sketsa dan ketenangan, dan Han Taesan, seorang pembalap liar dengan semangat tak terkendali, bertemu di tengah gemerlap lintasan balap malam Seoul. Dari pandangan pertama, mereka tahu ada sesuatu yang lebih dari sekadar tarikan mesin atau goresan kuas—ada ikatan yang menantang batas waktu, jarak, dan mimpi. Ketika kehidupan menarik mereka ke arah yang berlawanan, cinta mereka diuji oleh rindu, ketidakpastian, dan ambisi yang membara.Didukung oleh kru setia, Jaehyun dan Taesan belajar bahwa cinta sejati, seperti lukisan terbaik atau balapan terhebat, tidak pernah mengenal batas.  _________fanfiction BOYNEXTDOOR | Myung Jaehyun x Han Taesan_________Genre: BL, Fluff (sedikit angst), Drama, Slice of Life
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan