ADEQUATE 3. School Festival: Hidden Cam

7
0
Deskripsi

hidden cam!

RAPAT evaluasi yang seharusnya hanya berisi evaluasi mengenai kinerja tiap bidang, rundown, dan pelaksanaan di lapangan berubah memanas karena insiden kamera tersebut


RAPAT evaluasi yang seharusnya hanya berisi evaluasi mengenai kinerja tiap bidang, rundown, dan pelaksanaan di lapangan berubah memanas karena insiden kamera tersebut. Semua panitia yang berjumlah hampir 30 orang dikumpulkan di aula.

Toilet yang berada di belakang panggung tersebut memang dikhususkan untuk toilet panitia. Tiap pemakaiannya pun hanya dibolehkan untuk panitia dan atas izin panitia. Bukan untuk pengunjung, maupun siswa yang tidak tergabung dalam kepanitiaan. Maka ada kemungkinan besar pelakunya adalah salah seorang dari panitia.

Beberapa cewek menangis karena menduga diri mereka juga jadi korban. Sementara Sasha, yang meskipun bukan panitia, belum diizinkan pulang karena merupakan saksi yang menemukan kamera tersebut. Sasha yang tengah berada di pojokan tidak bisa menahan tangisnya. Ia benar-benar ingat bahwa ia izin kepada panitia untuk mengganti baju di wc tersebut. Dan seingatnya, ia juga melihat benda itu ada. Dan bodohnya, pada saat itu ia tidak menyadari bahwa itu adalah kamera.

Sebanyak dua orang pantia cewek yang dipercaya, memeriksa isi dari memori kamera tersebut.

Sementara itu, Rega –selaku ketua acara- sudah berdiri di depan para panitia selama kurang lebih 15 menit. Ia telah memaparkan insiden tersebut. Dan mungkin energinya terkuras habis karena berteriak memarahi kelalaian panitia. Ini sudah keempat kalinya Rega menyuruh pelaku untuk segera mengaku.

"Brengsek! Gue udah susah-susah jaga cewek-cewek kelas gue!!" Rega berteriak lagi.

"Kalo sampe gue tau siapa pelakunya, habis lo!" ucap Rega dengan intonasi penuh penekanan di setiap suku katanya.

"Rega," salah satu cewek memanggil Rega.

"Gue rasa, pelakunya udah 2 kali masuk wc. Mungkin dia udah nge cut video awal," jelas Mia.

"Lo tau darimana?"

"Sasha bilang, saat dia ganti baju tadi siang, dia juga liat ni barang. Tapi video tadi pagi atau yang siang ga ada,"

"Terus video yang ada apaan?"

"Yang dimenit awal, ga jelas. Agak burem. Kalau yang di menit selanjutnya, ada beberapa cewek yang masuk, tapi untungnya, kamera ga bisa nangkep cewek-cewek lagi buang air, karena cakupannya cuman dari batas atas bak penampung air, terus menit yang akhir, pas Sasha nemuin ni kamera"

Mendengar hal tersebut, Sasha kemudian memberanikan diri untuk bertanya. "Mi..jadi menurut lo, kalau ada yang ganti baju, bakal keliatan?"

"Ya.. gitu," jawab Mia.

Tangis Sasha makin menjadi. Nathan yang mendengar tangisan Sasha tersebut kemudian mendekat.

"Coba gue liat video yang awal,"

Mia lalu mengarahkan kursor ke tombol play.

"Kayaknya ini video orang lagi letakin kamera deh. Gue mau minta video bagian awal, bisa lo edit, kan?"

***

"Astaga.. Si minyak zaitun. Lo belum pulang?" Rega terkejut saat mendapati Oliv berada dekat parkiran.

"Gimana gue mau pulang kalau Sasha nya masih kayak gini,"

"Lo tuh harusnya khawatirin diri lo sendiri. Kalo sampe lo kenapa-kenapa juga gue yang tanggung jawab," Rega berdecak karena ternyata ia juga harus mengawasi Oliv. Bahaya kalau sampai ada dua orang cewek dari kelasnya menjadi korban.

"Jadi ada yang ngaku?"

Rega menggeleng.

"Gue tadi udah bilang sih. Dalam seminggu ini, kalau pelakunya ga ngaku, kita bakal ungkap sendiri siapa pelakunya,"

Sasha memeluk Oliv seerat mungkin. "Olivv.. gue tadi ganti baju di sanaaa," isak Sasha.

Nathan dan Rega yang masih berada di dekat mereka sontak menoleh. Mereka tidak menyangka bahwa Sasha menjadi korban. Rasanya Nathan jadi emosi mengetahui orang lain lah yang melihat bagian tubuh Sasha. Tidak bohong jika para cowok-cowok memiliki tebakan sendiri terhadap ukuran dada cewek-cewek. Berhubung para siswi pada umumnya memakai seragam pas badan, tidak heran jika ukuran dada pun bisa ditebak. Mulai dari yang rada tepos sampai yang seksi kayak Sasha.

"Iya. Sekarang kita posthink aja dulu," ucap Oliv mencoba menyabarkan Sasha.

"Sha, yuk gue anterin," tawar Nathan.

"Gue gamau pulang sama lo!" tolak Sasha.

Oliv mengerjapkan matanya beberapa kali mendengar jawaban Sasha. "Sha. Lo ga mungkin bawa motor lo dalam keadaan kayak gini, dan gue kan gabisa bawa motor,"

"Gini.. gue pulang bareng lo sama Nathan. Motor lo biar Rega yang bawa dulu," tawar Oliv.

***

"Eh minyak zaitun. Rumah lo dimana?" tanya Nathan pada Oliv.

"Nama gue Oliv. Ih," kesal Oliv mendengar nama plesetan yang sering diberikan teman-temannya. Mentang-mentang namanya mirip dengan bahasa inggris dari minyak zaitun.

"Sory. Gue sering denger lo dipanggil gitu,"

Oliv kemudian menyebutkan alamat rumahnya dengan hati yang masih setengah kesal.

"Kalau gitu, berarti anterin Sasha dulu ya...." gumam Nathan kecewa. Ia berharap rumah Oliv lebih dekat, jadi waktu untuk berdua dengan Sasha lebih banyak. Namun nyatanya keinginannya ditolak semesta.

"Eh bentar. Bilangin ke bunda lo gimana, Sha?" tanya Oliv.

"Jangan bilang apa-apa," ucap Sasha.

"Kok gitu?"

"Astaga. Lo bawel banget," sela Nathan.

"Apasih!" Oliv jelas kesal. Dia kan ngobrolnya sama Sasha. Tapi cowok ini malah nimbrung ga jelas.

"Gapapa, Liv. Gue bilang aja ntar kalo gue lagi pusing. Trus motor, Rega yang bawa dulu,"

***

Seminggu sejak kejadian itu, Rega, Nathan maupun yang lainnya tidak berhasil menemukan siapa pelaku kamera tersebut. Meskipun ada sedikit clue yang berhasil diperoleh dengan mengubah kecepatan video menjadi seperlima dari kecepatan normal dan menggunakan aplikasi untuk membuat kualitas menjadi lebih baik, namun semuanya tetap berhenti di jalan buntu.

000OOooo end of school festival 000OOooo

000OOooo end of school festival 000OOooo

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Adequate
Selanjutnya ADEQUATE 4. Our Cell Phone
7
0
Sudah hampir setengah jam berlalu. Dan di sinilah Sasha berada sekarang. Mereka ada di sebuah café yang tidak Sasha tau namanya. Sementara itu Nathan sibuk menyantap makanan yang ia pesan. Sasha mendesah panjang. Dua puluh menit yang lalu Nathan memaksanya untuk makan dulu. Dan tentu saja Sasha menolak mati-matian. Tapi bukan Nathan namanya jika ia tidak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan