01 - Take Me To Hotel🔞

12
0
Deskripsi

"Siapa yang kamu panggil Bocah Kecil?" 

Pria itu menggeram dengan suara rendah, mulai kesal karena Karina terus memanggilnya dengan sebutan bocah.

"Kalau begitu buktikan ke gue, kalau panggilan Bocah Kecil nggak pantas buat lo."

Karina memoles bibir ranumnya menggunakan lipstik merah menyala. Setelah puas dengan hasilnya, dia pun mematut diri di depan kaca.

Kalau bukan karena profesionalisme sialan itu, dia pasti sudah membuka dua kancing teratas kemeja ketat yang dia pakai untuk menggoda pria incarannya. Namun—atau well, untungnya—Karina masih waras untuk tidak melakukan tindakan segila itu saat bekerja, terutama di kantor.

"Bu, Pak Gilbert sudah menunggu di ruang meeting," ujar Maya, sekretaris Karina.

Karina kembali mengecek penampilannya. Dengan senyum semringah, dia pun bergegas pergi ke ruang meeting.

Senyum di bibir Karina semakin mengembang saat melihat sosok pria yang hampir sebulan ini tidak dia temui berada di ruang meeting. Gayung bersambut, pria nyaris setengah abad itu juga ikut menyunggingkan senyum bahagia begitu Karina tertangkap indra penglihatannya.

"Selamat siang, Pak Gilbert."

"Astaga, saya sudah berkali-kali bilang, panggil Gilbert saja."

Kalau sayang boleh nggak?

Karina bertanya. Dalam hati.

"Pak Gilbert adalah klien VIP di perusahaan kami. Sudah sepantasnya saya menghormati Bapak," ujar Karina dengan sopan, meskipun jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, dia ingin memeluk pria di hadapannya ini. Dia kangen setengah mati.

"Kamu memang paling pintar menyanjung orang lain," puji Gilbert, membuat Karina senang bukan kepalang.

Keduanya lantas duduk di kursi masing-masing. Karena meja meeting sangat besar, Karina memutuskan duduk di samping Gilbert. Untungnya pria itu terlihat tidak keberatan dengan hal tersebut.

"Bagaimana perjalanan bisnis Anda di Roma? Sepertinya menyenangkan," tanya Karina, berusaha membuka percakapan di antara mereka.

"Ya, begitulah. Roma memang menyenangkan, tapi saya lebih suka di Jakarta. Orang-orang yang saya sayangi ada di sini."

Gilbert melemparkan senyum hingga membuat jantung Karina berdebar kencang. Terkadang Karina merasa malu, di usianya yang nyaris menyentuh 33 tahun, dia masih bisa merona hanya karena senyuman seorang pria.

Ah, ralat. Gilbert bukan "hanya" seorang pria. Meski tidak lagi muda, pesona Gilbert bisa meluluhtantakkan hati wanita mana pun. Semua wanita di perusahaan sepakat kalau Gilbert memang duda hot yang sangat menggairahkan.

"Ah, omong-omong soal Roma, saya ada hadiah untuk kamu." Gilbert menyerahkan tas belanja dari salah satu brand populer Italia kepada Karina. "Silakan."

Mata Karina sontak berbinar. Bukan hanya karena kemewahan dari brand tersebut, tetapi Karina juga merasa melambung berkat perhatian Gilbert.

Apa selama di Roma dia mikirin gue? Apa cuma gue yang menerima hadiah ini?

Berbagai pertanyaan berkecamuk di kepala Karina. Dia ingin mengetahui jawabannya satu per satu.

"Saya tidak bisa menerima ini, Pak."

"Kalau begitu, sebagai imbalan, apa kamu mau melakukan satu hal untuk saya?" tanya Gilbert sambil lurus menatap mata Karina, membuat wanita itu nyaris menggila.

"Tentu, Pak."

"Akhir tahun ini saya akan menikah, jadi saya mau kamu merancang rumah pernikahan saya."

Karina terperenyak. Bagai tersambar petir di siang bolong, senyum di bibir wanita itu perlahan luntur hingga lenyap tak bersisa.

"Me-menikah?" tanya Karina sekali lagi, mencoba memastikan kalau telinganya hanya salah dengar. Dia pasti salah dengar.

"Iya, menikah. Lebih tepatnya menikah lagi setelah hampir 10 tahun menduda," jawab Gilbert diiringi tawa, seolah tak menyadari perubahan sikap Karina. "Sejujurnya, saya memberikan tas ini untuk menyogok kamu supaya mau merancang rumah impian saya bersama Helena. Kamu arsitek favorit saya."

Helena? Jadi nama calon istrinya adalah Helena? Berapa usianya? Lebih tua dari gue? Atau ... lebih muda?

"Karina?" Panggilan Gilbert sukses membuyarkan lamunan Karina. Wanita itu refleks bangkit dari kursi hingga tubuhnya hampir limbung kalau tangannya tidak segera meraih sudut meja.

"S-Saya akan diskusikan lagi dengan Pak Rudy. Permisi."

***

Sejak memasuki kepala tiga, Karina tidak pernah lagi menginjakkan kaki di bar. Selain karena pekerjaannya yang menumpuk, hari-harinya sejak tiga tahun yang lalu hanya diisi oleh Gilbert. Wanita itu bahkan tidak pernah malu membayangkan bagaimana rasanya berada di dalam kungkungan Gilbert yang dewasa dan mendominasi.

Karina ingin tahu, bagaimana cara Gilbert memperlakukan wanita di atas ranjang. Karina hanya menginginkan Gilbert, dan sekarang pria itu akan jadi milik wanita lain.

Membayangkannya saja membuat hati Karina panas. Dengan perasaan dongkol, dia kembali menenggak seloki alkohol keduanya hingga habis.

Karina susah mabuk. Hal itulah yang membuatnya mulai meninggalkan alkohol. Percuma minum banyak-banyak. Mabuk tidak, menimbun penyakit iya.

"Tambah satu lagi," ujar Karina kepada bartender.

Karina hendak meminum seloki ketiganya. Namun, sebuah tangan sudah lebih dulu menahan pergelangan tangannya.

"Apa-apaan ini?!" tanya Karina dengan nada melengking. Begitu memutar kepala, sesosok pria dengan tinggi menjulang dan wajah blasteran langsung tertangkap mata sayunya. "Siapa lo?"

"Orang yang memperhatikan kamu dari ujung meja di sana."

Karina berdecak sambil mengempas tangan besar yang mencengkeramnya. "Pergi, Bocah."

"Bocah?" tanya pria itu sambil tergelak. Seolah tak peduli, dia justru menarik kursi di samping Karina lalu duduk di sana dengan santai. "Minum sendiri?"

"Lo buta?"

"Oh, santai. Aku cuma ingin memastikan kalau aku nggak sedang menggoda pacar orang. Well, sekalipun kamu punya pacar, aku tetap akan menggoda kamu sih."

Karina hanya memutar bola mata malas sambil menenggak seloki ketiganya. Rasa pahit langsung menjalar ke dalam mulutnya dalam hitungan detik.

"Pria gila mana yang bikin perempuan secantik kamu minum tiga seloki alkohol sendirian di sini?"

Pertanyaan itu sukses membuat Karina terdiam. Kenyataan besar seolah menghantamnya, bahwa dia datang ke tempat ini dan minum alkohol lagi, semua karena seorang Gilbert. Seseorang yang bahkan bukan teman kencannya, apalagi pacar. Karina, bukan siapa-siapanya Gilbert kecuali arsitek favorit yang sudah tiga tahun bekerja sama dengannya.

Karina sontak mendesah kasar. Matanya agak memanas, pandangannya sedikit memburam dipenuhi air.

Pada titik ini, dia merasa jadi manusia paling bodoh di muka bumi.

"Hei, maaf. Aku nggak bermaksud bikin kamu sedih—"

Karina mengabaikan kalimat itu. Dengan cepat dia turun dari kursi bar yang tinggi. Namun, tubuhnya nyaris limbung gara-gara heels runcing yang dia gunakan. Untung saja pria di samping Karina dengan sigap menahan tubuh rampingnya.

"Are you okay?"

Karina menggeleng. Sejujurnya, dia memang tidak baik-baik saja. Hatinya sakit, dan sekarang kakinya juga ikut sakit. Benar-benar hari tersial dalam hidupnya.

"Aku belum minum apa-apa. Biar aku antar kamu pulang."

Karina tidak menolak. Bahkan saat pria itu mengangkat dan menggendongnya ala bridal pun, Karina hanya bergeming. Tangannya justru melingkar di leher pria itu dengan erat hingga dia bisa mencium parfum maskulin menguar dari sana. Tubuhnya seketika panas dingin tanpa sebab.

"Hotel," bisik Karina, lirih tapi seduktif.

Pria itu sontak menghentikan langkahnya. Meskipun musik di bar menyala dengan kencang, dia masih bisa mendengar suara Karina dengan jelas.

"Apa?"

"Bawa gue ke hotel. Bukannya itu tujuan lo mendekati gue, Bocah Kecil?"

Karina tidak tahu setan apa yang sedang merasuki dirinya saat ini. Selain dengan mantan pacarnya, wanita itu tidak pernah tidur dengan pria asing yang baru saja dia temui di bar.

Namun, malam ini pengecualian. Karina butuh pelampiasan.

"Siapa yang kamu panggil bocah kecil?" Pria itu menggeram dengan suara rendah, mulai kesal karena Karina terus memanggilnya dengan sebutan bocah.

"Kalau begitu buktikan ke gue, kalau panggilan bocah kecil nggak pantas buat lo."

Pria itu tidak menjawab. Sebagai gantinya, dia langsung membawa Karina menuju mobil Audi terbarunya. Setelah memasang sabuk pengaman, dia segera mengemudikan mobil mewah tersebut ke tempat yang Karina inginkan.

***

Halo, selamat datang di buku keempatku! Jangan lupa klik like-nya yaa. Terima kasih~☆

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
AgegapRomansa
Selanjutnya 2. I Want You, Again and Again🔞
7
0
Apa ada bocah yang bisa bikin kamu kayak gini di atas ranjang?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan