Second Chance

0
0
Deskripsi

Semoga kalian menikmati membaca cerita ini :)

BAB 2 - Mengapa?


Hari cuti kerjaku hanya berlangsung 2 hari sehingga aku harus berada di rumah. Aku harus memulihkan kondisi tangan ini. Tidak lupa juga hari ini aku ingin memberikan setelan pakaian sederhana untuknya. Aku tidak mau menatap sekaligus tergoda oleh penampilan dan postur tubuhnya yang berbahaya untuk kesehatan jantungku. Siapa yang menyangka bahwa pria sesempurna ini memiliki sifat yang sinting.

 

“Untuk tuan.” Seruku tanpa melihat wajah Zachary. Aku juga tidak ingin membantu memakai pakaiannya.

 

Jadi yang kulakukan sekarang adalah sebisa mungkin untuk melepas tali ini lalu menyuruh Zachary untuk kabur. Semakin aku ingin melepasnya, tali yang mengandung sihir kuat ini semakin menyakiti tanganku.

 

“Bagaimana caranya..” Lirihku, menahan rasa perih.

 

Melihatku yang terluka lagi, Zachary mulai menyentuh kedua tanganku lalu menggenggamnya dengan pelan. Ajaib sekali, lukaku perlahan pulih dengan baik karena disembuhkan oleh kekuatan penyembuhnya. Aku terkesima karena tanganku sudah sembuh total.

 

“Terimakasih.”

 

Aku segera duduk di sudut yang berlawanan dari Zachary. Kedua tanganku mengepal erat. Aku merutuk kesal dan merasa tidak adil mengapa hanya aku mendapatkan kehidupan yang malang. 

 

“Aku tidak tahu mengapa, tapi bagaimana bisa aku yang berurusan dengan orang kaisar. Aku tidak ingin dibenci.” Lirihku. Aku mewadahkan kedua pipiku dengan telapak tangan sendiri.

 

Kupikir indra pendengarannya sangat baik sehingga Zachary memeluk tubuhku dari belakang. Apa dia mencoba untuk menghiburku? Aku masih tidak mengetahui motif apa sebenarnya yang ingin ia lakukan. Dia juga semakin mempererat pelukan disaat tanganku mencoba melepaskan rangkulan lengannya.

 

“Mengapa Anda—“ 

 

Ucapanku terhenti sejenak disaat kepalanya bersandar pada bahuku.

 

“Saya tidak akan tahu karena Anda tidak berbicara pada saya.” Ucapku tanpa membalas perlakuannya. 

 

Aku mendapati diriku terbangun dalam keadaan memeluk tubuhnya. Betapa memalukannya telah memeluk Zachary—setelah beberapa kali mencoba mendorong tubuh itu. Terlebih juga aku jadi tidak enak untuk membangunkan bangsawan besar seperti dirinya. Dengan perlahan aku mencoba melepaskan rangkulan tangan.

 

Zachary menahanku supaya aku tetap memeluk tubuhnya. Tangannya sedikit menekan kepalaku supaya tenggelam dalam pelukannya.

 

“Bisakah kamu menerima takdirmu bahwa aku adalah budakmu?” Ucap Zachary dengan nada memberat. Pada akhirnya dia mulai membuka suara.

 

“Tidak bisa, saya tidak bisa. Tempat Anda bukan di sini.”

 

Tok. Tok. Aku mendengar suara ketukan pintu. Tanpa persetujuanku, Kaisar datang kemudian membuka pintu kamar. Tampaknya ia senang mendapati diriku sedang tidur bersama dengan Zachary. Cukup beruntung juga beliau sudah melihat kami dalam kondisi berpelukan.

 

‘Kaisar sinting.’ Pikirku.

 

“Sepertinya kamu menikmati dengan pemberian hadiahku.” Ucap Kaisar tersenyum sinis pada Zachary.

 

Aku merasakan kalau rangkulan tangan pada bahuku mulai menegang. Sepertinya ia sedang menahan rasa amarah terhadap Kaisar.

 

“Saya merasa sangat terhormat karena menerima hadiah sempurna dari Yang Mulia.” Jawabku.

 

Kurasa Kaisar telah puas dan menyukai jawabanku sehingga senyuman beliau lebih mengembang. Tanpa butuh waktu yang lama, akhirnya dia pergi meninggalkan rumahku. Tubuh Zachary yang menegang itu juga perlahan kembali normal.

 

“Akhirnya..” Ucapku lega.

 

Aku mencoba mengingat kembali bagaimana alur novel yang kubaca itu. Disaat aku telah mengingat sebagian besar pada alurnya, justru malah melupakan informasi paling penting supaya dapat melepaskan tali sihir itu.

 

Setelah berpikir dengan keras, aku mulai mengingat bahwa sihir tersebut akan memudar jika aku yang memulai ciuman. Tindakan yang tidak masuk akal sekaligus aku juga kurang yakin apakah cara itu akan berhasil.

 

“Tuan, sepertinya saya tahu bagaimana cara melepaskan tali itu.”

 

“Bagaimana?” Tanyanya dengan wajah datar. Ukiran senyumannya terlihat sedikit menurun.

 

Apa hanya aku yang merasakan bahwa Zachary tampak tidak senang setelah aku mencari solusi untuknya?

 

“Saya harus mencium tuan. Tapi perlu diingat saya tidak ingin berniat mesum pada tuan.” Ujarku. Zachary tersenyum tipis dan mengerti apa maksud dari ucapanku.

 

“Maaf ya.” 

 

Aku mencoba untuk mengecup punggung tangannya. Kupikir itu akan berhasil, tapi nyatanya tidak berefek apapun pada tali itu.

 

Mata ini mulai menatap ragu padanya. Sebenarnya aku tidak menginginkan melakukan apa yang barusan kupikirkan, akan tetapi..

 

“Masa aku harus…”

 

Zachary tanpa berpikir panjang langsung mengecup bibirku, dan tali yang mengikatnya masih tidak terlepas. Ketika aku yang akan menciumnya, justru Zachary berlanjut mengecupi tiap inci wajahku. Sikapnya seperti tidak menginginkan aku yang memulai mencium bibirnya. Karena hal tersebut, aku melepas paksa rangkulannya.

 

“Saya yang mencium tuan, bukan tuan yang mencium saya.” 

 

Aku menahan kedua pipinya kemudian memiringkan posisi wajahku untuk mencium bibir Zachary. Seperti dugaanku, sihir yang terkandung dalam tali itu perlahan mulai menghilang. Tanpa sadar senyumanku mengembang dan bernapas lega.

 

“Tuan bisa pergi, dan sementara saya akan mengatakan bahwa anda telah mati oleh sekawanan perampok.” Perintahku.

 

Aku melanjutkan kembali untuk bekerja. Memang mempunyai cheat itu sangat berguna karena aku dapat mengetahui apa yang akan terjadi kedepannya.

 

Namun sesampai aku pulang kerja, aku menemukan dirinya masih tinggal dalam rumahku. Bibirku berdecak kesal.

 

“Saya tidak ingin tuan berada di sini.” Ketusku.

 

“Menjadi budakmu tidak buruk juga?” Balasnya.

 

“Akan jauh lebih berbahaya jika tuan terus berada di sini. Terlebih saya akan takut jika mengalami masalah yang lebih besar.” Jelasku padanya. Zachary menghela napas pelan.

 

“Bukankah kamu akan memiliki pasangan yang membuatmu tidak kesepian?”

 

“Ya, ya, terserah tapi saya tidak suka karena sudah jelas tuan akan membenci saya.” 

 

Zachary justru tertawa pelan mendengar ucapanku. Pipi pada wajahnya mulai memerah beserta sorotan matanya ikut berubah ketika menatapku. Kurasa dia sudah lebih dulu kehilangan akal sehatnya dibanding diriku sendiri.

 

“Justru aku ingin kamu jatuh hati padaku.” Ucapnya dengan nada sensual. Jemari tangan itu dengan lihai melepaskan kancing baju sehingga memperlihatkan bahu lebar dan dada bidangnya padaku. Aku bingung harus bereaksi terpesona atau merasa merinding karena godaan dari Zachary.

 

Dia merebahkan tubuhku ke tempat tidur dengan posisinya yang sudah berada di atas.

 

“Kamu seharusnya merasa beruntung pria sepertiku bisa menjadi milikmu seutuhnya.” Bisik Zachary. Dia mencium sekilas bibirku, yang semakin membuatku merinding.

 

“Mengapa tuan terus menggoda saya?!” 

Aku berusaha mendorong bahunya, namun tidak bisa karena tenaganya jauh lebih kuat dariku.

 

“Mengapa aku bersikap jadi seperti ini? Mungkin kamu telah menggunakan sihir untuk memikatku.”

 

“Saya bahkan tidak bisa sihir!” Jelasku, membuang pandanganku. Zachary menggodaku kembali dengan menyentuh daguku.

 

“Aku lebih suka kalau hanya kamu yang menyentuhku.”

 

“Tapi saya tidak pernah mencoba untuk menyentuhmu.” Jawabku mencoba menghentikan usapannya.

 

“Aku tahu.” tangannya menuntun tangan kiriku lalu mengusapi dada bidangnya.

 

“Bagaimana?” Tanya Zachary sekali lagi, memberikan senyuman manis.

 

Aku menepis genggaman tangannya lalu menatapnya tajam. “Tuan sepertinya sudah benar-benar gila..”

 

“Mengapa tuan sebegitu inginnya menjadi budak, padahal tuan adalah bangsawan besar?” Tanyaku langsung pada intinya.

 

“Karena…” ucapannya terhenti.

 

“Karena?”

 

“Aku mencintaimu.” Jawab Zachary.

 

“Jangan mengada-ngada, saya tahu tuan sedang berbohong.”

 

“Apa aku terlihat berbohong?” Jawabnya. Aku benar-benar menatapnya tidak percaya, karena belum lama ini kami berinteraksi satu sama lain.

 

“Saya ini tidak menarik, aneh dan memiliki sifat asli yang mengerikan.” Seruku berusaha supaya dia menjauh dariku.

 

“Aneh dan mengerikan bukannya justru sangat menarik kalau dalam urusan ranjang?”

 

Aku benar-benar tidak habis pikir dengan pemikiran diluar nalarnya. Ingin rasanya aku memukuli kepala Zachary sekali lagi.

 

“Sekarang kau sudah terbebas, seharusnya kau bisa membalas dendam. Pergi sana!” Usirku tidak bisa lagi menyembunyikan amarah. Aku sudah tidak peduli dengan sikap tidak sopanku di depan orang bangsawan seperti Zachary.

 

”Aku lebih suka terus bersamamu.”

 

“Kalau begitu, lebih baik kau membenciku saja. Pada akhirnya aku akan mati.”

 

Sorotan mata Zachary berubah tajam setelah mendengar perkataanku.

 

”Kamu tahu aku jadi marah karena kamu selalu berkata seperti itu.” Ucapnya. Intonasi suara yang sebelumnya tampak renyah, sekarang mulai memberat. Dia seperti.. sedang mengintimidasiku.

 

Tok. Tok.

 

Aku sangat berterima kasih kepada pelayan kaisar yang telah datang ke rumahku. Dengan buru-buru aku segera bangun dan membukakan pintu. Kurasa aku berhasil menghindari pria sinting macam Zachary. Aku sangat menyadari bahwa pelayan wanita itu tampak berusaha menahan rasa malu akibat melihat kondisi Zachary bertelanjang dada. Pelayan itu saja malu, apalagi aku yang merasakannya?

 

“Maaf, tapi Yang Mulia membawakan kudapan untuk budak Anda.”

 

“Terima kasih.”

 

Aku menaruh kudapan itu ke meja. Tentu saja aku tidak ingin berniat memberikannya pada Zachary, karena kudapan itu mengandung racun untuk membunuhnya. Kalau dia terbunuh, maka aku akan dibunuh—karena Kaisar akan memusnahkan siapa yang berhubungan dengan Zachary. Begitupun jika dia yang memakannya. Seperti yang diketahui dalam novel dia memiliki kekuatan penyembuh sehingga Zachary hanya mengalami demam tinggi. Sehingga berujung aku yang akan disiksa juga olehnya.

 

Lantas lebih baik sekalian aku mati saja.

 

“Apa itu makanan?” Tanya Zachary.

 

“Iya.”

 

Zachary berdiri kemudian hendak mengambil piringnya. Dengan cepat kedua tanganku mengambil 3 macaroon itu kemudian memakannya.

 

“Ah, maaf. Sesuatu yang menjadi milik tuan menjadi milik saya juga kan?” Ucapku penuh dengan makanan yang dikunyah. Mulutku sebenarnya sudah tidak sanggup untuk memakan sekaligus, namun aku harus terpaksa memakannya. Zachary yang melihatku tersedak hanya tersenyum datar. Tanpa persetujuanku, kedua tangan itu mengangkat tubuhku kemudian membawanya ke tempat tidur.

 

“Jangan mengangkat saya!” Ucapku, menepuk bahunya.

 

“Kamu harus istirahat total.”

 

Setelah ia mengatakan itu, dadaku terasa sakit dan pandanganku berubah gelap.

 

                                           **
                                           **

 

“Aku masih hidup..?”

 

Aku terkejut karena Zachary sedang mendekapku erat. Sepertinya ia mengetahui kalau aku terkena racun mematikan sehingga dia memelukku semalaman. Tersadar bahwa aku sudah bangun, dia terus memperhatikanku.

 

“Aku jadi semakin ingin membunuhnya karena sudah menyakiti tuanku.” 

 

“Saya bukan tuanmu..” Lirihku berusaha mendorong rangkulannya. Tenaganya jauh lebih kuat sehingga aku sulit melepasnya. Sepertinya Zachary juga tidak mempedulikannya, sehingga dia hanya sibuk mengusap rambutku.

 

“Apa masih terasa sakit?”

 

“Tidak..”

 

”Jangan berbicara atau melakukan hal yang membuatku marah.” Dia menatapku dengan sorotan itu lagi. Sorotan yang membuatku tidak nyaman.


Hembusan napasku mulai terbatas dan mengalami jeda, akibat rasa takut perlahan menghampiriku.

 

“Saya minta maaf.” 

 

Aku spontan meminta maaf padanya. Kedua mataku juga tidak dapat menatapnya. Jujur saja aku jadi sedikit takut dengan aura yang terpancar sedikit mengintimidasiku. Ada apa dengan Zachary? Mengapa sikapnya berubah dalam sekejap?


Aku tersentak kembali karena Zachary memeluk tubuhku. Kerap beberapa kali juga dia mengecup lembut pucuk kepalaku.

 

 “Aku tidak bermaksud membuatmu jadi takut, aku hanya khawatir.”

 

Aku tahu, pasti banyak perempuan yang mulai jatuh hati akibat perlakuan Zachary. Apalagi bisa memiliki pria sesempurna sepertinya, dan dia sendiri tidak mempermasalahkannya. Tapi! Pria ini juga membawa petaka untukku dan terlebih juga seharusnya dia membenciku setengah mati. Pasti ada sesuatu yang salah tanpa aku ketahui.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Sebelumnya Second Chance
0
0
Cerita ini mengandung unsur skinship dan sedikit adegan kekerasan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan