
“Jadi apa yang harus saya kerjakan?” Dwi
Bab 3 : Demi Anak
Airin masih sekaya dulu. Rumah peninggalan orang tuanya masih asri terawat. Hanya saja tak lagi ada calon baby sitter dan ART yang terlihat di kediamannya.
Sejak orang tuanya masih hidup, keluarga mereka memang berbisnis agen penyaluran pembantu. Tapi entah apa sekarang bisnisnya masih jalan.
“Ini rumah siapa?” Saskia bertanya.
Mereka tak pulang ke rumah. Dwi mengajak Saskia ke rumah teman SMA-nya. Ia berencana meminjam pada temannya.
“Rumah teman Ibu.” Dwi berzikir dalam hati. Berharap Airin akan meminjamkan uang untuk membeli ponsel putrinya.
“Ya ampun Wi, apa kabar?” Airin masih seramah dulu.
“Baik.” Dwi memaksa tersenyum walau suasan hatinya tengah remuk redam.
“Ini siapa?” Airin melihat ke Saskia.
“Ini putri saya.”
“Saskia tante.” Saskia mengulurkan tangan menyalami Airin.
“Silakan masuk.” Airin mempersilakan.
“Sudah lama juga ya kamu nggak kemari. Terakhir pas sebelum nikah.” Airin mengingat.
Dwi terangguk “Saya kemari karena mau minta tolong.”
“Kalau gitu ke ruang kantorku aja. Saski pinjam ibunya dulu ya.”
“Iya Tan."
Dwi mengikuti Airin ke ruang kantornya.
Airin menutup pintu ruang kantornya dan menyilakan Dwi duduk.
“Ada masalah apa?”
“Anakku butuh ponsel untuk kelas online. Aku tak punya uang untuk membelikan. Aku berencana meminjam padamu.”
“Kalau pinjam aku tak ada. Tapi kalau kau mau bekerja aku bisa kasih uang muka gajinya.”
“Bekerja?” Dwi tak tahu pekerjaan apa yang harus dilakukannya.
Airin mengangguki “Pandemic. Usaha agen penyaluran pembantuku tutup. Semua orang di rumah dan merapikan rumahnya sendiri. Mereka juga berhemat dan khawatir orang luar membawa virus.”
“Jadi apa yang harus ku kerjakan?” Dwi belum paham.
“Bisnis SPA banyak yang tutup. Tapi orang kaya yang butuh dipijat selalu ada.”
Dwi membelalak terkejut “Aku tak pernah belajar memijat? Siapa yang dipijat? Kaum wanita atau pria?”
“Kau bisa belajar dari youtube cara memijat. Pelanggannya kaum pria. Kebetulan aku kekurangan orang untuk bekerja.”
Dwi begidik. Ia menggeleng “Aku tak mungkin melakukannya. Mana mungkin aku memijat yang bukan mahramnya. Aku istri ustad.”
“Ustad yang tak cukup adil pada istri pertamanya hingga kau harus datang kemari?” Airin selalu bicara lugas.
Dwi terdiam. Airin benar. Ia harus bisa memilih. Membiarkan anaknya menjual diri atau Ia yang dihukum Tuhan untuk pekerjaan yang akan Ia ambil.
“Tidak seharian kan?”
“Paling lama dua jam. Suamimu pasti tak akan curiga. Dia pasti terlalu sibuk dengan istri mudanya.
“Aku mau gaji dimuka. Aku butuh uang untuk membeli ponsel anakku.”
Airin membuka laci meja kerjanya dan meletakkan dua ikat uang ke hadapan Dwi “Dua juta. Jika suamimu menanyakan ponsel baru anakmu kau tinggal katakan hasil mengemis dariku.”
Dwi terangguk, matanya memanas. Ia baru saja menukar rupiah dengan tawaran pekerjaan yang tak masuk akal.
Tuhan pasti maklum. Ia menikah dengan ahli agama yang tak cukup paham agama. Ia terdesak, Ia harus menyelamatkan masa depan putrinya. Demi Saskia, demi melihatnya sukses Ia akan rela bekerja apapun.
Bab 4 : Menikah Ibadah
Dwi mengajak Saskia ke Bogor Trade Mall. Mereka menyusur toko toko ponsel yang ada dan memperhatikan sekilas merk, ram dan harga yang dijual.
“Ibu budgetnya berapa?” Saskia menanyakan.
“Satu setengah.”
“Kalau gitu kita berhenti dulu. Biar Kia cek di internet hape yang ram tinggi tapi harga murah.” Kia berhenti dan menyandar di dinding kaca BTM lantai dua.
Dwi ikut menghentikan langkah dan memperhatikan putrinya yang mencari di halaman browsing Samsung j1.
“Ada Bu. Advan G9 ram 6 satu setengah.” Kia menunjukkan hasil pencarian di layar.
“Ya udah beli itu.”
“Nanti hape Kia ibu pakai ya.”
“Iya.” Dwi memang butuh untuk menonton Youtube teknik memijat. Ia tak pernah tahu bagaimana cara memijat di SPA. Ia hanya tahu memijat suami saja. Itupun lima tahun lalu sebelum Kokom hadir dalam rumah tangganya. Setelah itu Kokom yang mengambil alih memijat suami.
Mengambil alih kamarnya yang membuat Ia menempati kamar tamu. Mengambil semua perhiasan dan baju baju yang masih bagus seolah Kokom lah istri yang lebih dulu hadir. Dwi hanya bisa menelan semua penderitaannya tanpa bisa mengadu kemanapun.
“Jangan pernah kamu ghibah soal rumah tangga diluaran. Ingat riwayat HR Thabrani “Perumpaan orang yang membuka aib paasangannya itu seperti orang yang digigit beberapa ular hitam pada hari kiamat nanti.” Danang menceramahinya saat Ia bilang Ia sudah tak tahan berumah tangga dan ingin megadukan pada orang tuanya.
Entah apa itu nasihat pasangan? Atau ustadz yang belagak bijak? Atau orang suci yang mengancam dalam bahasa halus? Dwi hanya bisa memendam semenjak itu.
“Ibu kok kita kesini?” pulang dari membeli ponsel Dwi mengajak anaknya mampir ke bank.
“Ibu mau buka tabungan atas nama kamu.”
“Ibu masih punya uang?” sembari mengikuti Ibunya ke antrian CS, Saskia bertanya.
“Tante airin tadi kasih dua juta. Satu setengah yang dipakai beli ponsel kamu, yang empat ratus mau Ibu pakai buka tabungan. Sisanya buat kita jajan bakso.”
Kia senang mendengarnya “Kenapa nggak pakai nama Ibu buka tabungannya?”
“Biar Abi nggak tahu. Biar uangnya nggak dipakai Bu Kokom. Biar kalau Ibu nggak ada kamu masih punya pegangan.”
“Ibu.” Kia menatap haru. Ia tahu Ibunya tak meminjam. Ibunya sudah bilang akan bekerja ikut temannya. Dan uang yang Ibu punya merupakan uang muka gaji.
“Sekolah yang baik. Jangan mikir nyari uang lagi. Biar nanti Ibu yang mikir keperluan kamu.” Dwi mengusap kepala putrinya.
“Iya bu. Kia bakal belajar rajin biar bisa sukses. Biar bisa nyenengin ibu. Kia nggak akan nikah. Kia nggak mau ngalamin kaya Ibu.” Kia berjanji pada Ibunya.
Dwi yang mendengar janji putrinya merasakan kegetiran.
“Menikah adalah ibadah, menyempurnakan separuh agama, sunnah Rasul dan mendapatkan ketenangan hati.” harusnya Ia mengatakan itu pada putrinya.
Namun lidahnya kelu, Ia tak sanggup. Menikah dimatanya adalah neraka di dunia. Mungkin bagi putrinya juga sama. Kia adalah saksi tahun-tahun penderitaan setelah Kokom hadir. Bagaimana peran sebagai istri lebih mirip pembantu yang tak perlu di upah. Diminta melayani tapi tak diberi nafkah.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
