Bulan Februari memang gue jadikan bulan untuk lebih serius bikin konten di internet. Gue pengin benar-benar cari tahu, apakah di masa depan nanti, gue bisa hidup dari bikin sesuatu yang gue mau di internet ini.
Awal Februari rasanya seru abis. Gue nyelesain satu video Youtube tentang petualangan 30 Hari Bersama Stranger di Bali, lalu banyak bikin konten-konten singkat di Tiktok, Instagram, dan tulisan di sini, sambil menyiapkan konten besar apa yang...
Gue cuma butuh dia dan sunset yang kecil saja, dan di antara kita ada wifi yang putus nyambung. Gue minta dia untuk menyetel Spotify. “Kamu aja yang pilih lagunya, nanti aku nyontek lirik.” lalu gue ketawa, dan intro bermain. Dia bernyanyi, merdu kata gue. Gue bagian mengacau aja. “Bisa jangan terlalu bagus gak, Anda? Nanti dapet nilai 90 gue susah ngejarnya nih.”Gue cuma butuh dia dan sunset yang kecil saja. Tidak perlu baju mewah atau gaun cantik. Dan masalah yang kita hadapi cuma “Makan malam apa kita, ya, abis ini?”Gue cuma butuh dia dan sunset yang kecil saja, dan kita bisa bicara apa saja. Tentang rahasia-rahasia masa kecil atau khayalan-khayalan masa depan. Masalah yang ada di rumah, atau keluhan-keluhan tentang pekerjaan. Gosip artis terkini, atau orang di meja sebelah.Gue cuma butuh dia dan sunset yang kecil saja, dan kita bisa diam sampai gelap jika dia maunya begitu. Entah karena harinya buruk, entah perjalanannya melelahkan, entah overthinking yang bikin dia pusing.Gue cuma butuh dia dan sunset yang kecil saja, supaya bisa bilang kapan-kapan ke sini lagi, ya. Dia cemberut, tetapi tetap motret juga. Sore ini dingin, awannya banyak. “Sebentar.” Gue memperhatikan crop top-nya yang dibalut cardigan.. “Ini emang semua cewek kulitnya badak apa sebetulnya kedinginan juga sih?” Dia berhehehe aja. Pengin gue tampol, tapi nanti marah. Pengin gue peluk, tapi malu.Gue cuma butuh dia dan sunset yang kecil saja, biar tidak ada Fiersa di antara kita. Gue tidak jago memainkan kata-kata. Tidak ahli menggabungkan melodi dan rima. Tidak tahu cara menuang senja ke dalam kopi (anjay).Gue cuma butuh dia dan sunset yang kecil saja,
biar sore itu, kita yang jadi pemeran utamanya.Gue cuma butuh dia dan sunset yang kecil saja, biar suara jantung gue kedengaran. Supaya gue ingat kalau ini semua bukan tentang pemandangan yang magis. Bukan tentang hidup di dunia Pinterest. Fakta bahwa gue, saat ini, bengong melihat dia yang repot membenarkan posisi rambut karena berkali-kali disapu angin, lalu menatap wajah gue, dan gue kabur mencari-cari sesuatu untuk dilihat, mengingatkan kalau hidup bisa biasa saja dan itu tetap mendebarkan.Gue cuma butuh dia dan sunset yang kecil saja, dan kalau boleh nambah, makanan kecil untuk nyemil. Mungkin semangkuk mie instan. Atau segelas susu panas. Gue tidak lapar, tapi makan adalah kamuflase yang bagus untuk orang yang sedang salah tingkah.Gue cuma butuh dia dan sunset yang kecil saja. Biar gelap segera tiba, dan gue bisa lihat bintang paling terang malam itu.