Rumah Pocong Sura #2

Di antara keindahan hamparan kebun teh, berdiri satu bangunan tua yang dikenal sebagai “RUMAH POCONG”.Bangunan itu menyimpan misteri semenjak sang pemiliknya yang merupakan salah satu saudagar di desa tersebut meninggal secara tak wajar namun kemudian secara mengejutkan—dia hidup kembali, lalu meneror satu desa di ketinggian Jawa Barat.Kisah ini ditulis berdasarkan kejadian nyata, namun nama tempat, tokoh, dan beberapa detail kejadian telah disamarkan demi melindungi privasi narasumber dan pihak-pihak yang terkait dalam cerita. Bagi kalian yang menyadari segala bentuk ‘clue’ yang ada pada cerita ini, harap menyimpannya untuk diri sendiri saja.“Dulu orangnya ngilmu, pesugihan juga. Terus dia meninggal tapi hidup lagi. Orang-orang taunya dia mati suri, padahal yang hidup lagi itu pocongnya.”  Ujar Aki, salah satu saksi hidup yang menjadi narasumber.Sinopsis Chapter 3 : “PERGI ATAU MATI”Mira tidak sadarkan diri, dia kerasukan dengan belatung-belatung mengerubungi tubuhnya. Situasi malam itu menjadi semakin mencekam ketika listrik seketika padam dan bohlam-bohlam lampu meledak. Di kamar belakang, Sarno menghidupkan lentera malam, dia justru mendapati terror dari sosok perempuan bersimbah darah bermata bolong yang memutar kepalanya 180 derajat.Situasi menjadi semakin tak terkendali ketika Mira didapati menghilang dari kamarnya lalu ditemukan bersama puluhan pocong-pocong di kebun teh!Rumah Pocong Sura, merupakan serial e-book bergambar yang terdiri dari total lima (5) chapter dilengkapi dengan gambar ilustrasi berdasarkan kejadian yang terekam. Ditulis berdasarkan kesaksian narasumber dan proses residu energi masa lalu yang menceritakan tentang betapa buruk dan kejinya bersekutu dengan setan.Peringatan, apabila selama membaca kalian merasakan sensasi merinding tak biasa atau tanda-tanda lain seperti suhu ruangan mendadak berubah, silahkan tetap melanjutkan membaca. Namun jika kalian mencium aroma tak sedap seperti bau anyir, amis, busuk, bahkan bau sampah, harap berhenti membaca! basuh muka atau mengambil wudhu (bagi yang muslim) dan sebisa mungkin menghindari sepi/sendirian. Jika aroma tak sedap itu sudah hilang dan kalian sudah merasa lebih tenang, silahkan kembali lanjutkan membaca.