Sean tertunduk dan mengadu kepada Tuhan yang menciptakan alam semesta. Takdir kehidupannya begitu tidak dapat masuk oleh akalnya yang hanya manusia biasa. Ia meyakini kalimat yang diucapkan oleh sahabatnya itu, bahwa semua masalah akan berakhir dengan bahagia. Sean hanya terdiam ketika sahabatnya berusaha menenangkannya yang terlihat kacau sejak beberapa hari lalu.

Sean meyakinkan diri bahwa yang ia lakukan adalah benar. Melangkahkan kakinya perlahan ke ruangan di mansion itu yang tak seorangpun memasukinya kecuali kakeknya. Napasnya tercekat melihat ruangan yang sangat berbeda dari ruangan lain yang ada di mansion ini. Namun Sean merasa menyesal karena mengetahuinya setelah terjadi masalah yang melibatkan banyak orang.

“Gue telat ya?” ucap Sean pada dirinya sendiri.

BUMANTARA