Cerita ini adalah pengalaman nyata Yudha yang terjadi saat dia masih SMP lebih tepatnya sekitar 13 tahun yang lalu. Sebenarnya cerita ini adalah salah satu pengalaman yang telah dia lupakan karena sangat membuatnya trauma. Walaupun membuat dia trauma namun pengalamannya tersebut meninggalkan pelajaran berharga. Mungkin bisa dibilang pengalaman mistisnya ini memberikan pelajaran tidak hanya untuk dia tetapi juga siapapun yang mengetahui ceritanya.
Cerita ini adalah pengalaman nyata Yudha yang terjadi saat dia masih SMP lebih tepatnya sekitar 13 tahun yang lalu. Sebenarnya cerita ini adalah salah satu pengalaman yang telah dia lupakan karena sangat membuatnya trauma. Walaupun membuat dia trauma namun pengalamannya tersebut meninggalkan pelajaran berharga. Mungkin bisa dibilang pengalaman mistisnya ini memberikan pelajaran tidak hanya untuk dia tetapi juga siapapun yang mengetahui ceritanya.
SERAM MENCEKAM AMPUN PARAAH!!
Kisah bermula pada masa Yudha kelas dua SMP tahun 2010 di wilayah Bogor. Masa itu sedang ramai-ramainya acara tv yang selalu tayang saat tengah malam yaitu Uji Nyali dan Dunia Lain. Siapa yang tidak tahu acara tv fenomenal tersebut. Hampir semua kalangan menyukainya bahkan saking sukanya orang-orang rela menahan kantuk untuk menunggu jam tayang saat tengah malam. Uji Nyali menyuguhkan tayangan di mana para peserta acara tersebut berhadapan dengan tantangan supranatural. Sensasi acara tv yang menegangkan dan mencekam membuatnya menjadi acara tv favorit Yudha masa itu. Hampir setiap hari Yudha menonton acara tv Uji Nyali. Biasanya dia juga suka membahas acara tv tersebut di sekolah bersama tiga teman dekatnya yang juga menyukai acara tv Uji Nyali dan Dunia Lain . Topik kedua acara tv supranatural itu menjadi pembahasan favorit Yudha dan teman-temannya karena mereka memang menyukai sensasi yang disuguhkan dari acara tv tersebut.
Hari rabu saat Yudha di sekolah sedang berkumpul dengan dua teman dekatnya yakni Farhan dan Jarjit. Mereka sedang mengobrol santai saat jam istirahat membahas acara Uji Nyali yang mereka tonton tadi malam. Ekspresi ketiganya sangat menggebu-gebu menceritakan pendapat mereka tentang peserta Uji Nyali.
"Eh gila ya itu pesertanya sampe nangis," Ujar Yudha membahas peserta Uji Nyali yang dia tonton tadi malam.
"Woy iya, gue liat juga pas pesertanya ketakutan terus nangis," Timpal teman Yudha.
Saat Yudha dan dua temannya masih asyik mengobrol tiba-tiba Anggi yang lagi jalan menghampiri mereka. Saat Anggi datang raut wajah Yudha dan teman-temannya langsung berubah kurang senang. Mereka sama-sama tahu Anggi si teman sekelas mereka adalah orang yang menyebalkan. Dan benar saja, tanpa ada aba-aba atau perintah untuk ikut nimbrung si Anggi langsung celetuk seperti mengejek.
"Cerita mulu lu pada, Uji Nyali langsung ga berani," Ucap Anggi dengan nada meremehkan pada tongkrongan Yudha.
Mendengar ucapan Anggi membuat Yudha dan dua temannya kesal dan tersinggung. Tetapi Yudha masih menahan diri agar tidak tersulut emosi apalagi membuat perkelahian. Lain dengan Yudha, Farhan justru nyolot balik karena dia merasa telah panas dengan ucapan Anggi tersebut.
"Lah gue mah berani, lu aja kali yang takut!," Balas Farhan yang reflek berdiri dari posisi duduk.
Melihat Farhan menjawab dan menyinggung, Anggi malah membalas lagi dengan menantang.
"Lu berani? Serius lu? Kalo lu berani coba besok uji nyali di daerah rumah gue!," Tantang Anggi membalas Farhan.
Mereka semua tahu daerah rumah Anggi terkenal dengan mitosnya yang angker. Yudha dan Jarjit terkejut dalam diam karena Anggi memberi tantangan yang tidak main-main. Farhan yang tidak mau harga dirinya dipermalukan dia menerima tantangan Anggi dengan syarat.
"Kalo gue berani dan berhasil uji nyali, lu bisa kasih apa?!," Ujar Farhan menawarkan kesepakatan.
"Kalo lu berhasil gue kasih masing-masing 50 ribu!," Ujar Anggi dengan tampang meremehkan.
Farhan mengangguk tanda sepakat, sementara itu Yudha dan Jarjit hanya bisa menelan ludah karena tidak bisa berkata-kata lagi dengan Farhan yang sudah setuju dengan Anggi.
"Beneran lu ya, awas lu bohong!," Ujar Farhan yang memvalidasi janji Anggi.
"Besok datang ke rumah gue jam 6 sore, ga usah ke maleman takut lu ga kuat!," Pesan Anggi sebelum dia pergi dari tongkrongan Yudha.
Setelah Anggi berlalu, Yudha dan Jarjit protes pada Farhan.
"Han, lu kenapa mau terima tantangan si Anggi? Kan kita tahu di daerah dia tuh mitosnya angker!," Ucap Yudha dengan wajah setengah kecewa.
"Iya, jangan sembarang nantangin kalo di sana," Timpal Jarjit yang merasa gelisah.
"Udah tenang aja, di daerah dia itu banyak keluarga gue juga kok. Kebetulan om gue yang tinggal di sana orang bisa. Entar kita datang dulu ke om gue minta jagain dulu," Balas Farhan dengan yakin untuk menenangkan kedua temannya.
Yudha dan Jarjit masih khawatir walau Farhan sudah meyakinkan mereka dengan dalih pamannya bisa membantu.
"Udahlah Han, mending batalin aja tantangan Anggi," Ucap Yudha memilih ambil aman.
Di antara teman Yudha hanya dia yang merasa lebih khawatir sebab dia memiliki kepekaan dengan alam sebelah.
"Ga, kita ga boleh batalin tantangan si Anggi. Kan lu tau sendiri dia orangnya slengean. Kalo kita batalin yang ada nanti makin ngebully kita tu anak," Ucap Farhan kekeh dan meyakinkan.
Suasana sejenak menjadi hening karena Yudha dan Jarjit menimbang ucapan Farhan. Mereka pikir apa kata Farhan ada benarnya, jika mereka menyerah khawatirnya Anggi akan membully mereka lebih parah. Akhirnya keduanya mau tidak mau akibat ada rasa tidak nyaman maka mereka memilih tetap lanjut dengan tantangan Anggi.
"Kali ini gue ikut, tapi kapan-kapan jangan ajak gue lagi kaya gini," Ujar Yudha yang disusul Jarjit mengangguk setuju dengannya.
Sisi lain Yudha juga mulai merasa penasaran kira-kira apa jadinya dia yang memiliki kemampuan indigo ketika uji nyali.
Saat di rumah Yudha berpikir bagaimana caranya agar dia bisa mendapatkan izin dari orang tuanya keluar malam. Jika dia mengatakan hendak uji nyali sudah pasti orang tuanya melarangnya keluar dan bahkan mungkin bisa saja menghajarnya. Orang tua Yudha termasuk orang yang sangat protektif pada anaknya untuk keluar main malam saja sulit apalagi keluar malam untuk uji nyali. Biasanya Yudha hanya boleh keluar malam untuk kepentingan tugas atau sekolahnya.
Karena Yudha belum menemukan titik terang solusi untuk mendapatkan izin kedua orang tuanya. Dia mulai mengambil handphone untuk berdiskusi dengan teman-temannya yang sama-sama akan uji nyali. Dia menghubungi Jarjit dan Farhan untuk meminta saran mendapatkan izin orang tua. Beberapa menit mereka diskusi namun belum menemukan solusi. Hingga akhirnya Yudha ingat sesuatu.
Maafin Yudha ayah, Ibu. Yudha harus berbohong demi bisa keluar malam. Batin Yudha yang telah mendapat ide cemerlang.
Yudha terpaksa memilih berbohong pada orang tuanya. Dia berencana akan memberitahu orang tuanya bahwa dia akan ada kegiatan pramuka jambore. Orang tua Yudha sudah pasti mengizinkan dia untuk keluar malam jika untuk kegiatan seperti itu, terlebih Yudha memang anak yang aktif pramuka maka orang tuanya pasti percaya bahwa dia benar-benar akan menghadiri kegiatan tersebut.
"Bu, besok Yudha ada kegiatan kemah jambore. Jadi nanti Yudha keluar malam dijemput sama temen," Ucap Yudha yang beralasan bohong.
Ibu Yudha yang tahu anaknya memang aktif kegiatan pramuka tentu saja tanpa introgasi langsung mengizinkannya mengikuti acara tersebut.
Setelah mendapat izin dari orang tuanya dia sangat senang walau aslinya dalam lubuk hati kecilnya rasa berdosa karena telah berbohong pada orang tuanya. Namun mau bagaimana lagi hanya itulah cara satu-satunya dia diperbolehkan untuk keluar malam.
Untuk menambah rasa percaya dan menghindari curiga orang tua, Yudha mengarahkan temannya agar sama-sama mengenakan seragam pramuka saat menjemputnya. Temannya langsung mengerti karena sama-sama tahu karakter orang tua Yudha yang sangat protektif pada anaknya. Yudha dan dua temannya sepakat akan sama-sama mengenakan seragam pramuka saat hendak berangkat besok malam.
Keesokan harinya saat langit telah memunculkan jingganya, Yudha telah siap dengan seragam pramuka menunggu teman-temannya untuk menjemput. Akhirnya Farhan yang membonceng Jarjit telah sampai depan rumah Yudha. Mereka berdua dipersilahkan masuk oleh Yudha. Karena saat itu telah memasuki waktu magrib, ketiganya harus menunaikan sholat terlebih dahulu.
Waktu telah menunjukan pukul 6.30 sore. Saat itu Yudha yang mengenakan seragam pramuka lengkap dengan tasnya berpamitan kemudian salim pada ibunya, tidak lupa Farhan dan Jarjit tentu ikut salim pamitan dengan orang tua Yudha. Lalu ketiganya diantar sampai depan rumah. Saat itu hanya Farhan yang membawa motor mionya jadi mereka berangkat tumpang tiga. Dengan perasaan rela melepas anaknya berangkat jambore, ibu Yudha melambai di depan pintu rumah. Sementara itu hati Yudha yang setengah resah karena berbohong terpaksa memasang muka bahagia.
Saat di perjalanan suasana terasa normal. Farhan membonceng dengan kecepatan sedang. Jarjit tampak biasa saja meski agak berhimpitan duduk di tengah-tengah dua temannya dan Yudha yang duduk paling belakang berpegangan dengan behel motor. Mereka bertiga tidak banyak ngobrol di jalan entah karena gugup atau sibuk dengan pikiran masing-masing. Deru suara jalanan cukup ramai namun pikiran Yudha tidak fokus ke suara jalan raya. Saat pikirannya tenang tiba-tiba terdengar suara seperti bisikan.
"Pulang saja kamu!," Ucap suara astral yang Yudha tangkap.
Wajah Yudha langsung gugup, dia terkejut karena tampaknya telah ditegur oleh makhluk gaib. Lebih mengerikan suara tersebut berulang hingga tiga kali, terdengar seperti teguran sekaligus perintah. Dia yang gugup menepuk bahu temannya Farhan untuk memberitahu perasaan gugupnya.
"Han, putar balik aja yu. Perasaan gue ga enak nih. Tadi ada yang bisikin gue!," Kata Yudha membujuk Farhan untuk menghentikan tujuan mereka.
Jarjit yang di tengah-tengah temannya mulai memikirkan kata Yudha, diam-diam dia merinding mendengar ucapan teman indigonya itu. Lain dengan Jarjit, Farhan justru lebih keras kepala. Dia kekeh untuk melanjutkan misi uji nyali.
"Apaan sih lu Yud, bisikan-bisikan!. Udah lanjut aja," Bantah Farhan yang tetap melajukan kendaraannya.
Setengah jam berlalu, mereka mulai memasuki wilayah kampung Anggi. Semakin dekat dengan jalan kampung itu jalanan kian sepi dan lebih redup. Bisa dibilang karena bukan jalan besar jadi tidak banyak orang yang lewat sana untuk bermobilitas. Wilayah kampung yang agak naik ke puncak membuat suhunya jauh lebih sejuk. Yudha dan dua temannya dapat merasakan betapa sejuknya jalan kampung Anggi apalagi saat malam hari.
Pukul 7.15 malam, Yudha, Farhan dan Jarjit tiba di wilayah kampung Anggi. Kampung itu terasa sangat sepi, pintu-pintu rumah hampir semua tertutup dan hampir tidak ada seorangpun yang berkeliaran di luar rumah. Sesampainya di daerah itu mereka tidak langsung menuju rumah Anggi, namun tujuan utama mereka adalah menemui paman Farhan yang juga tinggal di kampung itu.
Farhan memarkirkan motornya depan rumah pamannya. Pintu rumah paman Farhan yang tertutup mulai mereka ketuk.
"Assalamualaikum, Om!," Ucap salam Farhan sembari mengetuk pintu rumah.
Saat salam dan panggilan pertama tersebut tidak ada respon dari dalam rumah. Lalu mereka bertiga kembali memanggil dan mengetuk pintu.
"Assalamualaikum, Om! Ini Farhan," Ujar Farhan.
Berkali-kali mereka memanggil dan cukup lama menunggu namun lagi-lagi tidak ada respon dari paman Farhan. Tiba-tiba ada seorang bapak berusia cukup tua menghampiri mereka. Yudha dan teman-temannya tahu bapak tua itu adalah penjaga kampung karena dia tampak mengenakan seragam yang biasa dipakai para hansip. Sambil menentang sepeda si bapak tua itu menegur Yudha dan teman-temannya agar pulang saja karena sang paman tidak ada di rumah.
"Hei bocah mending pulang aja. Itu orangnya lagi ga ada," Ucap bapak tua alis hansip kampung tersebut.
Farhan, Yudha dan Jarjit yang diberitahu informasi tersebut kemudian mengucapkan terimakasih sebelum si hansip berlalu. Karena mereka tidak mendapati paman Farhan maka ketiganya memutuskan untuk langsung menemui Anggi. Tidak mau berlama-lama Farhan segera menyalakan motornya dan mereka segera tancap gas ke tujuan. Kebetulan sebelumnya Farhan telah menghubungi Anggi untuk tempat mereka bertemu. Si Anggi membalas pesan Farhan bahwa dia menunggu di rumahnya. Jadi Farhan, Yudha dan Jarjit segera menuju ke rumah Anggi pada pukul 7.30 malam itu.
Baru beranjak dari lokasi rumah paman Farhan, ada yang sejenak mengganggu pikiran mereka bertiga. Mereka bertanya-tanya ke mana perginya sang hansip? Logikanya seharusnya mereka akan kembali berpapasan di jalan karena jarak durasi mereka pergi tidak lama. Namun anehnya mereka tidak sama sekali menemui ataupun melewati si hansip.
"Loh, hansip tadi mana?," Ucap Farhan yang sadar tidak melihat hansip yang sama-sama baru beranjak dari depan rumah pamannya.
"Iya, kok udah ga keliatan ya. Perasaan tadi pas beliau pergi ga lama kita juga pergi dan searah kan?," Balas Yudha.
"Um … mungkin belok ke gang," Ujar Jarjit mengajak berpikir positif,"
Memang secara logika bisa saja sang hansip belok ke salah satu gang karena di kampung itu memang lumayan banyak gang.
Tidak lama lagi mereka bertiga akan sampai ke rumah Anggi. Di tengah perjalanan saat mereka melewati jalan kampung Anggi tiba-tiba ada suara keras memanggil mereka.
"Woy! Gue di sini," Terdengar teriakan memanggil dan suara tersebut seperti tidak asing.
Farhan yang menyadari itu reflek menghentikan motornya. Mereka bertiga serentak menoleh ke arah suara pinggir jalan yang kelewatan. Dan rupanya yang memanggil mereka adalah Anggi yang sedang berdiri di pinggir jalan. Farhan, Jarjit dan Yudha sempat bingung karena mereka merasa sebelumnya tidak melihat Anggi telah berdiri di pinggir jalan tersebut. Karena mereka tahu Anggi sedang berdiri dan memanggil, maka Farhan memutar balik arah motornya menghampiri Anggi. Saat sampai depan Anggi mereka menanyakan alasan Anggi yang tiba-tiba menunggu di pinggir jalan yang lumayan jauh dari rumahnya.
"Woy Anggi! Lu kok di sini. Katanya ketemuan di rumah lu," Ujar Farhan yang bingung melihat Anggi tiba-tiba merubah tempat bertemu.
"Udah ikutin gue aja. Gue kelamaan nunggu lu pada tadi," Ucap Anggi yang tanpa banyak memberi alasan.
Kebetulan tempat Anggi menunggu itu memang dekat dengan lokasi mereka akan uji nyali. Hanya berjalan beberapa meter ke dalam gang, mereka akan sampai ke tempat gereja tua.
Anggi menggiring Yudha, Jarjit dan Farhan ke tempat gereja tua yang terbengkalai untuk melakukan uji nyali mereka. Saat di depan gereja tua tersebut, Farhan mulai terbesit rencana membatalkan uji nyali, begitu pula yang Yudha dan Jarjit rasakan. Gereja tua yang terbengkalai itu amat menyeramkan dengan pagar depannya yang berkarat dan rapuh, dalamnya yang tampak lapuk dan banyak tumbuhan liar menempel di bangunan gereja itu.
Waduh serem banget, gerejanya serusak ini ternyata. Batin Yudha soal kesan pertama melihat lokasi uji nyali mereka yang sangat di luar ekspektasi.
Tanpa sadar tangan Yudha yang mengepal malah gemetaran dan kulitnya sedikit berkeringat karena begitu ngeri melihat kondisi gereja tua yang berhawa mistis tersebut.
"Gimana berani ga?!," Kata Anggi yang menantang Yudha dan teman-temannya.
Tidak mau diremehkan Yudha dan dua temannya tetap mengiyakan untuk menerima tantangan uji nyali itu.
"Berani! Tapi lu nanti juga ya!," Balas Yudha pada Anggi yang tampang meremehkan.
"Oke! Lu bertiga, gue nanti sendiri," Jawab Anggi dengan nada menantang.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰