
WARNING! BACAAN KHUSUS DEWASA +21!
ANAK KECIL HARAP SEGERA MENYINGKIR! BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN.
KOMPILASI CERITA DEWASA PILIHAN, TERDAPAT 9 JUDUL CERITA TERBAIK :
- Adult Boad Game - 11 Bab
- Benih Dari Teman Suamiku - 6 bab
- Cinta Dan Gairah - 13 Bab
- Dipermainkan Atasan - 7 Bab
- Gang-Bang - 4 Bab
- Napsu Besar - 9 Bab
- Penjaja Cinta - 9 bab
- Tante Marisa - 4 Bab
- Terdampar Di Pulau Kosong - 5 bab
FYI : Jumlah kata dalam satu bab : 1000 kata*
GANGBANG
“Bos! Gadis itu terikat di dalam mobil, mau dibawa ke tempat...
71,608 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
KOMPILASI CERITA DEWASA TERBAIK! VOL -2 ( 5 JUDUL )
1
0
WARNING! BACAAN KHUSUS DEWASA +21! ANAK KECIL HARAP SEGERA MENYINGKIR! BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN. KOMPILASI CERITA DEWASA PILIHAN, 5 JUDUL CERITA TERBAIK :Hutang Keluarga - 6 BabDukun Cabul - 7 BabGairah Rekan Kantor - 3 BabSeperti Bara Dalam Sekam - 7 babToilet Pub - 21 Bab (TERBAIK! REKOMENDASI*)FYI : Jumlah kata dalam satu bab : 1000 kata* SPOILER : TOILET PUB :Lakukan disini! Pinta perempuan itu, mendesah pelan.
Sekarang? Tanyaku tercekat, lalu menelan air liurku sendiri.
Deru napas kami sudah terasa pendek dan sesak, tersenggal-senggal menahan arus libido yang semakin deras mengalir hingga memenuhi puncak ubun-ubun, menghilangkan akal dan pikiran sehat kami.
I-iya! sahut perempuan itu. Untuk beberapa saat, kami terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya muncul satu buah pernyataan yang memalukan dari dalam benakku.
Uummm, ngomong-ngomong ... hmm, a-aku mau minta maaf, karena telah ber-ber-laku ku-kurang ajar pa-padamu di toilet itu ... suaraku terputus-putus, wajahku mungkin sekarang sudah tampak memerah karena menahan malu.
Perlahan aku angkat kepalaku, dan memberanikan diri menatap wajahnya, memastikan ia tidak tersinggung karena ucapanku tadi, lalu kembali berkata dengan terburu-buru terdengar seakan aku ingin membela diri, tetapi, jika kamu saat itu menolak, mungkin kita tidak akan melakukannya ... ucapku pelan.
Satu detik berlalu tidak ada reaksi, aku lalu menarik napasku dalam-dalam, kembali mengajukan satu pertanyaan dengan agak sedikit tergagap, Uummm ... wak-wak-waktu i-itu, me-mengapa ka-kamu mau “melakukannya” denganku di da-dalam toilet pub itu? Begitu polosnya pertanyaan bodoh itu. Benar-benar pertanyaan yang sangat tidak penting. Tanpa pengaruh minuman keras itu aku seperti manusia dungu tanpa mempunyai rasa malu.
Karena, kalian berdua sedang mabuk, bodoh! Lupa diri, lupa ingatan! Sembrono! Suara bentakan keras terdengar bergema dalam hatiku, menghardik diriku sendiri.
Lima detik kemudian, perempuan itu memandangiku dengan bola matanya yang indah merekah, kedua pipinya tiba-tiba memerah lalu menunduk menekukan lehernya yang jenjang sembari memainkan kedua ujung jari-jari tangannya.
Mungkin ia malu, merasa dirinya telah berlaku layaknya perempuan-perempuan nakal murahan. Mau saja diajak ke toilet umum di sebuah pub dan bercinta di sana dengan lelaki yang baru saja ia kenal. Atau mungkin karena saat itu, ia sedang dalam pengaruh minuman hingga mabuk dan tanpa sadar mengikuti naluri alamiahnya untuk menyalurkan hasrat dan gairahnya? Entahlah.
Itu, hmm ... mung-mungkin, sa-saat itu aku mabuk, stress dan begitu banyak tekanan di kepalaku. Lalu aku bertemu lelaki yang berani mendekatiku.” Perempuan itu erdiam sejenak, menatapku dengan pandangan yang sulit dijelaskan, dan menyambung kembali perkataannya dengan penekanan yang sedikit berbeda, “Mengapa kamu bertanya seperti itu? Kamu menikmatinya, 'kan? Menikmati tubuhku? Ucapnya sembari melemparkan pertanyaan yang seolah menyerangku dengan tuduhan-tuduhan yang masuk akal.
Eh, uumm ... itu, a-aku ... a-aku juga sama-sama mabuk saat itu.” Aku masih berusaha membela diri, lalu kembali berkata pelan setelah mengembuskan napasku beberapa saat, “Oke, aku memang tergoda melihat kecantikan dan senyumanmu yang indah di pub itu. Saat menerima sentuhan lembut tanganmu, entah mengapa tubuhku seketika itu juga langsung terasa sangat bergairah. Entahlah, ma-maafkan aku ... ucapku akhirnya membuat pengakuan yang aku harap dapat diterima olehnya.
Hampir tiga detik aku sempat terdiam sejenak, dan kembali berkata pelan setelah menggaruk rambut diujung kepalaku dengan malu-malu, Emmmm, ta-tapi iya, aku menikmatinya. Ucapku, terdengar agak terbata-bata. Seketika pipiku tampak menghangat, tanpa sadar kembali menggaruk puncak kepalaku sembari tersenyum ke arahnya.
Tidak apa, a-aku lebih memilihmu di banding Papi! Aku harap, kamu tidak memandangku sebagai wanita murahan yang dengan gampangnya menerima sentuhan lelaki asing. Apa yang sudah terjadi di dalam toilet pub itu, karena kita berdua memang sedang mabuk dan lupa diri. Ucapnya, kembali menundukan kepala.
Iya, maafkan aku, ya .... ta-tapi aku benar-benar menikmatinya ... dan saat itu aku rasa aku tidak begitu mabuk juga .... kataku, melengkungkan sebuah senyum genit di wajahku ke arahnya, lalu membenarkan letak dudukku agar aku bisa dengan leluasa melihat perempuan itu dengan jelas.
Oh ya, ngomong-ngomong, yang kamu panggil Papi itu siapa? Tanyaku masih penasaran. Otak di kepalaku masih belum sepenuhnya dapat mencerna seluruh kejadian yang telah menimpaku malam ini. Lakukan lagi disini! Bisiknya pelan.
Aku tercekat, membelalakan kedua bola mataku tanpa mampu menolaknya sedetikpun. Aku hanya bisa meresapi sesuatu yang hangat dan basah menghimpit tongkat pusaka di antara kedua pangkal pahaku. Hingga lorong kecil milik perempuan itu dipenuhi oleh tongkat kelelakianku sepenuhnya.
Mobil mulai terasa bergoyang, pinggulnya beranjak naik dan kembali turun secara teratur dan berkala dengan cepat.
-------------------------------------------------- Cerita lainnya juga sangat menarik! Tapi awas, ya! Anak kecil DILARANG MEMBUKA CERITA INI!
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan