5 Cara Maksimalkan Pendapatan dengan fitur Voucher

4
0
Deskripsi

Hai Kawan Karya! Apakah kamu sudah menggunakan fitur VOUCHER? Tapi tahukan kalau sekarang sudah ada fitur VOUCHER yang bisa kamu gunakan untuk beri potongan harga pada pendukungmu. Pengaturan nama, jenis, dan nilai VOUCHER diatur oleh kamu. Nilai VOUCHER tersebut ditentukan dalam besaran Rupiah. 

Nilai VOUCHER mempengaruhi nilai jual karya dan penghasilanmu kamu. Contoh, kamu menawarkan karya dengan harga Rp20.000, lalu membuat VOUCHER dengan nilai Rp5.000. Nah, harga karya akan dikurangi Rp5.000,...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori karya
Tips Kreator
Selanjutnya The Macarons Project: Bertumbuh dengan Musik
0
1
Belum memiliki single original tidak membuat dua orang kakak-beradik kreator musik ini berhenti berkarya. Oleh sebab itu mereka mulai dengan membuat lagu kover yang digarap secara apik. Di KaryaKarsa mereka juga tawarkan beragam karya. Tidak hanya audio, proses di belakang layar ketika proses produksi pun turut mereka tawarkan. Nah, di Hari Musik Nasional ini yuk kita kenalan dengan mereka, The Macarons Project.“Hai KaryaKarsa! Salam kenal! Kami, The Macarons Project, band kakak beradik yang sekarang tinggal di Vancouver, BC, Kanada. Ada Ree sebagai vokalis, lalu ada Dito sebagai gitaris sekaligus produsernya. Kegiatan keseharian Ree selain bermusik masih di seputar industri kreatif juga, yaitu desainer grafis (graphic designer). Dan Dito sehari-harinya juga mengerjakan hal-hal seputar bidang media dan videografi” ujar The Macarons Project membuka wawancara via surel. Sejak kecil Ree dan Dito telah diperkenalkan dengan dunia musik. “Musik sangat dekat dengan kehidupan kami. We had our own family band──surrounded with a family of musicians. Ketertarikan dan passion pada musik ini nempel terus sampai kami dewasa,” jelas The Macarons Project.  Sumber: Instagram @karyakarsa_id Pada tahun 2017 mereka memutuskan serius bermusik dengan memproduksi karya-karya di Youtube channel mereka sendiri.  “Dari dulu kami suka dengerin easy listening songs yang berbau akustik. Dengerin lagu sambil belajar, sambil kerja atau pas lagi chill di rumah. Growing up with music, we’ve had the opportunity to explore and find our sound, and the “acoustic folk” genre is where we are able to really show our passion in music,” kata The Macarons Project terkait mengapa mereka memilih format akustik. The Macarons Project dikenal dengan aliran music folk, padahal mereka mendapat beragam influence musik. Mereka menjelaskan demikian, “Kami banyak mendengarkan musik pop dan alternative rock. Dua-duanya punya pengaruh besar dan akhirnya membawa kami ke subgenre lain yaitu indie pop/ alternative folk. We love acoustic sounds, but we are not restricted to this as we are still growing”.“Awalnya kami suka banyak lagu dan seneng eksplorasi berbagai macam genre musik juga. Terus kami suka nyanyiin lagu-lagu dengan gaya kami sendiri. Itulah kenapa namanya The Macarons Project, karena kue macarons itu macam-macam warna dan rasanya, tapi sama bentuknya. So we want to cover different music and translate it to our genre. Dari yang awalnya hobi, sekarang berkembang jadi bikin konten musik secara rutin,” jelas The Macarons Project lebih lanjut. Terkait musisi yang berpengaruh, mereka dengan gambling menyebutkan nama-nama yang menginspirasi mereka dalam berkarya, “Influence musik kami itu ada dari Novo Amor, José González, Angus & Julia Stone, Priscilla Ahn, Death Cab for Cutie, Radiohead, The Cranberries, dan The Strokes. Kalau yang dalam negeri ada Padi, Dewa 19, Sheila on 7, Mocca, Naif dan Banda Neira”. MUSIK! APIK! TERAPUTIK!Berkarya secara daring membuat The Macarons Project bisa mendapat respons langsung dari pendengar, tak jarang isinya bernada negatif. “Kami lebih memilih untuk fokus ke sisi positifnya. We know that we are still learning and growing everyday. Kami bersyukur banget untuk para pendengar setia kami,” ujar mereka. Lebih lanjut mereka bercerita bahwa musik mereka bisa membawa pengaruh baik bagi pendengar. “Beberapa juga pernah menyampaikan gimana musik kami berpengaruh dalam hidup mereka. Buat kami itu cukup untuk menjadi legacy dan berkontribusi (walaupun cuma sedikit) to make the world a better place”.  “Music has been our therapy. We use music to express ourselves while we are going through life. We also love the fact that we are able to spread our music globally. Spotify dan platform digital streaming lainnya jadi titik balik perjalanan kami, karena dengan adanya ini, kesempatan untuk menjangkau lebih banyak audience di seluruh dunia jadi terbuka lebar,” jelas The Macarons Project. Dalam wawancara via surel ini juga The Macarons Project memberi sedikit bocoran, “Kami lagi nyiapin (menyiapkan) single original kami dan semoga bisa dirilis tahun ini!”. Lebih lanjut, dari musik dan aktif produksi karya, mereka dapat kesempatan masuk ke salah satu film dokumenter di Amerika Serikat. “In fact, we just had the opportunity to have one of our covers for a documentary film in the United States ──we are excited!” kata The Macarons Project.Sebagai penutup wawancara, The Macarons Project menyebutkan harapan mereka, “Kami juga masih berharap ke depannya ekosistem musik di Indonesia bisa lebih ada keberpihakan pada small creators. Karena sekarang dengan perkembangan musik digital, sudah lebih terbuka kesempatannya, ga hanya di YouTube aja”.Lebih lanjut The Macarons Project menegaskan, “Jadi, karya-karya musisi kita bisa dikenal di seluruh dunia dan musisinya juga bisa mendapatkan benefit dari kegiatan ini. Sebagai orang Indonesia, ada kerinduan juga untuk membawa karya anak negeri. Doakan ya teman-teman!”*** The Macarons Projecthttps://karyakarsa.com/themacaronsproject  www.themacaronsproject.com Youtube : The Macarons Project Spotify : https://spoti.fi/2JMo8ld   iTunes & Apple Music : https://apple.co/2rea9xC Facebook : @themacaronsproject Instagram : @themacaronsproject Twitter : @thmcrnsprjct
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan