
Setahun setelah kelahiran Kai, Ataya dan Agam kembali ke apartemen kecil mereka—tempat segala yang rumit bisa jadi sederhana. Kehidupan rumah tangga mereka tak lagi diisi dengan romansa berlebih, tapi justru dengan rutinitas yang perlahan membentuk cinta: tangisan dini hari, bantal berserakan, mangga potong, dan tawa kecil seorang anak.
Namun di balik semua itu, Ataya masih menyimpan resahnya sebagai ibu dan istri. Sedangkan Agam, perlahan menyadari—perempuan di sampingnya bukan sekadar bagian dari...
Draw a Love ; Growing Together
1
0
1
Berlanjut
Malam itu, lampu tidur di sudut kamar masih temaram. Bau minyak telon, wangi bedak bayi, bercampur aroma kopi yang tertinggal di meja. Suara napas kecil terdengar beraturan di pangkuan Ataya — Kaivan, putra sulung mereka, sudah terlelap setelah satu jam lebih menangis karena mimpi buruk.Agam menatap Ataya yang kini bersandar di bahunya. Wajah istrinya terlihat lelah, ada lingkar gelap di bawah matanya, tapi senyum itu… senyum yang sama yang membuat Agam jatuh cinta bertahun-tahun lalu — senyum yang kini sering kali harus bersembunyi di balik tumpukan popok, botol susu, dan rasa kantuk yang tak pernah benar-benar terbayar lunas.Mereka baru melewati tiga tahun menjadi orang tua. Rasanya seperti roller coaster — naik, turun, berputar, kadang hampir muntah, tapi selalu ingin naik lagi. Dan di antara tawa, tangis, juga pelukan, mereka sama-sama belajar: menjadi orang tua ternyata tak sesederhana merangkai mimpi tentang ‘keluarga bahagia’ dulu.Di sudut ranjang, tes kehamilan dengan dua garis merah tergeletak begitu saja. Kali ini bukan lagi rasa takut, tapi haru. Akan ada satu lagi hati kecil yang perlu mereka jaga. Akan ada lagi malam-malam begadang, drama cemburu, dan suara tangis bayi yang memecah sunyi.Dan di balik semua itu, Agam & Ataya tahu: mereka tidak akan pernah benar-benar siap. Karena keluarga bukan tentang siap atau tidak, tapi tentang tumbuh — bersama.
2,224 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Sebelumnya
Gift of Love
8
0
There’s Japanese legend that says, “If you feel like you’re losing everything, remember, trees lose their leaves every year, yet they still stand tall and wait for better days to come.” Arista akhirnya memahami bahwa di setiap kehilangan, slalu ada kekuatan untuk tetap tegar, seperti pohon yang menggugurkan daun setiap tahunnya namun tetap berdiri teguh, menanti datangnya hari-hari yang lebih baik. Belajar bahwa dari setiap cobaan, kita tumbuh menjadi lebih kuat, dan dari setiap kesedihan, kita belajar arti sebenarnya dari kebahagiaan. Dalam kekokohan dan keberanian, Arista menemukan bahwa di setiap akhir ada awal yang baru, dan di setiap hari gelap, ada cahaya yang menunggu untuk menerangi Langkah keduanya selanjutnya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan
