PERANG TANAH DANYANG Spesial Part 7.5 - Manusia dan Danyang

15
13
Terkunci
Deskripsi

PERANG TANAH DANYANG

Spesial Chapter 7.5 - Manusia dan Danyang

 

Spoiler :

"             “Nyi..” Widarpa terbelalak melihat keadaan itu. Ia pun memaksa tubuhnya untuk melangkah mendekati pohon itu dan di sana ia sadar keberadaan sosok-sosok besar yang saling beradu kekuatan.

            Dewi api, raksasa yang menyatu dengan bumi, sosok tak kasat mata yang datang bersama badai, hingga sang pemanggil petir. Widarpa benar-benar gentar dengan sosok yang muncul di sekitarnya itu. Ia pun menyadari bahwa ia...

1 file untuk di-download

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Paket
252 konten
Akses 30 hari
1,000
Karya
1 konten
Akses seumur hidup
150
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya PERANG TANAH DANYANG Part 8 - Rayuan Kegelapan
7
2
PERANG TANAH DANYANG Part 8 - Rayuan KegelapanSpoiler :"            Saat itu tiba-tiba Nyi Sendang Rangu berdiri dari posisi duduknya yang anggun. Wajahnya sedikit tersenyum sambil memainkan airnya yang berubah menjadi kabut. “Untuk hal itu seharusnya ada yang bisa kita andalkan…”            Tak terlihat dengan jelas apa yang terpantulkan di kabut itu, namun sebuah suara yang kami kenal mengingatkan kami atas apa yang terjadi.            “Nyi….”             Kami bertiga menoleh dan segera mengenali suara Mbok Sar yang muncul dari kabut Nyi Sendang Rangu.            “Mbok Sar? Itu kau? Apa terjadi sesuatu?” Tanyaku Cemas.            “Danan!! Syukurlah kalian selamat!” Terdengar suara Cahyo dari balik kabut itu.            “Heh! Jangan nyelonong! Ini tempayan mahal!”             “Ya ampun, Mbok. Ini di pasar paling sepuluh ribuan..”             “Sepuluh ribu gundulmu! Ini tempayan keramat!”             “Udah itu dijawab dulu! Keburu mati telponya!”            “Bocah gendeng!”             Terdengar samar perbincangan Cahyo dan Mbok Sar yang membuat kami bertiga tak mampu menahan senyum. Cahyo… entah di kondisi apapun dia selalu bisa mencairkan suasana.            “Wis, Jul! Mesakke Mbok Sar…” (Sudah, Jul! Kasihan Mbok Sar) Ucapku me            “Nah, kan! Uwis, Mbok..” Cahyo masih belum puas.            Plakk!! “Aduh!” Terdengar suara tangan Mbok Sar yang memukul kepala Cahyo. Sepertinya ia mulai tidak sabar dengan tingkah Cahyo.            “Apa yang terjadi di sana, Danan? Banyak kejadian tidak wajar di alam manusia sejak kalian pergi?!” Mbok Sar sudah menyadari pergolakan yang ada.            “Sosok-sosok yang berperan dalam keseimbangan alam mulai terusik. Sepertinya akan terjadi perang para makhluk-makhluk penguasa alam yang diluar nalar kita,” Jelasku.            “Jadi benar, akan ada bentrokan antar para danyang? Apa yang membuat perang itu terulang lagi?” Mbok Sar mempertanyakan.            “Kami masih mencari tahu, ada sebuah pusaka yang menjadi kunci dari bencana ini. Pusaka Ratu ular..” Jelasku.            “Aku punya petunjuk dari desa Trah Rojobedes! Mengenai sosok Kalabuto, Dewi Ular Purba, hingga beberapa mustika tertulis di serat lontar ini! Waktu kita tidak lebih dari seratus hari sebelum mereka semua bangkit sepenuhnya!” Ucap Cahyo.            “Rojobedes? Kamu nggak bercanda kan, Jul?” Paklek memperingkatkan Cahyo.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan