A WITCH AND HER SUN-KISSED LOVER - MASA LALU

6
9
Deskripsi

“Aku harus menjauh darimu. Entah apa yang terjadi jika kau dan aku bersentuhan terlalu lama.”
 

“Jika itu kau, tak masalah bagiku.” Bibir Lottee hanya berjarak tipis dari bibir Anhur yang terkatup.

“Kau akan remuk olehku.”

“Aku bukan gelas kaca yang mudah remuk.”
 

“Lantas jangan menangis jika kau terbangun besok pagi. Malam ini kau akan menjadi milik pria gurun, penyihir.”
 

Sentuhan telapak tangan Anhur yang kapalan di kulit Lottee seakan menjadi pemicu masa lalu yang sangat ingin dilupakan Lottee. Semua...


Sebelum kasus hilangnya Zach.


 

Lottee memasuki apartemennya dengan kepala pusing setelah kembali dari pesta peluncuran salah satu lini fashion milik temannya malam itu. Dia melempar tas ke sofa dan menghempaskan diri di tempat itu sambil menekan pelipisnya. Belakangan ini emosinya seperti sedang berperang dengan akal sehat. Setelah beberapa hal yang terjadi beberapa tahun belakangan, dia merasakan ada bagian dari dirinya yang aneh. Ketika dia sedang jengkel pada karyawannya di rumah mode, tiba-tiba saja sesuatu di sekitarnya akan rusak parah. Kejadian itu bukan hanya terjadi satu kali atau kebetulan semata, namun hal itu kerap kali terjadi jika dia sedang merasa amat marah dan Anhur akan segera membawanya lari dari tempat yang mengalami kerusakan itu.


 

“Ada apa denganku?” Lottee mengeluarkan bungkus rokok tepat Anhur masuk membawa beberapa barang yang sebelumnya berada di dalam mobil.


 

“Anda merokok lagi.” Anhur menegur pendek ketika melintasi Lottee ke arah ruangan penyimpanan.


 

“Apa kau sedang menjalani peran menjadi ibuku? Saat dia masih hidup, dia selalu mengomentari bau rokok di ujung jariku.” Lottee menatap kuku-kukunya yang terawat baik. Dia meletakkan kepalanya di sandaran sofa dan mendongak, melihat bagaimana Anhur dengan tenang menyimpan semua barang-barang dari C & R Moda.


 

Matanya memperhatikan tubuh belakang ajudannya itu dan benaknya mulai berkelana nakal. Dari semua file data diri yang diberikan Arthur beberapa tahun lalu, yang diketahui Lottee bahwa Anhur berasal dari negara bagian selatan yang menjelaskan dari mana asalnya kulit berwarna cokelat yang dimiliki pria itu. Sebagai model patung yang diciptakan Lottee, Anhur kerap kali menampilkan dada telanjang di depan mata Lottee dan setiap kali memerhatikan pria itu, ada rasa geli yang menggelisahkan di bagian tertentu tubuh Lottee. Tubuh berotot Anhur yang hampir penuh dihiasi tato memiliki kesan yang berbeda saat melihat Hugo tanpa pakaian. Apa karena kulit mereka yang berbeda warna?


 

Sialan! Apa kepalaku sedang bermasalah! Jangan bilang apa yang diocehkan oleh Oliver akan terbukti! Itu hanya pikiran konyol! Lottee kembali menekan sisi kepalanya ketika pergelangan tangannya dipegang Anhur dengan cepat.


 

“Saya bilang berhentilah merokok.” Anhur menatap wajah Lottee dan sedikit membungkukkan punggungnya.


 

Sepasang mata Lottee memangut tatapan Anhur. Dia mendengkus pelan dan tak berusaha memperbaiki posisi duduknya. “Apakah melarang aku merokok adalah salah satu daftar pekerjaanmu sekarang? Sepertinya kakakku tak hanya menyuruhmu membatasiku terhadap Hugo melainkan menjadi konsultasi kesehatanku juga.”


 

Anhur tampak mengencangkan rahangnya dan membalas tatapan tajam Lottee. Ucapan Lottee memiliki arti yang sama ketika Claude Rosewood menebak keberadaannya di keluarga itu dan berada di sisi Lottee. “Sepertinya anda minum terlalu banyak di pesta.” Dengan halus, Anhur meraih batang rokok yang terselip di jari langsing Lottee.


 

Anehnya, wanita ketus itu sama sekali tidak protes akan tindakannya melainkan semakin lekat menatap wajahnya.


 

“Kau kan tahu aku kuat minum.” Lottee sedikit tergelak ketika mengatakan kalimat itu. “Kepalaku hanya sedikit pusing. Bahkan aku seperti melihat matamu berwarna emas.”


 

Celaka! Anhur menjauhkan diri dari Lottee. Energi magis dirinya yang secara otomatis terhubung pada emosinya saat itu mempengaruhi warna matanya. Sorcerer yang memiliki kekuatan salah satu simbol Runic memiliki khas pada warna mata. Emosinya pada Lottee pada saat ini bukan seperti rasa amarah atau sejenisnya melainkan keinginan untuk memenuhi dahaga libidonya yang selama ini ditekan.


 

“Anda mabuk.”


 

Tapi Lottee justru memegang wajah Anhur. Ada rasa panas mendera tubuhnya. Ada gelegak aneh perlahan menguasai dari ujung kaki hingga kepalanya. “Aneh bukan? Terkadang aku juga melihat warna mataku berubah saat aku melihat cermin. Apa kau juga begitu? Sepertinya ada yang terjadi padaku sejak kembali dari Kelna.”


 

Suara Lottee terdengar gamang. Napas wanita itu mulai berat dan tangan yang merangkum wajah Anhur terasa dingin. Suara di kepala Anhur mulai berdengung berisik.


 

Bangkit! Penyihir itu telah bangkit! Si perusak!


 

Sebelum Anhur bertindak, Lottee sudah jatuh pingsan begitu saja di pelukan Anhur. Dengan sigap Anhur memeluk tubuh Lottee dan menggendong wanita itu membawanya ke kamar tidur. Melalui matanya yang terlatih, Anhur melihat semua kuku Lottee mulai memanjang dan rambut keemasan yang indah itu perlahan mulai berubah menjadi silver berkilau. Perubahan Lottee seperti percikan api yang selama ini terpendam diam di dalam tubuh Anhur.


 

Anhur tidak mengerti mengapa simbol Runic di tubuhnya terhubung akan kebangkitan si penyihir perusak itu. Apa yang belum diketahuinya tentang penyihir Rosewood yang menelan cincin Runic milik klan gurun pasir? Apakah penyihir itu adalah Lottee?


 

Ujung jari Anhur menyentuh rambut perak Lottee. Pemiliknya seperti tidur lelap seperti putri tidur yang rapuh. Tapi Anhur tahu bahwa sang nona bukanlah putri lemah yang mengharapkan pertolongan pangeran berkuda putih. Wanita ini ganas dan memiliki kekuatannya sendiri. Bahkan mungkin keganasan yang dimiliki wanita itu setara dengan para wanita gurun yang keras dan memikat.


 

Tato Runic di lehernya kembali bereaksi. Anhur harus menjauhi Lottee saat itu juga sebelum dirinya lepas kendali. Tetapi sebuah tangan ramping mencengkram lengannya. Anhur menunduk dan mendapati sepasang mata Lottee terbuka. Warna mata yang indah. Merah pekat. Mata itu memerangkap Anhur. Ada senyum kecil muncul di bibir Lottee.


 

“Kau mau kemana?”


 

“Aku harus menjauh darimu. Entah apa yang terjadi jika kau dan aku bersentuhan terlalu lama.” Tanpa sadar Anhur berbicara informal pada Lottee.


 

Tapi Lottee tak menginginkan Anhur pergi darinya. Apakah itu memang yang ada di dasar hatinya? Ataukah dia hanya ingin melepaskan rasa amarahnya yang selama ini bertumpuk untuk kakaknya? Anhur diperintah menjadi ajudan sekaligus bodyguard agar dirinya menjauh dari Hugo. Sampai kapan dirinya selalu dikekang oleh saudaranya sendiri? Apakah Anhur adalah jawabannya? Segala kegelisahan Lottee akhir-akhir ini hingga pekerjaan patungnya belum selesai, apakah diakibatkan pria ini ataukah Hugo yang kerap kali selalu muncul di hadapan Lottee jika rapat empat pilar terjadi? Lottee kesal.


 

“Jika itu kau, tak masalah bagiku.” Bibir Lottee hanya berjarak tipis dari bibir Anhur yang terkatup. Hei! Apa ini! Jangan menciumnya! Suara di sisi dirinya yang lain berteriak di kepalanya. Namun sepertinya sisi penyihir yang sedang dalam tahap bangkit sudah menguasai Lottee sepenuhnya.


 

“Kau akan remuk olehku.” Anhur berkata lirih, berusaha menghentikan godaan Lottee. Tetapi bibir wanita itu sudah menyentuh bibir bawahnya, lidah yang kecil dan halus itu membelai lambat sebelum mengigit dan mengisap.


 

“Aku bukan gelas kaca yang mudah remuk.” Ada nada kesal yang terkandung di suara Lottee, membuat bibir Anhur kembali digigit olehnya.


 

Anhur menggeram kasar dan membuka mulutnya, dia melumat keras bibir merah basah milik Lottee dan lidahnya menerobos membelit lidah Lottee. Ada suara terkesiap dari wanita itu saat menerima ciuman brutal Anhur dan saat tubuhnya kembali berbaring di ranjang, Anhur menekan kedua tangannya di sisi kiri kanan kepala Lottee. Wajah Anhur menunduk dalam jarak dekat. Desis suaranya sarat gairah tertahan ketika dia berbicara.


 

“Lantas jangan menangis jika kau terbangun besok pagi. Karena tubuhmu harus terbiasa dengan milikku.” Anhur membuka bajunya dan menatap lekat wajah Lottee. Dia menyurukkan wajahnya di leher Lotte yang mendongak dan berkata parau di kulit leher itu. “Malam ini kau akan menjadi milik pria gurun, penyihir.” Dan Anhur melumat bibir Lottee tanpa ampun dan memberikan beban tubuhnya diatas tubuh ramping wanita itu, mengenalkan inti tubuhnya yang mengencang keras tepat di celah paha Lottee.


 

Sentuhan telapak tangan Anhur yang kapalan di kulit Lottee seakan menjadi pemicu masa lalu yang sangat ingin dilupakan Lottee. Tetapi ciuman panas Anhur di lekuk lehernya justru membawa kembali kenangan demi kenangan yang tertimbun di dasar hati Lottee. Semua dimulai ketika dia berusia 5 tahun. Ah, menyebalkan! Pria ini seperti sedang menyenangkan hatinya.


 


 

****


 

Kembali di saat usia Lottee 5 tahun. 28 tahun yang lalu. Kastil Rosewood.


 

Lottee yang mungil dibalut dress indah untuk anak-anak terlihat berlarian sepanjang lorong kastil Rosewood sambil memegang selembar kertas. Dia baru saja selesai menggambar bersama guru lukisnya dan ingin memperlihatkan hasilnya kepada ayah. Kakek sedang berada di luar negeri sementara nenek sepertinya sedang berada di kamar khusus yang tak boleh siapapun masuk. Maka keinginan utama Lottee adalah memperlihatkan hasil karyanya pada sang ayah.


 

Rambutnya yang panjang lurus keemasan terlihat berkilauan tertimpa cahaya matahari menjelang siang hari itu. Sepasang sepatu yang menggemaskan dari kedua kaki Lotte yang kecil menimbulkan suara gema kecil di lorong kastil yang tenang. Dia melihat ayahnya di kejauhan, berbicara dengan paman Jax dengan memegang sebuah dokumen. Lottee mempercepat larinya.


 

“Papa!! Papa!!” Lottee memeluk kaki Edgar dan mendongak. Wajahnya cerah ketika mendapati sang ayah menunduk membalas tatapannya.


 

“Apa yang kau lakukan di sini, Charlotte? Dimana guru lukismu?” Edgar bertanya heran.


 

“Aku mau menunjukkan ini.” Lottee mengarahkan kertas gambarnya pada Edgar, namun sang ayah hanya menatap sekilas dan mengusap puncak kepalanya sebentar. Kemudian Edgar kembali pada Jax, meneruskan percakapan yang terhenti karena kemunculan Lottee.


 

Jax yang melihat wajah terdiam Lottee, tersenyum dan membungkuk. “Ayah Nona sedang sibuk. Mungkin saat senggang, anda bisa menunjukkannya kembali.”


 

Meski nada Jax seakan menjanjikan apa yang diucapkannya, Lottee tahu bahwa tak ada lain kali bagi ayahnya. Kedua orang dewasa itu pergi begitu saja meninggalkan Lotte. Lorong kembali sepi dan dia tak putus asa. Dengan menggenggam erat kertasnya, dia akan menemui ibunya. Maka dengan keyakinan bulat, Lottee berlari ke ruang ungu, dimana Lady Seraphina berada menikmati teh bersama para nyonya yang selalu datang berkunjung.


 

Lottee mengintip dari balik pintu, memunculkan kepalanya sedikit dan hal itu disadari oleh asisten Lady Seraphina. Wanita berkacamata itu meletakkan jari telunjuknya di depan mulut dan berbisik pada Lottee.


 

“Nona, ada apa?”


 

“Aku mau bertemu mama.” Lottee memasukkan seluruh tubuhnya dan suaranya yang menggemaskan menarik perhatian para nyonya yang duduk di sekeliling Lady Seraphina.


 

“Waah, Nona Charlotte.” Salah satu nyonya berseru menyebut nama Lottee. “Kemarilah.”


 

Sambil tersenyum Lottee mendekat dan menikmati bagaimana para nyonya menyentuh pipinya dan memujinya cantik. Tetapi ketika dia menoleh ke arah ibunya, senyum kanak-kanak itu lenyap. Ibunya tampak menatapnya tidak senang dan bertanya dingin.


 

“Dimana pengasuh Nona?” Lady Seraphina menatap asistennya.


 

“Nona datang sendiri, Madam.”


 

“Cari dan panggil Daphne! Bawa Nona pergi dari sini.” Lady Seraphina mengerutkan dahinya dan menatap kembali wajah sang anak yang menunduk.


 

Para nyonya terdiam dan pura-pura sibuk dengan teh mereka. Lady Seraphina bertanya dingin.


 

“Kau meninggalkan kelas melukismu? Bukankah nanti ada pelajaran tata krama?”


 

“Iya Mama…”


 

“Ibu sibuk. Kembalilah ke tempat pengasuhmu.” Lady Seraphina menyesap tehnya dan mengembalikan perhatian pada para tamunya, melupakan Lottee yang yang terdiam mematung sambil memegang kertas lukisnya.


 

Ibunya tak ingin disapa dengan panggilan informal. Wanita itu menetapkan bahwa Lotte harus memanggilnya Ibu bukan Mama. Asisten Lady Seraphina merasa tak tega melihat nona kecil yang lucu itu diabaikan. Dia menggandeng lengan ramping itu dan membujuk sang nona untuk segera keluar dari ruangan tersebut.


 

“Ayo Nona. Saya akan antara anda ke tempat Daphne.”


 

Tapi Lottee sudah terlanjur terluka. Dia menepis tangan sang asisten dan berteriak dengan suara gemetar. “Lepaskan aku! Aku bisa sendiri.” Lalu dia memutar badan dan berlari meninggalkan ruangan itu.


 

Semua tidak menyayanginya! Airmata Lottee mengalir dan dia berlari kemana arah kakinya melangkah. Di pertengahan lorong lainnya, dia bertemu dengan kakaknya, Arthur yang sedang berbicara dengan salah satu sepupu lainnya.


 

“Kakak!” Lottee menarik ujung lengan baju Arthur dan berharap kali ini sang kakak tidak mengabaikannya seperti ayah dan ibu.


 

Arthur menunduk dan mengerutkan dahinya. “Lottee, aku sibuk. Ada persiapan untuk berburu besok. Kalau mau main, pergilah ke taman. Ada Claude dan Chris.” Arthur hanya sekadar mengusap puncak kepala Lottee dan melangkah pergi.


 

Airmata Lottee kini sungguh-sungguh mengalir. Dia mengepalkan kedua tangannya dan menjerit sakit hati. “Aku benci kakak! Aku benci ayah dan ibu!”


 

“Lottee!” Arthur berbalik namun sang adik telah berlari menjauhinya. Dia menekan pelipisnya dan menunda pembicaraan dengan August, anak paman Frederick. Dia harus mengejar Lottee! Anak kecil yang merepotkan!


 

****


 

“Claude! Kali ini kau takkan berhasil!” Chris menendang bola ke arah Claude dengan kesal karena selalu kalah dalam permainan lempar bola dengan Claude yang selalu berhasil menangkap dan mengembalikan bola lemparannya. Sebaliknya, dirinya selalu tak bisa menangkap bola Claude. “Dasar kaki panjang!” Chris berlari kesal mengejar bola.


 

Claude mendengkus seraya mengusap rambutnya. Dia melihat bagaimana Chris berlari seperti orang gila mengejar bola darinya dan dia menikmati wajah bodoh Chris yang seperti itu. Ketika Chris berhasil menendang kembali bolanya, Claude menjawab santai.


 

“Salahkan kaki pendekmu.”


 

“Beri aku kemenangan satu kali saja!” Chris berseru konyol dan menendang keras bola pemberian Claude.


 

Baiklah, aku beri kau menang kali ini, pikir Claude masa bodoh. Dia sengaja menendang ke arah yang salah sehingga berlari mengejar bola yang menuju rumpun bunga di seberang mereka. Suara tawa girang Chris membahana di sore itu hingga Claude memutar bola matanya. Dasar kekanakan!


 

Bola menggelinding menerobos rumpun bunga dan Claude berjalan pelan memasuki semak bunga yang indah itu. Samar, dia mendengar suasa isak tangis dibalik semak. Kepala berambut pirang terlihat menyembul sedikit dan dia menyibak salah satu semak. Bola matanya membesar ketika mengenali siapa yang duduk di rumput sambil menangis menatap bola kertas yang ada di depannya.


 

“Lottee? Apa yang kau lakukan disini?” Claude menunduk menatap anak kecil 5 tahun itu yang terisak-isak.


 

“Claude bodoh! Pergi saja! Paling kau juga sama seperti ayah, ibu dan kakak!”


 

Alis Claude terangkat sedikit. “Kenapa kau menuduhku begitu?”


 

Lottee mendongak ke arah Claude dengan wajah penuh airmata. “Semua sibuk dan tak mau melihat lukisanku! Mereka tidak sayang padaku.” Lottee kembali menangis, meletakkan wajahnya di kedua lututnya.


 

Mata Claude terarah pada bola kertas yang berada di rumput. Dia berjongkok dan meraih benda itu. Dengan pelan dia meluruskan gumpalan kertas yang berbentuk bola itu dan menemukan lukisan seorang puteri dan kuda poni. Lottee memang berbakat dalam menggambar, meskipun itu adalah gambar anak kecil yang belum matang, namun bakat Lottee terlihat jelas.


 

Suara isak tangis Lottee masih terdengar dan Claude menjatuhkan diri di samping Lotte. “Wah,  tuan putrinya cantik. Kuda poninya juga lucu. Tapi sayang sekali, tuan putrinya cengeng.”


 

Lottee mengangkat wajahnya dan menarik kertas di tangan Claude. “Tuan putrinya tidak cengeng. Dia akan naik kuda dan berlari menuju bukit!”


 

“Dia belum naik ke kudanya.” Claude menatap kertas dan mengernyitkan dahi.


 

“Ada lanjutannya di kertas lainnya.” Lottee menjawab dengan semangat. Seketika tangisnya berhenti dan mulai mengoceh pada Claude yang menatapnya sambil menahan senyum.


 

“Apa aku boleh melihatnya?” Claude mengusap airmata Lottee.


 

Tiba-tiba Lottee terdiam dan berkata lirih. “Pasti kau akan sibuk seperti yang lainnya. Lagipula kau akan kembali bersama Niles.”


 

Claude melupakan bola yang hilang dibalik semak lainnya. Dia bisa mendengar suara Chris yang heboh mencarinya. Suara anak laki-laki itu lebih berisik daripada suara-suara yang bergema di benaknya.


 

“Aku menginap disini selama seminggu. Besok acara berburu khusus orang dewasa. Aku baru 13 tahun.”


 

“Bohong. Kau bisa naik kuda dan menembak. Kau akan berburu besok.”


 

Anak 5 tahun yang cerewet, ucap Claude dalam hati. Namun dia tahu Lottee hanya meminta perhatian pada orang dewasa. Disekitarnya selalu sibuk dan Lottee kerap kali hanya bersama pengasuhnya. Mereka sebenarnya sama saja.


 

“Giliran anak remaja bukan besok.” Claude menjawab ringkas. “Jadi aku punya waktu melihat gambarmu bersama Chris.”


 

Bibir Lottee membentuk kerucut. “Chris nakal. Dia suka mencoret-coret.”


 

Claude tertawa. “Dia takkan berani jika ada aku. Jadi jangan menangis. Orang dewasa hanya sedikit sibuk.” Lalu Claude menarik kertas dari tangan Lottee. “Kemudian merusak itu tidak baik apalagi jika itu adalah hasil dari usahamu sendiri.” Dia meluruskan kertas yang kusut itu dan menatap Lottee dengan lekat.


 

Anak kecil itu mengigit kuku dan mengangguk. “Lottee minta maaf.”


 

Claude menghela napas dan kembali mendengar suara Chris memanggil namanya kali ini disusul oleh suara Arthur dan suara seorang wanita.


 

“Oi! Claude! Kau dimana!” Chris berteriak keras.


 

“Lottte!”


 

“Nona Lottee!”


 

“Lottee, mereka mencarimu.” Kalimat Claude terputus ketika merasakan tubuh mungil itu jatuh di pahanya dalam keadaan tertidur. Setelah lelah menangis dan mencurahkan isi hatinya, Lottee tertidur begitu saja.


 

Arthur menyibak semak dan mendapati Claude telah menggendong Lottee yang tertidur. Bibi Daphne terlihat mengembuskan napas lega. Chris berseru lebih dulu.


 

“Kupikir kau ditangkap penyihir!” Chris berlari nyaris memeluk Claude namun terhenti ketika menerima tatapan tajam Claude. “Ah, Lottee tertidur.” Chris mengintip wajah pulas Lottee.


 

“Kau menemukannya? Dia menghilang.”


 

“Jika kau begitu peduli padanya, setidaknya kau jangan mengabaikannya ketika anak ini meminta sedikit perhatianmu sebagai saudara.” Claude berkata datar pada Arthur dan berjalan ke arah Bibi Daphne yang segera menerima tubuh Lottee dari tangan Claude.


 

“Terima kasih Tuan Muda Claude. Saya tadi pergi sebentar ke dapur untuk menyiapkan kue nona. Ternyata Nona sudah pergi dari ruang lukis.”


 

“Temani Nona. Lain kali.” Claude berkata pelan.


 

“Sepertinya kau lebih pantas menjadi kakaknya daripada aku.” Suara Arthur terdengar pahit. “Aku harus belajar lebih keras mulai sekarang. Jika tidak, perhatian ayah dan kakek akan tertuju pada Lottee. Adikku memiliki banyak bakat.”


 

Claude menoleh dari balik bahunya. “Lottee bahkan masih 5 tahun, Art. Bagaimana mungkin anak itu mengancam posisimu?”


 

Arthur memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. “Siapa yang tahu? Tapi jika aku harus bersaing masalah suksesi, lebih baik denganmu atau Chris daripada dengan adik perempuanku. Aku harus lebih unggul dari Lottee.”


 

“Hei, mana bisa kau bicara seperti itu. Kitakan berempat satu kesatuan. Kau tak membenci Lottee kan?” Chris berkata tidak sabar.


 

“Aku tak membenci Lottee tapi sulit bagiku untuk menyayanginya. Kurasa ayah dan ibupun demikian. Aku menganggapnya adalah pesaing tangguh.” Arthur menyeringai sambil mengembang kedua tangan di udara.


 

“Terserah kaulah. Yang jelas ketika berburu aku takkan mengalah padamu.” Claude menukas tak peduli dan menatap Bibi Daphne yang berjalan menjauh membawa Lottee.


 

Anak itu tidak akan mengerti pembicaraan kami kan? Lagipula Lottee sedang tidur. Namun Lottee sudah sadar tepat ketika Arthur mengungkapkan isi hatinya. Kalimat itu hanya didengarnya namun melekat erat di benaknya hingga ketika diusia Lottee mampu berpikir lebih luas, dia mengerti mengapa Arthur mengucapkan kalimat itu pada sore itu. Diusianya yang ke 10 tahun, disaat dia berhasil melukis wajah kakek dan nenek, kakek mengatakan bahwa Lottee memiliki bakat besar dalam melukis dan akan memberikan rumah pakaian yang dikelola kakek suatu hari. Untuk pertama kalinya, Lottee melihat perubahan wajah sang kakak. Wajah tidak senang dan memilih meninggalkan ruang pesta dengan alasan ingin merokok.


 

***

Masa kini.


 

Aku tidak membenci Lottee tapi sulit bagiku untuk menyayanginya.


 

Lottee membuka matanya selebar mungkin dan merasakan rasa ngilu di sekujur tubuhnya. Dia mendapati langit-langit kamarnya dan rasanya baru saja bermimpi sangat panjang dan lama. Mengapa aku memimpikan kenangan saat umur 5 tahun? Aduh, aku haus. Tiba-tiba Lottee merasakan suatu yang berat menindih pinggangnya. Punggungnya mendengar detak jantung seseorang dan hangat tubuh yang menempel erat. Apa ini? Lottee menunduk dan dia membelalak saat melihat sebuah lengan kekar dengan kulit kecoklatan dengan santainya memeluk pinggangnya.


 

Lottee berbalik dan menjerit setinggi langit ketika mendapati Anhur yang memeluknya dalam keadaan mereka telanjang bulat. Suara lengking teriakannya menggetarkan apartemen dan sebuah ledakan keras menghantam tembok kamarnya. Dalam sekejab, tembok kamar Lottee bolong besar hingga menampakkan pemandangan langit dan BigBen dari kejauhan. Alarm kebakaran berkumandang nyaring di sepanjang lorong apartemen tersebut.


 

Anhur terbangun dengan kepala pusing dan mendapati Lottee menatapnya dengan tatapan berapi sambil menutup dirinya dengan selimut. Anhur mencoba duduk sambil mengusap rambut dan mendengar suara panik Lottee.


 

“Kau! Apa yang terjadi dengan kita semalam?” Oh sialan! Wajah mengantuk Anhur mengapa terlihat begitu menggoda! Apakah aku baru saja menyadari hal itu? Tapi daripada itu, apa yang sudah terjadi? Apakah aku bercinta dengannya?


 

“Ya. Kita bercinta semalam. Dan sepertinya kau lupa.” Anhur turun dari ranjang dan meraih celananya.


 

Wajah Lottee memerah ketika melihat pemandangan tubuh telanjang Anhur. Padahal dia sudah terbiasa melihat punggung terbuka yang penuh tato itu ketika pria itu menjadi model patung. Tapi kali ini kesannya sangat berbeda dua kali lipat. Lottee melempar Anhur dengan bantal.


 

“Kau membaca pikiranku?”


 

Anhur berhasil memakai celana panjangnya dengan sempurna dan berbalik menatap Lottee. Nonanya yang biasanya berambut keemasan itu kini tampak lebih matang dan seksi dengan rambut silver berkilau itu. Sisi penyihirnya yang memikat apapun sepertinya cocok dengan kepribadiannya.


 

“Aku sama seperti kepala keluarga Rosewood. Sorcerer. Aku bisa membaca pikiran orang lain.” Anhur memakai bajunya dan mendapati wajah kaget Lottee. “Pikiranmu takkan bisa terbaca olehku jika kau memblokir pikiranmu dariku.” Dia membungkuk dan mengambil kemeja Lottee.


 

“Sudah berapa lama kau mempunyai kemampuan itu?” Lottee menatap tangan Anhur yang mengangsurkan kemejanya. Apakah tangan besar itu menyentuh tubuhnya sepanjang malam? Memikirkan itu kepala Lottee terasa panas dan hal itu membuat beberapa benda di kamarnya mulai melayang tak beraturan.


 

“Saya akan mengurus petugas gedung yang sedang menuju kemari.” Anhur meletakkan kemeja di atas ranjang dan membalikkan tubuhnya. Sikap formalnya sudah kembali dan Lottee segera memakai kemejanya dengan cepat.


 

“Aku tidak melakukan hal tak senonoh lainnya kan? Ya, kita bercinta tapi hanya sekedar itu sajakan?” Lottee turun dari ranjang dan dengan segera memunguti pakaian dalamnya dan memakai benda itu secara kilat.


 

“Jika anda berkata apakah kita melakukannya secara vulgar, mungkin banyaknya cakaran kuku anda di punggung saya bisa menjelaskan segalanya.”


 

Seluruh rambut Lottee seakan berdiri tegak. Anhur berbicara santai dengan kalimat telak yang membuat rasa malu Lottee mencapai ubun-ubun. Dalam beberapa hal, lidah tajam Anhur nyaris seperti Claude meskipun sepupunya itu berada di level tak terbatas. Dia menggerakkan tangannya dan sebuah vas bunga di pojok kamarnya bergerak, melayang cepat ke arah Anhur.


 

Namun tanpa Anhur membalikkan tubuh, vas itu sudah lebih dulu pecah berkeping-keping sebelum menyentuh tubuh besar tinggi itu. Lottee menatap tangannya dan menoleh cermin. Penampilannya berubah terutama warna mata dan rambutnya. Dan dia menggerakkan semua barang yang ada di kamarnya tanpa menyentuh sekaligus telah melubangi tembok kamarnya.


 

“Aku…apa yang terjadi padaku…”


 

Anhur menatap Lottee di ambang pintu. “Anda seorang penyihir, Nona. Saranku, lebih baik anda pergi ke Eldford dan menyerahkan urusan kerusakan apartemen pada saya.”


 

Lottee meraih tasnya dan berjalan lebar ke arah Anhur. “Urusan kita belum selesai.” Dan sekilas dia melihat warna mata Anhur berubah keemasan ketika mendengar kalimatnya.


 

“Saya akan mendengar semua keluhan Nona.” Anhur tersenyum dan menggeser tubuhnya. “Pergilah sebelum banyak orang melihat penampilan anda yang mencolok itu.”


 

“Sejak dulu aku sudah lebih dari mencolok. Ah, sepertinya makian para sepupuku menjadi kenyataan. Penyihir kecil dari Rosewood!” Lottee mendengkus keras dan meninggalkan Anhur yang bernapas lega.


 

Seketika ruangan itu sepi setelah Lottee berlalu. Anhur menatap sekilas kamar tidur yang berantakan dan merapikan beberapa benda yang terlempar dari tempat seharusnya. Bahkan dia merapikan ranjang yang kusut sebelum petugas apartemen datang untuk memeriksa. Lottee sepenuhnya telah menjadi penyihir Rosewood. Jika ramalan Hasina terbukti, besar kemungkinan pasangan cincin Rune miliknya ada di dalam tubuh Lottee. Tetapi bagaimana bisa? Penyihir yang menelan benda itu bahkan hidup ratusan tahun lalu. Seperti yang diucapkan Claude dengan nada mengejek, apa dia harus membedah perut sang penyihir? Dalam hal ini, dugaannya mengarah pada kebangkitan Charlotte Rosewood. Namun bisakah dia melakukannya pada Lottee? Setelah dia memasuki alam bawah sadar wanita itu dan menemukan masa lalu yang selama ini terkubur?


 

Saat mereka bercinta semalaman, dengan menggunakan kemampuan Metamagic, Sorcerer mampu memutar dan menyesuaikan mantra yang diinginkannya termasuk memasuki alam bawah sadar target. Untuk Lottee, Anhur memutar kenangan masalalu wanita itu untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Yang ditemukannya hanyalah luka hati Lottee saat berusia 5 tahun. Anhur duduk di tepi ranjang dan menekan batang hidungnya. Meski begitu dia tak berbohong bahwa wanita itu telah menjadi miliknya. Sejak lama dia menginginkan Charlotte Rosewood dibalik tujuan yang diembannya dari klan. Arthur Rosewood telah melibatkan mereka sejauh ini, setidaknya pria itu benar-benar tidak terlalu menyanyangi Lottee.


 

Bel apartemen Lotte berdering, tanda petugas apartemen ingin bertemu. Anhur bangkit berdiri dan melangkah tenang menuju pintu. Dia membuka benda itu dan mendapati dua orang petugas yang siap akan pertanyaan.


 

“Kami ingin mengecek apa yang terjadi pada apartemen Nona Rosewood.” Salah satu petugas yang bertubuh pendek mendongak menatap pria bertubuh tinggi di depannya.


 

Anhur menekan sebelah tangan di kusen pintu, menunduk dan menatap tepat pada sepasang mata para petugas. Dia berkata rendah dengan nada sopan.


 

“Tidak ada terjadi apapun di apartemen Nona Rosewood. Yang kalian dengar hanyalah suara benda jatuh tanpa menimbulkan kerusakan apapun. Sampaikan pada pemilik gedung, segalanya baik-baik saja.” Anhur mengirimkan gelombang sihir yang bertujuan mengendalikan pikiran kedua orang petugas didepannya. Mantra itu mengacaukan pikiran seseorang dengan cara mengendalikannya dan hal itu sedang dilakukan Anhur.


 

Tatapan mata kedua petugas tersebut terlihat berbinar dalam beberapa detik disusul dengan suara penuh pengertian dari salah satunya. “Baiklah Tuan. Saya akan menyampaikan pada manager. Selamat beraktivitas.” Mereka berbalik dan meninggalkan pintu apartemen Lottee.


 

Anhur segera menutup pintu itu dan menekan dadanya yang terasa berat. Simbol Runic di lehernya terasa panas tanda dia telah mengeluarkan banyak kekuatan. “Sejak kemarin aku tak berhenti memakai kemampuan.” Dia berjalan kembali ke kamar Lottee, menuju closet room memilih setelan yang akan digunakan wanita itu. Charlotte Rosewood membenci penampilan berantakan dan selalu ingin terlihat sempurna. Terutama jika berhadapan dengan Hugo Livingston. Lottee ingin menunjukkan siapa dirinya. Tangguh dan tak terkalahkan.


 

Anhur mendengkus pelan. Salah satu alasan Arthur menariknya ke dalam Rosewood adalah memisahkan hubungan kedua orang itu. Sayang sekali, aku juga tertarik dengan adik anda, ucap Anhur dalam hati. Dia mengambil peralatan make up Lottee dan berjalan melintasi ruang tamu demi mengambil kunci mobil ketika ponselnya berdering.


 

“Anhur! Segera ke kastil Whitmore. Zach menghilang. Aku ada disini sekarang!”


 

Anhur menatap layar yang segera menggelap karena peneleponnya telah mengakhiri percakapan. “Si penyihir kecil, kau sangat cerewet.”


 

****

Lottee ingin mencekik Claude saat sepupunya itu dengan senyum kecil mengatakan bahwa rambut silver cocok untuknya. Tentu saja Lotte mengatakan bahwa dia tidur dengan Anhur adalah kecelakaan namun entah mengapa Claude dan Thea tak berpendapat demikian. Bahkan dia nyaris menerbangkan perangkat teh untuk menyerang Claude. Meskipun pada kenyataannya, sepupu bengisnya itu dengan santai menahan serangan itu.


 

Tak hanya menangkis serangan yang tak disengaja itu, Claude juga mengatakan bahwa Lottee adalah penyihir. Sampai di sini, Lottee terdiam kemudian terpingkal-pingkal. Apakah pikiran Claude sama bodohnya seperti Anhur? Bisa-bisanya mereka berdua berpikiran sama hanya karena sesama Sorcerer. Tiba-tiba Lottee terdiam dan menatap wajah serius Thea dan Claude.


 

Lottee mengusap wajahnya dan mengembuskan napas dengan berat. Dia terkadang bisa melihat masa lalu orang lain jika dia ingin dan juga membaca pikiran lainnya. Tapi bukan berarti dia adalah penyihir, bukan? Apalagi Thea mengatakan bahwa darah itu berasal dari keturunan langsung Nenek Marisa. Informasi konyol apa itu!


 

“Penyihir perusak. Kekuatanmu adalah merusak sesuatu jika kau tak bisa mengendalikan emosimu.”


 

Tak cuma penyihir namun dia juga merupakan perusak? Setelah banyak hal yang diperjuangkannya agar dianggap layak di Rosewood, kini takdirnya adalah seorang penyihir perusak? Please, bukankah masih banyak nama penyihir keren lainnya? Bahkan Thea saja menyandang penyihir hijau!


 

Terdengar Claude mendengkus. Pria itu mengusap dagunya dengan sebelah tangannya menjepit cerutu. “Penyihir perusak itu cukup keren.”


 

Lottee memajukan tubuhnya sambil mengembuskan asap rokok ke wajah Claude. “Lagi-lagi pikiranku dibaca Sorcerer!” Dia menggeram kesal. Lottee mampu membaca pikiran orang lain tetapi dia tak bisa menembus pikiran Claude dan Anhur. Apakah karena mereka adalah Sorcerer? Orang yang lebih menguasai pikiran orang lain?


 

Alis Claude terangkat. “Ternyata kau dan Sorcerer itu sudah sampai ke tahap saling membaca pikiran.” Melihat sinar mata ganas Lottee, Claude mengangkat tangannya dan berkata lebih serius. “Kita harus mencari tahu lebih dalam tujuan dari kemampuanmu itu. Apakah baik atau buruk. Eldford banyak menyimpan buku-buku tentang penyihir.”


 

“Kau bisa menginap di Eldford beberapa hari.” Thea menyentuh lengan Lottee dan menoleh Claude, meminta persetujuan suaminya. Melihat dari sinar mata Claude, Thea menyadari bahwa hal itu sia-sia saja.


 

“Lottee memiliki kastilnya sendiri. Di Major Hill. Lima jam perjalanan dari London. Itu kawasan lama yang cukup ramai. Ini waktu yang tepat untuk kau membuka hadiah dari kakek untukmu. Kastil Kingshill.” Claude berkata ringan sambil menyeringai puas melihat bola mata Lottee membesar.


 

Saat melihat Lottee sedang menggerutu perihal apa yang membuatnya kesulitan, Claude seakan kembali ke masa lalu. Dimana dia selalu menjadi tempat anak itu meluapkan segala isi hati dan tak bisa berkata apa-apa terhadap solusi yang diberikannya.


 

Tentu saja Lottee terdiam mendengar usul Claude. Dia tidak suka kastil Kingshill yang suram dan jauh dari kehidupan manusia. Entah apa yang membuat kakek memberikan bangunan antik itu pada Lottee sebagai hadiah ulang tahun. Ketika mereka saling memaknai solusi Claude, saat itulah kabar Zach menghilang membuyarkan urusan mereka.


 

Thea dan Claude bergerak cepat untuk pergi ke Kastil Whitmore. Meski kecewa dengan masalahnya yang belum mendapatkan solusi akhir, Lottee menjadikan urusan kakaknya sebagai prioritas utama. Dia menatap rambut silver dan mata merahnya di cermin di lorong Eldford. Dia akan mengatakan pada siapa saja di sana bahwa sedang memakai wig dan lensa kontak.


 

Tapi tetap saja, untaian rambut dan warna matanya tidak seperti barang palsu. Apa yang harus kulakukan? Lottee mengepalkan kedua tangannya ketika merasakan sebuah topi baseball mendarat di kepalanya.


 

“Pakai itu. Kurasa semua akan sibuk karena hilangnya Zach. Jadi akan sedikit yang menyadari perubahan dirimu.” Claude menekan kepala Lottee dengan topi itu sambil berjalan.


 

Lottee menatap punggung jangkung sepupunya. Dia menekan ujung hidungnya dan menarik ujung topi lebih dalam. Setiap dia mengalami kesulitan, saat itu juga akan tenggelam oleh masalah yang ditimbulkan oleh Arthur, dengkus Lottee pahit. Bukannya dia tak suka pada saudaranya, tetapi sampai kapan masalahnya selalu menjadi urutan belakangan?


 

“Masalahmu juga menjadi prioritasku. Thea akan membantumu. Setelah menenangkan Blair kita akan mencari tahu apa yang akan kau lakukan selanjutnya.” Claude mengirim suaranya menembus benak Lottee.


 

Lottee mengangkat matanya dan mendapati Claude sudah berjalan jauh di depan. Dia melangkah dengan kepercayaan diri yang selama ini dikuasainya. Ujung sepatu runcingnya menghentak permukaan lantai Eldford dan punggungnya lebih tegak dari sebelumnya.


 

Ya, benar! Bukankah sekarang aku adalah penyihir? Aku bisa menerbangkan barang sesuka hatiku seperti Harry Potter. Bahkan sangking hebatnya aku, sampai tak ingat bagaimana bisa aku bercinta dengan Ajudanku sendiri. Lottee mengetuk pelipisnya dan menuju mobilnya. Sebelum itu dia menatap penampilannya dan memutar bola mata. Dia tidak suka tidak sempurna! Anhur harus membawa setelan terbaikku. Selain itu, meskipun mereka berencana menenangkan Blair, Lottee tahu bahwa hal itu tak berguna sama sekali. Zach sudah dirancang untuk diambil. Hanya saja Agnes melakukannya dengan sangat sempurna seperti di dalam film. Penculikan yang dramatis.


 

Lottee menekan tombol hubung yang ada di Dashboard ke nomor ponsel milik Anhur. Pada akhirnya, Lottee tetap membutuhkan Anhur di sampingnya pada saat dia tak ingin menatap wajah tampan yang eksotik itu.


 

“Anhur! Segera ke kastil Rosewood. Zach menghilang. Aku ada disana sekarang.” Dan sebelum Anhur menjawab, Lottee segera memutuskan percakapan. Sialan! Ingatan saat pria itu memeluknya ketika bangun tadi tidur menari-nari di pelupuk mata Lottee. Enyahlah!

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya A WITCH AND HER SUN-KISSED LOVER - GAMANG
5
9
“Nenek meninggal karena memberikan jantungnya pada Lottee saat Lottee serangan fatal dan nyaris mati. Jantung penyihir. Nenek Marisa adalah keturunan penyihir murni yang secara turun temurun terhubung dengan cincin runik milik bangsa Anhur. Lottee terindikasi memilki darah penyihir dari nenek sehingga jantung mereka cocok.”  Tiba-tiba Claude mencengkram kerah baju Arthur dan mendesis rendah tepat di depan wajah sepupunya. “Jangan katakan kau menjadikan Lottee bahan tukar bagi Anhur!”****  “Kau tidak mengerti perasaanku.” Blair menukas jawaban Lottee dengan suara lirih.  “Ya. Aku memang tidak mengerti perasaanmu.” Lottee berkata tenang. Tangannya dengan lembut mendorong punggung Max agar kembali kepada pengasuh anak itu. “Tapi aku merasakan kegelisahan anak-anakmu yang lain melihat ibu mereka menangis dan bersikap seperti pudding lembek.”  Hubuntan yang semakin meruncing. Masalah semakin pelik.   Selamat datang di keluarga Rosewood. Glamor. Tampan. Cantik. Kaya. Intrik. Skandal. Dan penyihir!
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan