And I See Your True Colour

1
0
Deskripsi

"Keisya, truth or dare!" teriak Ajeng, sahabat Rensy kelewat antusias.

Keisya pasi. She hate this silly game. Dia ogah harus mendapat tantangan mencium bibir si Viona atau membaui kaus kaki buluk Angel. Huek! Not in million years!

"Truth,"

Kakak semata wayang dan teman-temannya mengelilinginya dengan raut muka ingin tahu. Kepo. Menanti pengakuan dosa apa yang akan dilontarkan gadis mungil itu di pesta piyama kakaknya.

"Ayo dong, buruan! Tapi jangan yang remeh ya," ujar Viona.

"Iya, kalau kamu pernah kutuan waktu SD sih semua juga tahu!" desak Dyah.

Tak sadar, Keisya mendengus. Ini dia si ratu gosip. Yakin dia ingin berbagi the truth saat ia seruangan dengan Dyah? Calon pemred tabloid gosip di masa depan? Jangan-jangan dia malah dibully ntar di sekolah.

"Aku..aku, sayang pada Kak Tom, tunangan Kak Rensy," akhirnya perasaan yang terpendam bertahun-tahun mencelat keluar dari mulutnya. Sial. Permainan sialan.

Semua wajah terperangah. Lalu spontan melirik ke arah Kak Rensy, kakak semata wayangnya. Si kakak tak kalah shock. Namun dengan cepat menutupinya.

"Ya iyalah, Keisya cinta, sayang, kan calon kakak iparnya. Keisya cinta Tommy as a brother ya kan Kei?" sorot mata Rensy membara.

Keisya tercekat. Buru-buru mengangguk.

"Iya dong. Kakak memang beruntung," desisnya.

"Aku? Beruntung? Tommy kale lucky dapat hot chick kayak guee. Cowok pendiam dan pasif itu bisa apa kalo nggak ada gue." bibir merah Rensy monyong.

Semua tergelak. Hati Keisya mencelos. Lagi-lagi ngilu di hatinya mendengar kak Tommy direndahkan. Walau dengan maksud bercanda. Tetap saja, hatinya sakit.

"Sudah ya mainnya? Aku ingat belom bikin pe er Matematika. Kamu sudah bikin belum, Dyah?" Keisya melirik Dyah yang kini sekelas dengannya, siap-siap bangkit.

Dyah memutar matanya.

"Oh plis, besok kan hari Minggu, neng. Lagipula ini kan Girls party! Masa belajar?"

"Iya nih, mentang-mentang murid teladan!" ledek Kimora.

Keisya mengedikkan bahu. Ia hanya ingin buru-buru kabur dari kamar kakaknya yang sesak. Pengap.

"Aku ke kamar dulu ya.."

"Keisya, kesimpulannya apa nih? Suka yang gimana dengan Tommy? Hati nyut-nyutan kalau melihatnya? Keringet berlebih?" Selidik Ajeng.

Keisya menjulurkan lidah. Lalu buru-buru kabur. Sebelum ia mempermalukan dirinya lebih jauh.

Keisya naik ke ke tempat tidurnya yang nyaman. Kak Rensy yang kini kuliah semester 8, dua bulan lagi bertunangan. Dan sahabatnya juga murid-murid di grup dance-nya berkumpul di rumah. Pajamas party. Walau lebih tepat, daster party.

Grup dance kak Rensy terdiri dari teman-teman sekampusnya. Rensy juga mengajar dance di sekolah Keisya. Maklum, ia alumni SMA Keisya juga. Beda dengan Rensy, Ia sama sekali tak bisa menari. Badannya terlalu kaku untuk meliuk seksi mengikuti irama.

Kak Tommy adalah teman sekelas Rensy waktu SMA. Cowok cungkring, jerawatan, dan bertubuh pendek. Tapi, dia berbakat musik. Terutama piano. Sekarang pun penampilannya tak jauh beda. Tetap pemalu. Sederhana. Tapi, senyum dan kata-kata sejuknya selalu menghangatkan hati Keisya.

"Kamu mungkin nggak bisa nari. Tapi, kamu bisa nulis lirik lagu yang keren, Kei. Kita bisa kolaborasi nanti,"

Karena musikalitas Kak Tommy itulah, mengapa Rensy si ratu dance SMA jatuh cinta. Sejak jaman batu, Kak Rensy ngefans pada pemusik. Saat SMA kelas XII, Rensy bahkan jadian dengan Angger, vokalis G-One, grup rock lokal yang kemudian putus setelah setahun pacaran karena Bang Angger ketahuan punya banyak cewek.

Kak Rensy brokenheart parah.

Saat patah hati itulah, Kak Tommy yang waktu SMA jadi teman sebangku Rensy berhasil mengisi hati cewek cantik itu. Ia membuatkan Rensy lagu, menyanyi untuknya, membantunya ini-itu, dan bikin Rensy meleleh. Bikin Rensy sadar kalau cinta Tommy bertahun-tahun itu tulus untuknya.

Kabar hubungan mereka menggemparkan. Soalnya, Rensy dan Tommy bisa dibilang berbeda kasta. Hehe. Rensy ratu populer dan Rommy ya, nerd gitu deh. Banyak yang patah hati karena si cantik memilih Tommy. Termasuk Keisya, tapi karena sebab lain. Keisya yang sejak dulu mencintai Tommy. Sejak Keisya kelas 7.

Ketika Kak Tommy yang sering dijajah Rensy untuk bikin pe ernya, sementara cewek itu malah menari dan bikin koreografi baru dengan teman-temannya di taman. Tuh cowok patuh banget lagi. Dasar bodoh. Dan kalau Tommy selesai mengerjakan pe er, ia dan Tommy sering main gitar di pojok taman perumahan Keisya. Bernyanyi dan mencoba membuat lirik lagu bersama.

Ia mencintai Tommy, walau Tommy hanya menganggapnya adik.

Keisya mengira, hubungan Tommy dan Rensy hanya akan seumur jagung. Tommy akan menyadari kalau Rensy bukan cewek yang cocok untuknya, atau Rensy bosan dengan kesederhanaan cowok itu lalu membuangnya.

Toh, selama ini, mereka jarang terlihat mesra. Tommy lebih mirip kacung. Disuruh ini itu oleh Rensy. Belikan makanan, bawakan belanjaan, cucikan mobil. Ia begitu perhatian pada Rensy dan adiknya. Tak heran, Mama dan Papa mereka menyayangi cowok itu. Keisya menantikan hari dimana Rensy mencampakkan Kak Tommy.

Tapi, doanya setiap malam sia-sia.

Entah kesambet jin apa, Rensy malah mengajak Tommy bertunangan.

Damn, Tommy definitely terlalu bagus untuk kakaknya!

Kakaknya yang pongah dan sok keren. Kakaknya yang cerdas, dan cantik. Kakaknya yang hobi mengerjai Tommy. Menyuruhnya ini itu, tapi tentu saja dengan manja. Senjata rahasia perempuan. Menindas cowok dengan gaya menye-menye ohlala? Licik.

Keisya terkadang membenci kakaknya. Kenapa ia memiliki segalanya? Termasuk Tommy? Lelaki yang kilaunya hanya Keisya yang tahu, hanya ia yang menghargainya.

Kenapa Rensy mesti memilih Tommy? Masih banyak cowok cemerlang di luar sana. Ronan, Dicky, Jesse, dan sederet cowok lain, memujanya seakan ia Taylor Swift.

Keisya menatap layar ponselnya.

Tertera nama Angger. Cowok itu tak kapok mendekati kakaknya. Keisya melemparkan ponselnya ke tempat tidur. Ia harus bagaimana? Seminggu lalu, Angger menelponnya. Ia bilang, tak bisa melupakan Rensy. Ia tak bisa move on karena merasa bersalah menyakiti Rensy empat tahun lalu.

Angger merengek, Keisya harus membantunya mendapatkan Rensy kembali. Ih, Keisya sebal sekali pada cowok gondrong itu. Cowok brengsek. Baru jadi vokalis saja, baru dikerubungi sedikit cewek saja, sudah jelalatan. Kaget kali ya.

Ceritanya, Angger melihat Rensy di pesta ulang tahun Angel. Dan bisa ditebak, si playboy cap racun tikus itu terpesona melihat kakaknya sekarang. Ya iyalah, dia kan memacari Rensy jaman SMA. Saat kakaknya itu belum fasih bermake up dan masih polos dandanannya. Lah sekarang? Orang sering mengira Rensy adalah model. Dan kadang, kakaknya menerima job jadi model part time.

Sepertinya aku harus merelakan Tommy. He is not my soulmate. He is my sister fiancee soon to be, pikir Keisya pahit.

Masa sih? Ia selalu berpikir kalau Tommy itu adalah soulmatenya. Hanya masalah waktu saja ia akan sadar dan menoleh pada Keisya, who always invisible di sebelah Rensy. Ia hanya mampir untuk jadi pacar Rensy sebelum happily ever after with her.

Shit! Ups, kalau Mama dengar bisa disentil mulutnya! Ngomong jorok hihi.

Tidak. Keisya tak mau menyerah. Apalagi pada Rensy. Ia menekan tombol ponselnya. Menelpon Angger.

***

"Rennie!"

"Bang Angger!"

Rensy terperangah. Cowok itu mau apa disin!?

"Hai Rensy, long time no see!"

"Kamu sedang apa?"

"Ya, berhubung ini tempat makan ya lagi makan, Bang. Nggak lagi mencangkul."

Angger terbahak. Rensy merasa dadanya berdebar tak beraturan. Shit. Kenapa cowok ini memesona sekali.

Tubuh jangkungnya kini berisi dan sedikit berotot, tidak seperti junkie, orang cacingan lagi seperti ketika mereka pacaran. Rambut gondrongnya pun dipangkas rapi. Bang Angger mengenakan kemeja dan jins namun nampak keren sekali. Senyum Mario Lopez-nya tetap sama. Rensy menahan desakan kuat untuk menjerit-menjerit seperti groupies G-One dulu.

"How's life, Rennie?"

Rennie. Itu panggilan kesayangan Abang dulu. Hanya satu-satunya yang memanggil dia.

"Baik, Bang. Masih nge-dance di kampus dan melatih anak-anak SMA. Kadang jadi model kalau lagi ada job."

"Cool."

"Abang gimana?"

Angger tersenyum. "Aku baru pulang dari Aussie. Dapat beasiswa musik disana. Mencoba karir jadi pencipta lagu. Sekarang sedang menulis lagu untuk Agnes."

"Wow."

"Kita hang out yuk! Pengen mendengar ceritamu lebih banyak," Angger senyum.

Tanpa sempat berpikir, Rensy mengangguk. Agak terlalu bersemangat.

***

Angger dan Rensy semakin dekat. Yes!

Keisya mengintip dari jendela kamarnya. Kak Rensy diantar pulang pakai sedan Kak Angger. Mereka tertawa-tawa di teras. Entah mengobrol tentang apa.

Nah, Keisya bilang juga apa? Kak Rensy mudah terpesona dengan cowok musikus. Apalagi kalau penampakannya melelehkan hati seperti Angger Herdiansyah.

Ayo Kak Rensy, jangan sia-siakan kesempatan. Gaet the new Angger. Dia semakin kinclong, Kak Tommy buatku saja, desah Keisya puas.

Hanya menunggu waktu, Kak Tom diputuskan oleh kakaknya. Untuk jadian dengan si bokong seksi di luar sana. Siapa yang tahan sih menahan godaan senyuman mematikan si playboy gendeng itu? Keisya tertawa, lalu mendadak berhenti karena merasa dirinya persis tokoh antagonis di sinetron picisan. Eww!

***

Malam minggu.

Kak Tom tidak datang. Ia ada proyek di luar kota.

Kakaknya tidak sempat resah. Ada Angger menemaninya. Mereka baru pulang nonton Alita: Battle Angel dan dinner di Salossa.

Keisya buru-buru pindah ke ruang tamu. Ia mencoba menguping percakapan Rensy dan Angger dari balik jendela. Mereka berdiri berhadapan.

Yes, Angger akan menembak kakaknya. Sudah pasti Rensy will say, yes. Topik obrolan kakaknya minggu ini adalah Angger dan Angger, melulu.

Wow, jangan-jangan mereka mau kissing? Keisya bergidik. Masa sih Rensy gampangan banget? Murahan? Baru seminggu ketemu terus langsung main sosor?

"Maafkan aku, Bang. Aku suka padamu tapi kita nggak bisa pacaran. Sebentar lagi, aku tunangan. Namanya Tommy. Dia calon musisi berbakat lho," Rensy tersenyum.

Wajah Angger memucat.

Keisya nyaris terpekik, untung ia bisa membekap mulutnya tepat waktu.

"Kan baru mau tunangan, ma cherie. Abang yakin, kaulah soulmate Abang. Buktinya, sejak bertemu denganmu lagi. Daya cipta Abang mengalir deras! Abang makin kreatif. Kau merasakan hal yang sama, Kan?"

Rensy tersipu. "Ah, makasih Bang!"

"Ya, kau buatku saja? Ya, ya! Tinggalkan si amatiran itu!" desak Angger.

Rensy menatap wajah Angger serius.

"Aku mencintai si amatiran itu, Bang. Tak mungkin aku kembali pada orang yang sudah menyakitiku. No, thanks. Kesempatan hanya datang sekali dan kau menyia-nyiakannya," ujar kakak semata wayang Keisya tenang lalu meninggalkan cowok itu begitu saja masuk rumah.

"Rennie!"

"Terima kasih untuk malam ini. Jangan lupa tutup pagar ya,"

Tak terdengar jawaban Angger. Mungkin ia masih berdiri tolol di teras dengan rahang terbuka. Idiot.

Keisya buru-buru bersembunyi di samping sofa. Berusaha menahan tawa. Wow, Rensy is very cool.

Skak mat, Angger!

***

Ternyata, lebih sulit dari yang diduganya.

Pesona pangeran charming ternyata tidak melunturkan cinta Rensy. Ia salah menilai kakaknya. Ia menyangka, Rensy hanya playin' game with Tommy. Dilihat dari sikapnya yang kerap melecehkan, merendahkan cowok itu. Siapa sangka cinta itu ada? Huh. Tapi, tak ada cinta jika tak respek. Keisya takkan menyerah begitu saja. Ia menyusun rencana baru.

***

Semua berkumpul di ruang tengah.

Lagi-lagi, mereka bermain truth or dare. Hanya kali ini, Keisya yang merencanakannya. Seperti juga pesta piyama malam ini. Keisya juga yang merancang semua. Mengundang orang-orang, menyiapkan cemilan dan minuman ringan. Meyakinkan Tommy untuk datang. Juga membujuk Rensy agar ia mau menyelenggarakan another pajamas party.

"Ayolah, Rensy! Kamu tak perlu melakukan apapun! Aku yang mengerjakannya untukmu."

Mata Rensy menyipit, curiga. "Ada apa sih, Key? Kamu merencanakan sesuatu ya?"

Keisya tertawa gugup.

"Kakak curiga saja!" ia memukul bahu kakaknya. Sedikit terlalu keras. "Key hanya ingin bikin kakak rileks sebelum the big day!"

Duh, hidung Rensy tajam juga! Dan sekarang ia merasa bersalah. Damn. Tidak ah. Ia hanya berbuat terbaik untuk mereka bertiga. Try to revealing the truth.

Rensy mengangkat bahu. "Habisnya, tumben kamu mau bersusah payah buatku,"

Keisya meleleh. Memeluk kakaknya. "Enjoy the party, big sister."

Rensy balas memeluknya. "Thank you, Key. Oh satu lagi, jangan panggil sis ah! Berasa lagi belanja toko online atau ganti nama jadi Asis!"

Mereka terbahak.

And, here they are.

Truth or dare sudah memakan korban. Angel membuka rahasia kalau ia pernah memukul teman sekelasnya, cowok waktu SMA hingga hidungnya bleeding. Wow, preman!

Sedangkan Ron memilih tantangan. Untuk merayu Dyah si biang gosip. Doh. Kerjaan mustahil karena Dyah si ice maiden. Yang ada, Ron dibully cewek dingin itu. Hingga nyaris nangis!

Keisya menarik napas panjang. This is it.

Yak, botol bekas kola diputarnya. Triing!

Tepat mengarah pada cowok impiannya. Tommy meringis kikuk.

"Kak Tom, truth or dare! Jangan mau dare, Kak! Disgusting" bisik Keisya yang duduk di sebelah Tom. "Ayo, keluarkan uneg-unegmu tentang Rensy.."

Rensy menyemangati cowoknya dari seberang ruangan.

Tommy berpikir sejenak. Tantangan makhluk di ruangan ini semakin gila: mencium ketek seseorang, joget ala penyanyi dangdut pantura. Mampus.

"Truth," jawabnya dengan suara tertahan. Keringatnya menetes di pelipis.

Semua memandangnya bak ingin menerkam cowok malang itu.

Keisya menahan napas. "Katakan Kak, katakan kau tak tahan lagi," desisnya.

"A..aku, aku cinta Rensy, tapi aku benci ia menertawakanku. Menceritakan kekikukanku lalu tertawa beramai-ramai." Tom memucat.

"Sa..sayang," Rensy berlari mengejar Tom yang mendadak bangkit dan keluar lewat pintu belakang.

Ruangan hening. Semua tercengang.

Oh, oh. It's very awkward moment.

"Ada yang mau keripik kentang lagi?" tanya Keisha cepat. Lalu lari ke dapur, mengikuti keduanya.

Rencananya sukses, yeaay!

***

"

Tommy," Rensy menepuk bahu cowok itu.

Tommy menepisnya.

Keisya mengintip dari jendela dapur dengan dada berdebar.

"Kamu selalu menginjakku, Ren sadar tidak! Kamu selalu menganggap aku remeh dan tak berarti. Tahu tidak? Olokanmu dengan teman-temanmu itu nyakitin aku! Aku ragu kalau hubungan kita akan berjalan lancar."

"Tom, aku hanya bercanda. Aku tak bermaksud.."

"Ya, candaanmu menghina, Ren! Aku tahu aku tak seganteng cowok idamanmu. Tapi, aku juga lelaki. Punya harga diri. Kurasa pertunangan ini bukan ide bagus!"

Kini Rensy berurai air mata. Keisya tak menyangka kakaknya akan seshock itu.

"Tom, maafkan aku..maaf, aku janji berubah. Jangan tinggalkan aku."

"Aku selalu menghargaimu, Hunny. Bukan karena kamu cantik atau hebat. Tapi, karena aku mencintaimu. Aku mencintaimu apa adanya. Hingga aku takkan pernah menertawakan kekikukanmu, hobimu belanja, gosip, cengeng, apapun itu."

"Maaf.."

"Ini bukan hubungan yang sehat. Tadinya, aku berusaha bertahan. Tapi, ini tak baik untuk kita."

"Tom, lihat aku. Kamu cinta aku, kan? Aku janji akan berubah. Akan menghormatimu. Kamu calon pendampingku, imamku. Aku janji takkan pernah lagi mengolokmu, menyuruh-nyuruhmu. Aku cinta kamu, Tom. Jangan pergi, please.."

Tom tersenyum. Ia menghapus air mata Rensy. Mata gadis itu sekarang mengerikan. Maskara tidak anti airnya luntur.

"I love you, dear.." bisik Rensy.

"I love you too, hunny."

"Aku masih boleh memanggilmu, cungkring Tom?"

Tom mengangguk dan mengacak rambut Rensy penuh cinta.

Oh no. ini tidak sesuai skenarionya. Keisya terduduk lemas di sebelah wastafel. Ia gagal. Totally screw up, Keisya evil!

Oh! Dia terlambat untuk bersembunyi!

Tommy membuka pintu dapur. Rensy memergokinya duduk terpekur.

"Kak.."

Rensy melepaskan genggaman Tom lalu menghambur di pelukannya! Ragu Keisya membalas pelukannya.

"Terima kasih ya, lil sister. Karena pestamu, kami bisa saling jujur," bisiknya tulus.

Ketakutan Keisya sirna. Ia melirik Tom yang matanya bertabur gemintang menatap kakaknya.

Dan ia tahu rencananya tak gagal sama sekali.


 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Rumah Di Ujung Jalan
3
0
“Kinan, bangun woy! bangun! Waktunya salat subuh!” Kak Gayatri menggoyangkan lenganku.Sebentar lagi, ia akan memencet hidungku dengan sadis. Dan aku akan menjerit-jerit karena tidak bisa bernafas. Rasanya kayak mau meninggal. Aku buru-buru bangun sebelum terjadi kekerasan rumah tangga. Tempat tidur Kak Gaya sudah rapi. Wajah cewek 18 tahun itu nampak glowing terkena air wudhu. “Dek Laras, bangun, sayang!” Ia kini membangunkan Larasati, adik kami yang berusia 12 tahun. Nah, kalian lihat sendiri kan diskriminasi di rumah ini? Bak ibu peri yang lemah lembut, Kak Gaya membangunkan Laras. Sedangkan aku dibangunkan dengan gaya militer. Berasa sedang wamil bareng Park Chanyeol, huhu. Ugh, the power of maknae. Nasib. 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan