Logika dan Rasa (Part 1-2)

0
0
Deskripsi

❗AREA 21++

“Ternyata milikmu sangat besar…”

PART 1

Dentuman keras alunan musik, warna warni lampu laser yang menyorot, dan kumpulan gadis gadis berpakaian minim dan serasi, membuat tempat ini lebih berwarna lagi. Tidak lupa juga deretan jenis cairan yang mengandung surga dunia bagi para pengagumnya, semakin membuat suasana malam menjadi lebih sempurna.

Mungkin itu juga yang dirasakan oleh sosok laki laki yang kini terlihat ikut menikmati suasana di tempat ini. Meski dirinya hanya memilih duduk di meja bar, tapi  anggota tubuhnya masih sedikit sedikit menikmati gerakan alunan musik.

"Berikan satu botol lagi" ucap laki laki tadi kearah bartender.

"Vodka lagi tuan?"

"Whisky"

"Tapi anda sudah sangat mabuk tuan, apa tidak sebaiknya tuan...

"Sstt... Berisik sekali kau. Aku disini beli, bukan minta minta jadi jangan coba mengaturku. Cih!! Tidak ada bedanya dengan dia, bisanya mengatur tanpa mau diatur" ocehan laki laki tadi membuat bartender akhirnya menuruti keinginan nya saja.

"Jika bukan karena wanita gila itu. Aku tidak akan bodoh seperti ini. Haha... Chelsea.. Bisa bisa nya kau tidur dengan bajingan itu Ches" semua rancuan tidak berguna ini hanya menjadi sampah tontonan untuk beberapa tamu yang ada di dekat laki laki tersebut.

AKSA DARENDRA WESLEY, laki laki yang keadaan nya sudah setengah berantakan ini akrab dipanggil AKSA, sosok remaja 17 tahun dan masih duduk di bangku SMA.

Postur tinggi dan bentuk tubuh sixpack, warna kulit putih serta wajah yang sangat tampan. Membuat Aksa bernilai A+ dimata lawan jenis nya.

Namun itu hanya sebatas penilaian dari segi fisik laki laki tersebut. untuk keadaan bagian intens nya, Aksa terkenal sosok cuek dan tidak pernah terbuka dengan siapapun. Masalah keluarga yang sudah kacau sejak dia masih kecil, membuat remaja ini tumbuh hanya dengan kasih sayang kakek dan nenek nya.

***

Disisi lain, sebuah meja bar yang juga terletak tak jauh dari sisi Aksa.

Terlihat segerombol laki laki dengan satu wanita diantara nya. Berpakaian jas serba hitam untuk 4 laki laki itu, dan sang wanita hanya menggunakan dress mini berwarna abu muda. Dengan keadaan wanita yang juga sudah setengah sadar, salah satu laki laki tadi tengah mendekat kearah sang wanita.

"Bos. Sepertinya aku tau jalan keluar nya"

"Katakan"

Laki laki tadi sedikit berbisik kearah ratu mereka. Entah apa yang sedang dia katakan. Namun saat itu juga sang wanita tengah tersenyum dan menatap kearah meja Aksa.

"Kau yakin ini berhasil?" ucap sang wanita.

"Seratus persen bos. Dia hanya seorang bocah. Pasti tidak akan paham dengan masalah seperti ini"

"Baik. Lakukan segera. Aku tunggu di hotel amsterdam"

"Siap bos" 

Setelah nya, satu  laki laki berjas itu menghampiri meja Aksa. Sedangkan ke 3 laki laki lain langsung membawa wanita tadi keluar dari bar.

"Sendirian saja bro?" ucap laki laki berjas yang sudah duduk satu meja dengan Aksa.

"Kau lihat bagaimana?" dengan mata yang setengah terbuka, Aksa menyahut ketus ucapan laki laki tadi.

"Mau tambah lagi tidak? Kali ini aku yang traktir. Aku pilih kan whiskey paling ampuh di bar ini"

"Kau itu siapa? Tiba tiba ikut campur urusanku?" Aksa mulai mencoba membenarkan posisi duduk nya.

"Perkenalkan. Aku Bione, dan Aku hanya ingin mengenal mu saja. Karena sejak tadi aku lihat kau terlihat sangat kacau men" laki laki ini masih mencoba akrab dengan Aksa.

"Itu bukan urusan mu. Tapi jika untuk whiskey, aku tidak mungkin menolak nya"

'Kena kau bocah. Kau sudah masuk perangkap ku' gumam lirih laki laki ber jas seraya mengulas senyum nya.

"Haha baiklah. Tunggu sebentar, aku akan belikan" laki laki bernama Bione tadi mulai berjalan kearah bartender.

"Berikan aku whiskey scotch yang paling unggul di bar ini. Jika bisa berikan yang kadar alkoholnya lumayan besar" Bione sedikit berbisik kearah bartender.

"Ada salah satu ciptaan mixologist kami yang hampir menyerupai whiskey scotch tuan, tapi rasa dan kadar alkohol nya lebih tinggi. Namun itu jelas sangat tidak dianjurkan untuk usia diatas 25 tahun"

"Aku beli dengan harga 2 kali lipat. Bagaimana?" Bione mengulurkan tangan kearah sang bartender. Pertanda meminta kesepakatan untuk hal ini.

"Tapi tuan...

"Aku tambah menjadi 3 kali lipat"

"Deal" 

bartender itu akhirnya membalas uluran tangan Bione.

"Tunggulah sebentar. Aku akan mengambilkan nya" setalah mengatakan hal itu, dia kemudian berlalu dari hadapan Bione.

"Sebentar lagi masalah selesai. Dan aku bisa bebas dari tuntutan si bos" senyum merekah langsung terukir di sudut bibir Bione.

Tak sampai 10 menit, sang bartender sudah kembali dengan sebuah nampan yang berisi segelas minuman berwarna keemasan dan sedikit lebih gelap, cairan itupun tidak sampai memenuhi isi gelas, hanya setengah tinggi dari ukuran gelas tersebut.

"Hanya ini?"

"Ini sudah sepadan dengan dosis nya. efek samping minuman ini sangat berbahaya tuan"

"Aku tidak peduli itu. Aku ingin dia sepenuhnya mabuk"

"Tidak perlu menunggu 20 menit, setelah meneguk whiskey ini pasti dia sudah di alam bawah sadar nya"

"Bagus. ini bayaran nya, dan ambil sisanya. Tapi ingat, pesanan ini hanya aku dan kau yang tau" Bione menatap tajam kearah sang bartender seraya menyelipkan puluhan biji lembar uang 100 ribuan disela botol minuman di meja ini.

"Baik tuan"

Tanpa membuang waktu, Bione segera membawa gelas tadi kearah meja Aksa.

"Lama sekali. Apa yang kau lakukan?" ucap Aksa yang kesadaran nya mulai sedikit pulih.

"Di sana sedikit ramai. Dan pesanan ini adalah racikan khusus bro. Jadi perlu waktu sebentar"

"Jangan banyak bicara lagi, berikan itu untuk ku" 

'Bagus. Sebentar lagi misi ini selesai' batin Bione seraya pelan pelan menyerahkan gelas tadi kearah Aksa.

"Lelet sekali, kemanakan"

Glekk... Glek....

Hanya sekali shot, minuman itu sudah habis di teguk oleh Aksa.

"Shit!! Kenapa aku baru tau ada minuman se enak ini?" Aksa terlihat berbinar menatap gelas ditangan nya.

"berikan aku satu gelas lagi" remaja ini kini bangkit dari kursinya dan kembali menyerahkan gelas itu kearah Bione.

Namun tidak lama dari Aksa bangkit, tiba tiba tubuhnya sedikit terhuyung kedepan. Keseimbangan tubuh Aksa mulai tidak terkontrol, dan disaat yang tepat, Bione dengan sigap menangkap tubuh remaja ini.

"Aku bantu antar kau pulang" ucapan Bione sudah tidak mendapat jawaban dari Aksa. Dan sedetik itu juga Bione merogoh saku ponselnya dan mencari nama ROMEO.

[apa semua sudah siap?]

[Zeka mengantar bos ke hotel. Dirly sudah dimobil. Dan aku akan menghampiri mu] sahut suara diujung telepon

[Cepat bantu aku membawa tubuh bocah ini]

[Tunggulah sebentar. Aku kesana]

Tuttt....

Sambungan diputus sepihak oleh Bione

"Lumayan berat juga bocah ini. Aku jadi penasaran, sebenarnya umur dia berapa? Wajah nya masih ingusan tapi tubuhnya kekar seperti ini" gumam Bione yang masih menahan tubuh Aksa.

"Maaf, sedikit telat" satu sosok laki laki berjas hitam kembali datang.

"Cepat bawa bocah ini ke mobil. Dia ingusan tapi tubuhnya berat"

"Baik"

Akhirnya ke 2 laki laki ini menopang tubuh Aksa keluar dari bar.

"Lajukan mobilnya" ucap Bione kearah satu laki laki bernama Dirly.

"Baik Bi"

Mobil melaju membelah jalanan kota Surabaya. Keadaan jalanan terpantau lumayan sepi, karena memang waktu sudah menunjukan pukul 1 dini hari, maka tak heran lalu lalang kendaraan sedikit berkurang.

Tak sampai 30 menit perjalanan, mobil jenis Alphard berwarna hitam ini akhirnya melabuhkan tujuan akhir nya di sebuah halaman hotel megah yang terletak di pusat kota SIREVINA.

"Langsung ke lantai 8. Bos sudah menunggu kita" Dirly berjalan lebih dulu dari ke 2 teman nya. Tanpa bantahan lagi, Bione dan Romeo segera membawa tubuh Aksa masuk ke dalam hotel.

Ting!

Pintu lift langsung terbuka dan dengan cepat Dirly menekan angka 8.

"Periksa saku dia dan cari dompet bocah ini" titah Bione kearah pria di belakang nya.

"Baik" Dirly mulai meraba seluruh baju dan celana Aksa.

"Ini dompetnya Bi" 

Sebuah benda kulit berwarna hitam sudah Dirly tunjukan kearah 2 teman nya.

"Bawa saja dan serahkan pada bos Shanie. Biar dia yang urus masalah ini"

"Baik"

"Sebenarnya apa rencanamu Bi? Kenapa kita perlu bocah ingusan ini?" Romeo ikut membuka suara

Ting!!

Namun belum terjawab oleh Bione, pintu lift lebih dulu terbuka

"Ayo, segera bawa dia ke kamar. Nanti kalian juga akan tau" 

Kembali tubuh Aksa dibopong menapaki lorong hotel yang terlihat sepi seperti tidak berpenghuni.

Tok... Tokk...

Sebuah pintu kamar dengan angka 21 yang tercetak di depan pintu kini coba diketuk oleh Dirly.

Cklekk....

Kamar hotel dibuka, namun sosok dibalik pintu adalah laki laki yang juga memakai jas senada dengan Bione, Romeo dan Dirly.

"Dimana bos Shanie?"

"Letakan dia di ranjang. Lalu kalian bisa pergi dari sini. Jangan mengunjungiku sampai aku sendiri yang menyuruh kalian datang. Paham?" ucapan dingin sosok perempuan yang ternyata sudah duduk di sofa putih persis di ujung ranjang kamar ini.

SHANIE CLAIRE HYUNA, wanita 23 tahun yang memiliki paras cantik berwajah oriental, dengan mata sedikit sipit dan bibir yang terlihat merah muda, memiliki lekuk tubuh sexy dengan semua aset yang dia miliki mempunyai ukuran besar dan sintal. Rambut panjang dengan sedikit Curly dibagian bawahnya, serta leher jenjang dan kaki mulus panjang, merupakan deretan kelebihan yang dimiliki wanita ini.

Meski orang tua Shanie memilih menempati belahan negeri yang berbeda namun wanita ini memilih melebarkan bisnisnya di rentetan negara Barat. Termasuk di Sirevina, Tirnity, Arzona dan berbagai negara besar Barat lainnya.

"Siap bos" jawab ke 4 nya serempak

"Zeka. Siapkan apa yang tadi kuperintahkan" tatapan wanita ini langsung menjurus kearah laki laki yang tadi membukakan pintu untuk 3 temannya.

"Baik bos"

"Mau kau apakan dia Bi?" Shanie mengalihkan pandangan nya kearah Bione yang baru saja ingin membuka kemeja Aksa.

"Menyiapkan semuanya bos"

"Apa perkataan ku tadi kurang jelas Bione? Kalian bisa pergi dari sini. Lalu kenapa masih lancang mencampuri urusan ku? Aku sudah tau apa yang akan kulakukan setelahnya. Jadi pergilah"

"Maaf bos, aku tidak bermaksud lancang"

"Lupakan" Shanie mulai berjalan kearah Aksa yang sudah terbaring di ranjang berkurang king size, sedangkan ke 4 laki laki tadi segera berlalu keluar kamar dan menutup kembali pintunya.

"Sebenarnya aku sudah malas harus sandiwara murahan seperti ini. Tapi tidak ada cara lain untuk menutupi hal memalukan ini" gumam Shanie seraya mulai membuka kancing kemeja Aksa.

"Akhh... Panasss... " 

saat Shanie baru saja melepas kancing terakhir kemeja Aksa, tiba tiba laki laki ini tersadar dari tidurnya.

"Kau?" jelas saja Shanie spontan menjauh dari tubuh Aksa.

'Bodoh, hanya masalah seperti ini mereka tidak becus mengurusnya?' ekspresi Shanie langsung terlihat marah. Bahkan Shanie langsung berjalan ingin meninggalkan Aksa, namun dengan cepat Aksa duduk dan menahan tangan Shanie.

"Kau siapa? Dan aku ada dimana?" tatapan kebingungan langsung tercetak di wajah polos Aksa.

Tidak ada jawaban dari Shanie kecuali hanya ekspresi datar dan usaha dia untuk melepas genggaman tangan Aksa

"Kau mau kemana? Jangan pergi. Tolong bantu aku" ekspresi Aksa sudah sangat memohon.

"Apa maksudmu?" Shanie menatap tajam kearah Aksa

"Akhh... Tubuhku panas, dan aku tidak tau kenapa aku menginginkan nya"

"Menginginkan ap....

"Maaf"

SYUTTT....

BRUGHH......

Belum sampai Shanie menyelesaikan ucapan nya, tiba tiba Aksa begitu saja menarik tangan Shanie kearah nya. Dan jelas saja energi Aksa lebih kuat dari pada wanita ini, sehingga kini tubuh gadis itu sudah berada di pelukan Aksa.

"Apa yang kau lakukan bocah?" Shanie mencoba melepas pelukan Aksa, namun usahanya sia sia. Pelukan Aksa lebih kuat dibanding energi wanita ini.

'Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Tidak mungkin aku teriak meminta bantuan. Karena kedatangan ku disini bertujuan untuk sembunyi' Shanie hanya bisa berperang dengan jalan pikiran nya sendiri. 

Sedangkan Aksa? Laki laki ini sudah terlihat sangat bringas dengan kedua mata yang sedikit memerah.

"Kau mabuk bocah. Sadarkan dulu dirimu" Shanie masih mencoba melepas pelukan Aksa.

"Aku sudah ti... tidak tahan. Tolong bantu aku sebentar" suara Aksa menjadi serak dan berat. Entah ekspresi apa yang laki laki ini coba tunjukan, namun wajah iba dan liar nya bercampur menjadi satu.

KRAKK......

Diluar dugaan Shanie. Ternyata Aksa dengan berani sudah merobek dress bagian atas milik perempuan ini.

"jangan macam macam! Apa yang akan kau lakukan?"

SRAKkk.......

Tanpa menghiraukan ucapan dan usaha Shanie untuk memberontak, Aksa malah dengan kasar mulai melucuti pakaian wanita tersebut.

"Ternyata milikmu sangat besar"

SLUPPP.....

tanpa membuang waktu lagi, 2 gundukan besar milik Shanie yang sudah ter ekspos tanpa balutan benang ini langsung di terkam oleh mulut Aksa.

"Akkkhhhh..... Apa yang kau lakukan. Mppphhh" desahan dan ucapan protes Shanie berbaur menjadi satu.

Bukannya menghentikan aksinya, Aksa malah semakin bringas lagi melahap 2 melon besar di atas nya ini.

SLAKK.....

Kali ini Aksa membalik kan keadaan. Tubuh Shanie langsung dia baringkan di bawah nya. Dan sekarang tubuh sexy gadis itu sudah berada di kungkungan Aksa.

Dengan cepat Aksa melancarkan aksinya. Kali ini tujuan utama nya adalah bibir sexy Shanie. 

SLUPP.....

"Mpphhttt..... 

"Ahhh...... 

"Aa... Apa yang kau lak...

Cupppp.......

"Hah.. Hah... Hah.... Ja.. Jangan... Ahhh...

Sejak tadi lenguhan demi lenguhan, desahan demi desahan hanya terlantun dari mulut Shanie. Sedangkan Aksa masih sibuk menjamah setiap inci tubuh wanita yang ada di bawah nya.

PART 2

"Aku sudah tidak tahan. Biarkan aku menyelesaikan nya" 

Setelah mengatakan hal itu, Aksa mulai melucuti pakaian nya sendiri dengan menggunakan satu tangan kanan nya, sedangkan tangan kiri laki laki ini dia gunakan untuk menahan kedua tangan Shanie yang kemungkinan masih mencoba memberontak.

Tuingg...

Saat kain terakhir yang Aksa buka adalah celana dalam miliknya, sontak saja benda dibalik kain itu langsung menyumbul keluar. 

Rudal berurat yang sudah berdiri tegak menjulang dengan ukuran yang sangat besar dan berwarna coklat bersih ini langsung membuat Shanie terkejut bukan main.

'Fuck it! Kenapa bisa sebesar itu? Apa itu benar asli?'perempuan ini langsung mengutarakan isi hati dan otak nya.

"Kau menyukainya nona?" senyum semirk Aksa langsung terukir.

"Jangan bodoh!. Kita tidak saling mengenal. Jangan lakukan hal yang tidak tidak" Shanie langsung menyadarkan akal sehatnya. Meski tidak dipungkiri rasa takjub wanita ini akan pemandangan langka rudal milik Aksa masih bersarang di benak nya.

"Persetan dengan perkenalan. Sekarang puaskan aku dan kita buat sesuatu hal yang menakjubkan malam ini" tanpa basa basi Aksa kembali menindih tubuh sexy Shanie.

"Jangan lakukan itu ku mohon, kau tidak akan tau tentang keadaan ku. Aku tidak bisa melalukan in...

JLEBBB......

"AAAaaaahhhhhhhhhh..............." suara Shanie tercekat dan bersahut desahan panjang ketika sebuah benda besar dan panjang mulai bersarang di lubang bawahnya. Meski ini hanya setengah dari bagian itu, namun gua milik Shanie sudah terasa sangat penuh.

"Kau gila. I... Ini sangat bes.... arrr" Buliran air mata Shanie tak terasa ikut menetes tatkala dia merasakan nyeri dan sedikit panas di bawah sana. 

'Apa yang dia masukan? Apa benar ini milik nya? Tapi jika benar benda itu, kenapa ini sangat sakit? Bukankah aku sudah pernah melakukan nya? Lalu kenapa rasanya masih seperti tersayat?' dalam keadaan memejamkan mata, Shanie masih membatin dengan apa yang sedang terjadi padanya.

"Apa masih sakit nona?" suara lembut Aksa dari atas wajah Shanie membuat gadis ini perlahan membuka matanya.

"Sakit" satu kata yang keluar dari mulut Shanie membuat Aksa lemas seketika. Laki laki ini pun menatap wajah cantik Shanie dengan penuh penyesalan.

"Maaf. Tapi aku tidak bisa berhenti sekarang. Tubuhku ingin lebih dari ini"

"Milikmu sangat besar. Tidak akan muat untuk ku"

"Aku akan mencobanya. Pegang pundak ku, aku janji. Setelah ini akan menjadi rasa yang indah" 

"Bodoh. Kau sangat memaksa sekal... Aaakkhhhhhhh.."

JLEBBBBB........

setelah dorongan yang sedikit keras dari Aksa, akhirnya rudal besar miliknya berhasil karam sepenuhnya di liang surgawi milik Shanie.

"Aku akan melakukan nya dengan lembut, kau tenang saja"

Setelah mengatakan hal itu, kedua tangan Rey mulai dia letakan di sisi kanan dan kiri tubuh Shanie.

"Jangan kasar. Lakukan pelan pelan" suara Shanie berubah lirih dan sedikit berat.

Aksa pun hanya mengangguk dan mulai menggerakkan pinggulnya. 

PLOK... PLOKK... PLOKK....

"AHH... AH... AHHHH......"

"ini kenapa sangat enak nona. Ahhhh.... Sempit sekali" 

"Pu... Punya mu bes... ar bocah AH... AHh....."

desahan mereka saling bersahutan. Shanie maupun Aksa sama sama mulai hanyut dalam permainan mereka.

Sentakan demi sentakan, goyangan demi goyangan yang mereka mainkan mulai memberi nafsu yang liar lagi bagi keduanya. Keringat yang mulai mengucur di tubuh Aksa membuat laki laki ini terlihat semakin perkasa lagi. Sedangkan kondisi Shanie juga sudah sedemikian berantakan. Rambut yang sudah tidak tertata serta baju yang sudah berserakan tidak lagi dia hiraukan.

"Faster babe.... Cepat kan dorongan nya. AHH... AH...." pinta Shanie pada Aksa. Aksa pun dengan sangat liar lagi semakin mempercepat tempo permainan mereka.

"Aku ingin keluar bee....."

"Tahanlah sebentar. Aku juga ingin keluar. Kita keluarkan sama sama" sahut Aksa yang kini semakin membuka lebih lebar lagi selangkangan Shanie.

"Naikan di pundak ku nona. Agar aku lebih leluasa menjamahnya" Aksa menuntun ke dua kaki Shanie untuk di letakan di atas bahu nya.

PLOP... PLOPP.... PLOOPPPP......

Suaranya persatuan kulit mereka semakin jelas lagi. Apalagi cairan bening dari keduanya mulai menerobos keluar.

"Shit! Aku sudah tidak tahan. Aku ingin keluar. Please, FASTERRR BABEEEE.....

"Aku juga sampai.....

Crot.. Crott... Crot... Croottttt.....

"AAAAHHHHhhhhhh...............

Desahan panjang keduanya saling bersahutan tatkala tembakan dahsyat Aksa langsung mengarah pada dinding rahim milik Syanie.

BRUGHHH.......

setelah mengeluarkan lahar miliknya, Aksa langsung ambruk disamping tubuh Shanie dengan rudal yang masih berlumuran sisa cairan miliknya dan milik Shanie, meski sudah lemas dan tidak berdaya, namun ukuran rudal milik Aksa masih terbilang lumayan besar.

Tidak ada suara lagi dari mulut Aksa. Nafasnya pun langsung kembali teratur, pertanda jika laki laki ini sudah memasuki alam mimpinya.

'Bodoh! Kenapa aku bisa hanyut dalam rencanaku sendiri? Harusnya aku hanya memanfaatkan dia, kenapa jadi hubungan sex ini benar terjadi? Hah... Shanie? Dimana otak mu? Kau sudah menyerahkan tubuhmu pada bocah ingusan sepertinya. Tapi.. Tadi bukan seperti diriku. Dengan Soo Jun pun aku tidak pernah mendesah. Dan permainan tadi?... Harga diriku seperti hilang. Kejantanan milik bocah ini kenapa bisa se kokoh itu? Bahkan itu 3 kali lipat jauh lebih besar dari milik Soo Jun' 

Shanie tidak berniat berpindah tempat dari posisi nya, melainkan memilih memandangi wajah tenang laki laki yang sedang terlelap di depan nya.

Dan tak lama dari itu, Shanie pun akhirnya juga ikut hanyut di dalam mimpinya.

*****

Skip keesokan harinya

Cahaya matahari mulai terasa hangat dan silauan nya mulai semakin bercahaya lagi. Bersamaan dengan hal itu tubuh laki laki yang tak lain adalah Aksa, mulai menggeliat dan membenarkan posisi tidurnya. Namun entah rasa apa yang sedang dia rasakan. Tiba tiba kedua matanya terbuka perlahan.

"Hangat sekali. Tumben nenek memberiku selimut setebal ini" rancu Aksa masih dalam keadaan setengah sadar.

Namun mungkin karena dia rasa ada sedikit keganjalan dari pemandangan asing di depan nya ini, Aksa pun langsung sedikit memberi jarak dengan benda apa yang sedang dia genggam.

"Hah? Ka... Kau siapa?" Aksa langsung duduk dan menjauh dari sosok itu.

"Kau sudah puas dengan kelakuan mu tuan?" ucap nada wanita yang sedikit serak namun terdengar sangat tegas.

Ya, Shanie kini tengah menatap nanar kearah Aksa seraya masih menutup tubuhnya dengan selimut tebal itu.

"Si... Siapa kau? Dan apa yang terjadi" 

"Tanpa ku beritahu harusnya kau sudah bisa berpikir sendiri. Apa yang sudah kau lakukan padaku" wanita ini begitu saja menyingkap setengah sprei yang menutupi tubuhnya dan Aksa. 

"Darah?" tatapan Aksa semakin tidak percaya lagi dengan kondisi nya yang sudah telanjang bulat dan bercak darah yang sudah membekas di ranjang putih ini.

"Pakai bajumu lalu kita ke kantor polisi" 

"Tunggu. Ku mohon jangan bawa ini ke jalur hukum" Aksa menangkupkan kedua tangan nya ke depan, dengan wajah yang sudah terlihat pucat pasi.

"Yang kau rebut itu kehormatan ku. Bukan barang. Kau tidak bisa mengembalikan nya bocah"

"Aku akan mempertanggungjawabkan semuanya. Tapi jangan bawa ini ke rana hukum. Aku masih duduk di bangku SMA. Masa depan ku masih panjang nona"

"Lalu kau pikir masa depan ku bagaimana?"

"Aku tidak akan lari dari tanggung jawab. Tapi ku mohon beri waktu aku mencerna kejadian ini dulu. Ini terlalu cepat. Dan aku masih tidak siap"

"Kita bicarakan setelah kau memakai bajumu. Jangan berbalik. Aku akan pergi ke kamar sebelah" ucap ketus Shanie lalu hendak bangkit dari kasur nya.

"akhhh....."   

Belum juga berdiri tegak, namun Shanie terdengar merintih kesakitan dan dengan terpaksa wanita itu kembali duduk lagi.

"Ada apa? Kau sakit?" Aksa yang masih sempat memakai celana saja inipun langsung dengan sigap menghampiri Shanie.

"Apa yang kau lihat? Jangan mengambil kesempatan"  Shanie segera meraih kembali selimut itu untuk menutupi tubuhnya. Karena memang keadaan Shanie masih telanjang bulat.

'Sial! Kenapa masih terasa ngilu seperti ini. Rudal bocah ini membuatku tersiksa' batin Shanie yang masih memicingkan matanya kearah Aksa.

"Aku pernah membaca artikel internet. Ini adalah hal wajar ketika alat mu terjamah untuk pertama kalinya. Itu akan terasa ngilu dan perih. Setelah ini aku akan belikan obat salep di apotek"

"Tidak perlu. Aku hanya butuh ambilkan baju ku yang berserakan, lalu kau tunggu saja di ruang depan"

"Baik"

'Apa yang harus kulakukan? Ini pertama kalinya aku melihat benda ini secara nyata. Apa tidak papa aku memegang nya? Jika pun menolak, wanita ini akan semakin marah lagi padaku' Aksa tetap duduk diam disamping benda berbentuk kacamata besar berwarna merah maroon, dan sebuah kain segitiga senada yang juga berada di samping nya.

"Apa yang kau lakukan? Cepat bawa kesini. Bitch" nada ketus Shanie masih saja dilontarkan

"Apa tidak papa aku memegang nya?" pertanyaan polos yang keluar dari mulut Aksa semakin membuat Shanie mengernyitkan dahinya.

"Aku kan tadi menyuruhmu mengambilnya. Jika tidak kau pegang bagaimana kau bisa membawanya kesini?"

"Ini pertama kalinya aku melihat ini secara nyata. Jadi aku sedikit canggung" 

"Bawa saja dan jangan banyak bicara"

"Baik"

Setelah kain terakhir yang Aksa pungut berwarna abu muda, laki laki ini segera meletakan di samping tubuh Shanie dn begitu saja berjalan keluar kamar tanpa sepatah katapun.

"Lucu juga mengerjai bocah lugu sepertinya. Ingin sekali aku tertawa melihat ekspresinya yang sedang memungut dalaman ku tadi. Aksa Danendra Wesley, sekarang kau sudah masuk ke perangkap ku bocah kecil" wanita ini segera memasang kembali baju nya dan langsung meraih benda pipih di nakas tidur nya.

[bawakan surat nya sekarang] 

[Baik bos]

Tuttt.....

Sambungan diputus Shanie lalu wanita ini segera berjalan kearah luar.

Tok... Tok... Tokk....

Sebuah ketukan pintu hotel terdengar bersamaan kemunculan Shanie yang tiba tiba.

Aksa pun mengurungkan niatnya untuk membuka pintu tadi.

"Siang bos" 4 laki laki yang tak lain adalah Bione, Romeo, Zeka dan Dirly berjejer rata di sebelah Shanie.

"Berikan berkas nya"

"Ini bos" Bione terlihat mengulurkan sebuah map kuning kearah majikan nya.

Sedangkan sejak kedatangan mereka, fokus Aksa langsung kearah Bione.

'Sepetinya aku pernah bertemu dengan nya. Tapi kapan? Akhh... Kenapa kepalaku pusing saat mencoba mengingat hal itu?' Aksa langsung memijat pelipisnya

"Kau kenapa?" Dirly menatap kearah Aksa yang masih terlihat memegangi kepalanya.

"Siapkan makanan pereda mabuk" titah Shanie menatap Dirly

"Baik bos"

"Tidak perlu. Setelah ini aku akan pulang" Aksa perlahan berdiri dari sofa putih itu

"Berani sekali kau kabur setelah melakukan hal bejat itu"

"Aku tidak kabur. Aku hanya ingin mengabari kakek nenek ku. Kau tenang saja. Aku sudah bilang aku akan bertanggungjawab"

"Kau pikir semudah itu membuat ku percaya. Sekarang duduk dan tanda tangani surat perjanjian ini" berkas itu diletakan begitu saja di depan Aksa

"Apa itu?"

"Kau bisa baca kan?"

Akhirnya mau tidak mau Aksa kembali duduk dan mulai membaca berkas tersebut.

"Ini diluar nalar. Belum tentu juga kau hamil kenapa aku harus melakukan hal ini. Ini sama saja kau mengikatku" Aksa langsung menutup kembali berkas tadi.

"Pertama, kau harus bertanggungjawab dengan cara menikahiku secara tertulis sampai bayi ini lahir. Tidak perlu secara sah. Karena perjanjian ini sudah dianggap sebagai pengikat resmi.

Ke dua, selama perjanjian ini berlangsung aku bebas melarang dan menyuruhmu semauku tapi dalam batas normal.

Ke tiga, aku berhak mendapat hak wajar sebagai istri selayak nya hubungan suami istri pada umumnya. Dalam artian perhatian mu, cara mu memperlakukan ku, dan waktu mu.

Ke empat, tidak akan pernah ada kontak fisik kecuali pihak 1 yang menyetujui. Jadi kau tidak boleh menyentuh ku dalam kontak intens

Dan yang terakhir, perjanjian akan diperpanjang jika ketentuan 1 sampai 4 itu kau melanggarnya" dengan tegas dan sangat jelas Shanie menjabarkan isi perjanjian itu

"Kau tau aku masih sekolah. Mana mungkin aku bisa melakukan hal itu. Aku butuh ruang gerak. Aku butuh bermain dan butuh membantu kakek nenek ku"

"Kau pikir aku tidak memiliki kehidupan lain? Jangan salahkan aku dengan keadaan ini. Disini aku yang dirugikan bukan kau. Kehormatan ku sudah rusak akibat ulah mu lalu kau berharap aku mengampunimu?"

'Kenapa jadi seperti ini? Kek? Nek? Maaf aku telah mengecewakan kalian' Aksa mengambil nafas dalam dalam dan perlahan membuka kembali matanya

"Berikan bolpoin nya" akhirnya suara Aksa menyerah dengan keadaan ini.

"Serahkan bolpoin nya" Shanie meminta kearah ajudan nya. Bione langsung memberikan sebuah pulpen kearah majikan nya. Dan shanie begitu saja menyerahkan kearah Aksa.

Perlahan namun pasti, meski Aksa sangat berat dengan keputusan ini. Tapi pada akhirnya dia tetap menggoreskan ujung pena tersebut kearah kertas putih yang sudah berisi materai dan nama terang Shanie maupun Aksa.

"Aku harap ini cukup sampai disini. Jangan membawaku lebih jauh lagi. Setelah bayi itu lahir tolong bebaskan aku lagi. Tapi kau tenang saja. Aku akan berusaha bertanggung jawab dengan anak itu" Aksa kembali bangkit dan menatap penuh permohonan kearah Shanie.

"Tergantung sebaik apa kau menjalankan perjanjian itu"

Mendengar jawaban Shanie yang masih tidak pasti. Rey hanya bisa bernafas pasrah dan hendak berlalu pergi.

"Aku tidak bisa lama lama disini. Orang rumah pasti cemas dengan ku"

"Bi. Antar dia pulang" titah Shanie kearah Bione

"Tidak perlu. Aku akan pergi sendiri. Permisi"

Tanpa peduli tatapan ke 4 laki laki itu, dan 1 wanita yang jelas lebih menatap nya tajam, Aksa berjalan begitu saja melewati mereka.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Logika dan Rasa (part 3)
0
0
“Sial! Gara gara bocah ingusan itu, aku kesulitan untuk berjalan…”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan