Hutan Larangan Part 9

1
0
Deskripsi

Sebelum membaca kelanjutan ceritanya.

Mimin ucapkan terimakasih untuk tips ataupun dukungan yang lain dari kalian, semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua, Amin 🙏

Tanpa basa - basi lagi, Selamat Membaca Hutan Larangan Part 9.

Perjalanan mereka tinggal sedikit lagi, 1 jam waktu yang dibutuhkan menuju pos 4, lalu satu jam lagi menuju ke Hutan Lalijiwo dan terkahir menuju ke puncak.


 

Tidak terasa karena disambi dengan cerita - cerita Pak Adi tentang mistos dan misteri gunung disana tiba - tiba mereka telah sampak di pos 4.


 

Istirahat sebentar, lalu mereka melanjutkan perjalanan.


 

Lama mereka berjalan, akhirnya mereka tiba di Hutan Larangan selanjutnya yaitu Hutan Lalijiwo.


 

Disambut dengan 2 pohon besar bak gerbang disuatu kerajaan.


 

“Nah ini mas yang dinamakan Hutan Lalijiwo” kata Pak Adi.


 

Mereka semua mengangguk, sesekali sambil tersenyum.


 

Auranya beda, Intan merasakan merinding - merinding kecil di seluruh tubuhnya. Dan ternyata dirasakan semuanya kecuali Pak Adi, mungkin karena Pak Adi sudah terbiasa melewati Hutan Lalijiwo.


 

Atau mungkin lelembut penunggu disana sudah mengenal Pak Adi.


 

Banyak pendaki - pendaki yang tersesat ditempat itu, namun mereka tidak.


 

Sang penunjuk jalan, Pak Adi sudah hafal betul dengan jalur dan medan disana.


 

“Astaughfirllah”


 

Dengan gestur kaget Intan mengucapkan kata itu.


 

Sontak fokus semuanya langsung mengarah ke Intan.


 

“Kenapa Tan?” tanya Putra.


 

“Iya sayang, kenapa kamu?” Samsul juga ikut menanyakan.


 

“Tadi ada sosok putih terbang dari pohon itu ke pohon yang dibelakangnya” ujar Intan dengan wajah ketakutan, kedua alisnya yang menyambung dan matanya tidak lagi mau melihat ke arah yang dimaksut.


 

“Ohh... gak apa - apa mbak, sudah biarkan. Yang penting niat kita baik” jawab Pak Ady.


 

“Yaudah ayok sayang lanjut lagi”


 

Samsul mengajak Intan untuk melanjutkan perjalanan lagi.


 

1,5 jam akhirnya mereka telah sampai dipuncak Gunung Arjuno.


 

Tentu orang yang paling bahagia diantara mereka adalah Intan.


 

Bagaimana tidak, sudah lama dia menginginkan berada disitu, dipuncak Gunung Arjuno.


 

“Arjunooooo” Intan berteriak sambil berlari tidak sabar ingin memuaskan batinnya.


 

Akhirnya mereka semua pun berfoto ria disana dan Pak Ady melakukan hal lain, dia pergi ke tempat yang berbeda dan berjanji akan kembali setengah jam kemudian.


 

Tidak ada rasa curiga sama sekali sama Pak Adi. Namun kecurigaan mulai muncul saat Intan berbisik ke Samsul.


 

“Sayang, sedari kemarin kan Pak Ady selalu membawa celurit dan golok yang ditaruh dipundaknya ya”


 

Lalu Samsul pun menjawab “iya sayang, lalu kenapa?”


 

“Aku kira awalnya dia akan mencari kayu bakar atau rumput di puncak, tapi kok itu dia kembali tanpa membawa apa - apa” kata Intan menjelaskan uneg - unegnya.


 

Samsul hanya terdiam, namun matanya masih terus menyoroti Pak Adi kejauhan yang melangkah ke arah mereka.


 

“Itu liat, celuritnya pun masih dia bawa kan sayang” kata Intan.


 

Samsul mengangguk pelan. “Biar saja kita ikuti alurnya sayang. Tapi kita harus tetep hati - hati ya” kata Samsul.


 

“Iya sayang” jawab Intan.


 

Tidak lama Pak Adi datang menyapa mereka. Sapaan Pak Adi disambut hangat oleh Putra dan Bima.


 

Setelah puas berfoto kami pun duduk bersama, mengobrol ngalor ngidul dengan Pak Adi.


 

Hampir saja kepergok ketika mata Intan dan Samsul terus menyoroti celurit dan golok yang dipegang terus sama Pak Adi.


 

Sambil bercerita tiba - tiba mata Pak Ady reflek melirik Intan dan Samsul, untung saja Intan dan Samsul tetep tenang menyikapinya sehingga tidak timbul kecurigaan dalam diri Pak Adi.


 

Pancaran sinar matahari yang mulai memanas, membuat Putra berinisiatif mengajak mereka pulang, agar sampai di basecamp tidak terlalu malam.


 

“Mas nanti mampir dulu ke tempat saya, makan sama istirahat sebentar” kata Pak Adi.


 

“Gausah Pak, nanti malah tambah ngerepoti” jawab Intan.


 

“Gak apa - apa Tan, nanti kan sekalian ketemu sama istri dan anaknya Pak Adi. Siapa tau nanti kalau kesini lagi bisa mampir” kata Haris.


 

Pak Adi pun tersenyum “nah benar kata mas Haris mbak”


 

Karena kalah suara dengan yang lain, Intan akhirnya mengikuti temannya yang lain untuk mampir dulu ke rumah Pak Adi.


 

Perjalanan turun pasti lebih cepat dari pada saat mendaki.


 

Hutan Lalijiwo memang menyeramkan, suara lirih tangisan wanita menyambut kedatangan mereka sebelum benar - benar masuk ke dalam Hutan Lalijiwo.

Bersambung. . .

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Hutan Larangan Part 10
4
0
Bagaimana kelanjutan cerita mereka saat berada di Hutan Lalijiwo ? Siapa sosok lelembut wanita yang mengeluarkan suara tangisan di Hutan Lalijiwo itu ?Dapatkah mereka keluar dari Hutan Lalijiwo ?Atau justru mereka akan tersesat selamanya disana ? Simak kelanjutan ceritanya. . .
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan