
Halo man teman, terimakasih buat kalian yang selalu support mimin di Karyakarsa dan tentunya juga di twitter. Semoga kebaikan kalian dilipat gandakan oleh Allah SWT. Amin. . .
Sebelum membaca Part 4 ini, alangkah baiknya kalian baca dulu Part 3 nya disini https://karyakarsa.com/catatanyohanes/hutan-larangan-part-3 secara gratis.
Baiklah tanpa basa - basi lagi, mimin ucapkan selamat membaca.
Perjalanan terus mereka lanjutkan, berjalan pelan namun pasti, meskipun sesekali beristirahat karena Intan yang mudah lelah.
Ditengah perjalanan tiba - tiba Haris meminta untuk berhenti sejenak, karena dia sudah tidak kuat lagi untuk segera menuntaskan membuang hajatnya.
“Berhenti dulu dong, mau pipis nih”, kata Haris.
“Bahaya Ris, kita ini masih didalam hutan loh”, kata Putra.
“Tahan dong, sedikit lagi loh sudah sampai pos 1”, kata Intan ketus.
“Gak kuat lagi cok, berhenti sebentar kenapa sih”, kata Haris.
“Ris jangan berkata kotor dong, yaudah yaudah berhenti dulu”, kata Samsul yang menengahi mereka.
Akhirnya mereka pun berhenti, tanpa basa - basi lagi, Haris langsung mencari pohon besar dan menuntaskannya disitu.
“Eh Haris itu buang air kecil dimana?”, tanya Bima.
“Eh iya dimana tuh?”, Intan pun ikut bertanya.
“Di pohon itu, pohon besar”, jawab Samsul.
“Waduh.. mati kita”, kata Putra sambil menepuk jidatnya.
“Emang kenapa?”, tanya Samsul.
“Kamu lupa kata Bapak tadi sewaktu masih dibawah?”, kata Putra.
“Iya sayang, ini kan Hutan Larangan, kata Bapak itu tadi seingatku jangan pipis di pohon - pohon besar”, Intan melanjutkan omongan Putra untuk menjelaskan kepada pacarnya.
“Oh iyaa. Terus gmna ini?”, tanya Samsul.
“Kan dari awal aku sudah bilang, mending kita tidak usah ngajak Haris, dia itu susah dibilangin”, kata Bima yang tiba - tiba nyeletuk.
“Tapi ini sudah terlanjur Bim”, jawab Intan.
Setelah selesai buang air kecil, Haris pun melangkah dengan santainya menuju teman - temannya dan langsung mengambil carrier nya.
“Kuy”, kata Haris.
“Kamu tadi pipis di pohon besar itu?”, tanya Intan.
“Iya”, jawab Haris singkat.
“Haduhh.... Haris gimana sih kamu, kan tadi sama Bapak yang di bawah sudah dibilangin jangan pipis di pohon besar, ini itu Hutan Larangan”.
Intan menjelaskan kepada Haris sangking kesalnya dengan kelakuan Haris yang sedari tadi selalu membikin ulah.
“Halahh cok cok, ini tahun berapa? Masih saja percaya gituan”, kata Haris yang menganggap enteng perihal kekuatan supranatural.
Bima menjelaskan kepada Haris bahwa selama pengalamannya mendaki, kekuatan supranatural itu emang nyata, dan juga Bima sering mendengarkan cerita - cerita dari teman pendakinya bahwa tidak sedikit yang hilang hingga mati karena melanggar aturan - aturan di gunung.
“Halah Bim, itu kan pengalaman temanmu, bisa saja dia mengada - ngada. Sekedar untuk konten doang”, kata Haris.
Penjelasan panjang lebar yang disampaikan Bima seakan tidak dapat membuka pikiran Haris. Keras kepalanya sangat susah untuk ditaklukkan.
“Tapi nanti di antara kita yang bakal menjadi tumbalnya”, ucap Putra
Akhirnya Putra pun membuka omongan, dengan harapan pikiran kolot Haris ini dapat terbuka menampung penjelasan dari teman - temannya.
“Iya bener itu, jika nanti yang bakal kena sialnya kamu sendiri, aku sih gak masalah”, kata Intan menambahi penjelasan dari Putra.
“Tidak mungkin kalian, jika pun nanti penunggu disini marah, pasti marahnya ke aku, nanti juga yang bakal sial ya aku sendiri”, kata Haris.
Karena perdebatan yang tidak menemukan ujung, dan sudah terlanjur terjadi juga, akhirnya Samsul mengajak temannya untuk melanjutkan perjalanan menuju ke pos 1.
Sesampainya di pos 1, mereka beristirahat sejenak di pos tersebut, dimana pos itu biasa disebut dengan nama pos pet bocor.
Bersambung. . .
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
