
Terdengar suara langkah kaki mendekat, membuat Jaya merinding. Lelaki itu semakin terhenyak, saat muncul jejak kaki darah, muncul satu persatu dari arah pintu dan kian mendekat. Dibawah sinar lampu yang berkedip-kedip, terlihat samar jejak kaki mengerikan itu muncul setapak demi setapak di lantai yang dingin, bergantian tapak kiri dan kanan diiringi suara-suara lirih yang terus memanggil namanya. Jejak darah itu, jelas sekali sedang melangkah ke arahnya.
Tap…Tap…Tap…
Saat itu juga Jaya hendak...
Sandah : Kuntilanak Berwajah Lebar
39
29
10
Selesai
Sudah tiga kali jasad Misnah dihadapkan ke arah kiblat, tapi lagi-lagi jasad itu kembali ke poisi semula, berbaring dalam kondisi terbujur kaku di liang lahat. Sungguh ganjil, baru kali ini ada mayat yang menolak dihadapkan ke arah kiblat. Komplek pemakaman pagi itu geger, gunjingan demi gunjingan pelayat langsung menyebar."Astagfirullahul azim...! Jangan-jangan mayatnya nanti malam bangkit jadi hantu. Hiii...!!!" celetuk seorang warga sambil bergidik ngeri.
2 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Sandah Bab 11&12
2
0
Selama beberapa saat, Jaya kejang-kejang meregang nyawa di atas tanah, menggelepar bak ayam yang disembelih. Kurang dari 15 detik, ajal telah menjemputnya. Jaya tewas mengenaskan dengan mata melotot dan mulut menganga mengeluarkan liur bercampur darah, sementara darah terus mengalir tanpa henti bagai keran bocor dari luka memanjang yang merobek leher. Di antara dua mayat, julak Sarkani berdiri tegak menggenggam arit yang penuh tetesan darah, diiringi suara kicau burung dari dahan pohon yang menjulang tinggi. Pagi itu, dua nyawa melayang di huma julak Sarkani yang asri.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan