
Aku berlari dan terus berlari dalam keadaan takut dan bingung, entah kenapa mahluk itu terus mengikutiku. Apa yang diincarnya dariku? aku merasa tidak berbuat salah kepada siapa pun.
Aku beristirahat memulihkan tenaga saat nafasku terasa sesak. Aku memegang lutut seperti orang rukuk untuk menghirup udara sebanyaknya.
Kraak...kraak...
Seketika aku waspada sewaktu mendengar suara batang kayu berderak. Penuh rasa was-was, kusorotkan senter ke kiri dan kanan.
"Astagfirullahul azim!"
...
2 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Perang Santet Di Tanah Dayak Bab 17 dan 18
10
37
Aku benar-benar gila, tidak bisa membedakan antara mimpi atau kenyataan. Yang paling mengerikan, patung prajurit Dayak yang menghunus mandau terus bergerak mendekat. Aku ingin lari tapi rasa takut lebih menguasai. Rasa takut membuat kakiku tidak bisa melangkah. Tubuhku terdiam, berdiri dengan lutut gemetar. Aku meyakinkan diri bahwa semua hanyalah mimpi, tapi prajurit itu tanpa ekspresi langsung menebaskan mandau ke perut. Sreeet....! Ujung mandau yang tajam membelah perutku.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan