Cry at night (One shoot 21+)

7
0
Deskripsi

Apa itu kebahagiaan.. Apa itu kedamaian.. Apa itu senyuman.. Apa itu kesedihan.. semua terasa semu seperti mimpi tapi mimpi yang tak pernah usai susah diungkapkan, kita semua selalu bertanya dalam hati yangs selalu memiliki keraguan, 


 

Apakah kita bahagia dengan pilihan hidup yang kita jalani sekarang?


 

Apa kita hanya berpura-pura selama ini asal semua terlihat baik-baik saja ?


 

inilah kisah Mei..

"Ma, adek minta makan rengek," Sinta.

Mamanya menghelakan nafas kasar dan berteriak.
 

"Udah dibuatin telur mata sapi yang kamu minta mau apa lagi hha?! Mama capek apa perlu mama mati dulu teriak," Ani.

Sang kakak duduk dimeja makan mendengar kemarahan mamanya sakit kepalanya ingin meledak ditambah ia juga harus pergi sekolah pagi ini.
 

Prang..

 

"Masa telur doang si ma ga ada makanan lain," teriak Sinta dengan mata memerah seperti orang kesurupan.
 

Ani memejamkan matanya mendengar lagi teriakan lainnya dari suaminya.
 

"Ani hp aku mana aku taruh dimeja sekarang kaga ada," teriak Andre suami dari Ani.

 

Mei menatap mamanya kasihan dia bingung dengan keadaan keluarganya dia berusaha menjadi anak yang tidak menyusahkan walaupun memang terkadang menyusahkan.

Mei mengangkat piringnya yang sudah dihabiskan makanannya menaruhnya diwastafel dapur lalu pamit kepada orang tuanya. Dia menutup pintu rumahnya tapi Mei masih bisa mendengar suara teriakan mamanya sampai ke depan rumah apalagi rumah mereka dempet-dempetan dengan tetangga.
 

"Dasar anak durhaka Sinta, pa sabar dulu mama lago ngurusin Sinta piring pecah lagi," teriak Ani.
 

"Sudah ketemu, papa mau berangkat kerja udah jam berapa ini, udah mama urus anak ajah payah banget," kata Andre berdecak dan langsung pergi begitu saja.

 

Dihalte bus..

 

Mei sempat melihat papanya yang buru-buru menaiki sebuah motor bersama temannya entah kemana. Dia sudah naik bus ke sekolah. Menatap ke luar jendela tempat dia duduk. Dia termenung sendiri.

Beberapa menit kemudian Mei sampai didepan halte bus persis depan sekolahnya. Dia turun dan tak lupa membayar.

Para guru sudah berjejer didepan pagar untuk menyapa para murid yang datang.

"Pagi Mei nanti ke ruangan saya ada yang mau saya bicarakan," kata Antoni kepala sekolahnya.

"Pagi pak, baik pak segera saya ke ruangan," jawab Mei sendu.

"Pasti karena uang sekolahku nunggak beberapa bulan hufft," gumam Mei berusaha menahan air matanya. Dia berjalan menuju kelasnya, menaruh tas lalu ijin pada gurunya karena diminta kepala sekolah ke ruangannya derap langkahnya gontai.

Tok..tok..tok..

Mei mengetuk, ceklek.. pintu terbuka menampilkan kepala sekolahnya yang menatapnya datar tapi menakutkan bagi Mei.

"Masuk dan duduk Mei," perintah Andre.

Mei duduk dikursi dia menatap sendu ke arah kepala sekolahnya.

"Maaf pak, Mei belom bisa lunasin uang sekolah full," kata Mei memohon.

Andre menundukkan kepalanya membelai puncak kepala Mei.
 

"Kamu tahu kan saya bisa membantu kamu," kata Andre lembut.

"Pak cukup tolong jangan begini,saya janji akan melunasinya,"kata Mei menepis tangan Andre yang menyentuh pipinya.

Andre berjongkok mensejajarkan wajahnya dengan Mei.
 

"Kamu munafik baby, apa kamu tidak menikmati sentuhan ku selama ini, bahkan kemaren-kemaren kamu memohon bilang apa saja akan saya lakukan pak, ingat kamu pernah berkata begitu hhu, sekarang ga mau decih," Andre.

"Kemaren itu iya saya yang meminta tolong pada bapak,saya tidak menyangka, bapak akan meminta hal itu pada saya," kata Mei lirih.

"Jadi kamu menyalahkan saya dan saya panggil kamu ke sini bukan karena uang sekolah kamu tapi karena kamu menghindar dari saya bahkan saya sudah menyuruh kamu datang ke apartement saya tapi apa kamu tidak menjawab, saya sudah memberikan apa yang kamu mau, melunasi uang sekolah kamu dan memberikan kamu uang jajan," sindir Andre.

"Lalu bapak mau apa?!saya akan lapor ke orang tua saya bahwa bapak melecehkam saya," kata Mei berani.

Andre tertawa terbahak mendengar ucapan Mei.

"Kamu tahu siapa saya baby, silahkan bilang ke orang tua kamu tapi kamu lihat ini dulu," jawab Andre dengans enyum miringnya menunjukkan ponselnya.

Mei terkejut dia membulatkan matanya dan jantungnya berdegup kencang.
 

"Pak apa-apaan ini kenapa bapak merekam itu hiks," ucap Mei sambil menangis.

"Lihat baby bagaimana mulut manismu mendesah, lihat bagaimana kamu menungging dan milikmu memakan milikku rakus, benar-benar nikmat kan baby," goda Andre sambil mengenggam tangan Mei dan mengecupnya lembut.

 

"Pak hiks..saya ga mau orang tua saya kecewa tolong jangan simpan video itu," kata Mei terisak.

 

"Cup..cup baby jangan menangis, tenang semua ada jalannya, tapi mulai sekarang kamu milikku dan kamu tidak boleh cuekin saya lagi mengerti kata Andre menatap tajam Mei.
 

Mei menganggukkan kepalanya dia tidak mau orang tuanya kecewa tapi mau bagaimana lagi nasi telah menjadi bubur. Andre bangun dari jongkoknya memegang ke dua bahu Mei dia mengajak Mei berdiri.
 

"Pak jangan nanti ada yang tahu," kata Mei hendak menutup kakinya yang dilebarkan dan roknya diminta dipegang oleh tangan Mei dan diangkat sepinggang.
 

Andre tersenyum dia berjalan meninggalkan Mei yang berdiri lalu menutup pintu dan mengunci dan untuk tidak ada jendela diruangan itu.

"Kangennya sama yang tembem ini baby pasti udah sempit kembali karena jarang saya tusuk dan bikin kamu kelojotan, hmm saya jadi ingat waktu pertama kali saya masukin milik kamu yang tembam ini benar-benar membuatku bangga dan candu,"kata Andre tangannya meremas lembut milik Mei dan langsung dia melepaskan celana dalam itu dan menaruh di meja.
 

"Ehmm desah Mei tertahan dia mengigit bibirnya berusaha menahan belaian dari jari pria dihadapannya.
 

"Baby Mei, kita lagi berdua ingat kamu harus manggil saya apa kan,jangan panggil saya pak," kata Andre.

 

"Iya Andre ahh," desah Mei merasakan jempol pria dihadapannya menyentuh tonjolan kecil yang sensitif membuat tubuhnya menggeliat.

 

"Sensitif sekali baby, lubangnya gatal ga?," goda Andre.
 

Jleb..

 

"Ahh! Ehmm Andre stop," rengek Mei didekapan Andre dia menatap ke bawah bagaimana dua jari pria itu keluar masuk dimiliknya dan miliknya semakin banjir.

Andre menatap senang ke arah wajah Mei yang sayu dan dia merasakan jemarinya dicengkram. Dia tahu Mei akan keluar tapi dia mencabut jarinya.

"Belom saatnya baby kamu boleh keluar dengan ini,"kata Andre menarik tangan Mei menyentuh miliknya yang sudah menggembung dibalik celana. Mei menatap sendu sekaligus kesal dia tahu Andre akan memberinya pelajaran. Andre melepaskan celananya hingga menampilkan miliknya yang besar. Dia menggendong Mei dalam dekapannya mereka menyatu, Mei hanya bisa mendesah pasrah, Andre b3gitu menyukai Mei yang mampu menyeimbanginya. 

Beberapa jam berlalu, jam pulang sekolah sudah berbunyi, Mei sudah keluar dari kelas untuk pulang. Mei berjalan pelan dia lelah menjadi simpanan kepala sekolahnya seperti tadi tapi mau bagaimana lagi semua terjadi karena papanya yang tidak bertanggung jawab, setiap hari bilang bekerja tapi jarang membawa uang ditambah adiknya yang rewel dan kurang ajar terhadap mamanya rasanya hatinya sakit memikirkan semua yang terjadi keluarganya. Dia ingin sekali membahagiakan mamanya. Dia menaikki bus untuk pulang ke rumah. Mata sendunya menatap keluar jendela dia melihat anak-anak yangs edang bersama orang tua mereka tengah tertawa, dia mendabakan hal itu. Dia ingin merasakannya juga, dia pernah merasakannya tapi itu semua terasa semu. 

Sampai dijalan rumahnya dia melihat banyak oramg berlalu lalang, tapi Mei mengernyitkan dahinya melihat orang-orang berkumpul didepan rumahnya. Kakinya berjalan cepat.

Arghhh mama teriak Mei pilu, dia terkejut melihat mama, adiknya dan papanya sudah ditutupi kain putih. Dia melihat rumahnya yang banyak darah dimana-mana. Mei terduduk dan tatapan matanya kosong, dia menarik sudut bibirnya tersenyum dengan nasib yang terjadi pada dirinya. Dia dibawa ke kantor polisi dan diantar ke rumah sakit untuk melihat keluarganya.

"Mei tenang semua akan baik-baik saja," kata Andre sang kepala sekolah yang datang bersama para guru lainnya. Semua tahu Andre begitu perhatian pada Mei karena Mei patut diperhatikan. Semua guru dan murid lainnya kagum dengan kepala sekolah mereka yang mereka tidak tahu apa yang terjadi dengan Mei selama dekat dengan Andre.

"Iya pak terima kasih," jawab Mei dengan tatapan kosong tapi bibirnya mengukir senyuman yang selalu ia tampilkan ke orang-orang bukan senyum murni. Entah kapan dia bisa tersenyum bebas setelah ini.

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Oneshot Stories
Selanjutnya Trap My Step Daddy (Oneshot 21+)
13
1
Alvaro seorang pria berusia matang 38 tahun dia baru saja menikahi seorang janda yang memiliki anak perempuan yang masih kuliah, dia dibuat pusing dengan kelakuan putri tirinya Risa yang selalu pulang larut malam dan berpesta hampir setiap hari, Alvaro Meminta istrinya untuk memberitahu putrinya tapi istrinya semenjak menikah malah berlaku cuek dia tidak tahu alasannya hingga suatu hari dia tidak menyangka dia melihat Putri tirinya tengah bersama seorang pria didalam kamar. Dia berusaha mengenyahkan pikiran nakalnya tapi tidak bisa apalagi Risa sangat suka menggodanya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan