
[Support author dengan memberikan tips, yuk! Bisa dengan memberikan tips di bawah, atau menggunakan QRIS di sini: https://saweria.co/arrinknight]
“Pokoknya, buku cetak wajib ISBN!”
Sebentar. Apakah kamu tahu apa itu ISBN? Bagaimana dengan QRCBN? Akhir-akhir ini, saya sering sekali membaca postingan dari beberapa grup media sosial penerbit-penerbit indie. Mereka banyak yang menawarkan penerbitan buku dalam bentuk self publishing, dan paket termurah jatuh kepada buku cetak yang menggunakan QRCBN. Lantas, apa perbedaan ISBN dan QRCBN? Mari kita bahas satu per satu.
> ISBN (International Standard Book Number):
Adalah kode unik yang digunakan untuk mengidentifikasi buku yang sudah diterbitkan. ISBN terdiri dari 13 angka berbeda untuk setiap buku. Informasi tentang judul, penerbit, dan kelompok penerbit tercakup dalam ISBN.
Contoh struktur ISBN adalah sebagai berikut: ISBN 978–602–8519–93–9. Cara membacanya:
- Angka pengenal produk terbitan buku dari EAN (Nomor Artikel Eropa, yang sekarang menjadi IAN atau International Article Number) = 978;
- Kode kelompok (group identifier) = 602 (default);
- Kode penerbit = 8519. Kode Judul = 93. Angka pemeriksa = 9.

Keuntungan memiliki ISBN, bukan hanya sebagai identitas buku, juga bisa dijadikan sarana promosi, karena, informasi buku kamu akan disebarluaskan di banyak platform seperti Goodreads, serta, akan diarsipkan oleh Badan Nasional ISBN di Jakarta, dan secara internasional di Berlin, Jerman.
Kekurangan ISBN, mungkin, hanya kendala pada biaya yang lumayan mahal. Sebenarnya, sih, gratis. Kamu bisa daftarkan sendiri ISBN untuk buku kamu di website Perpusnas. Namun, masalahnya, kamu wajib memiliki legalitas untuk menerbitkan buku dalam bentuk Commanditaire Vennontschap (CV),Perguruan Tinggi Swasta, atau Yayasan/LSM.
> QRCBN (Quick Response Code Book Number)
Berbeda dari ISBN yang menggunakan nomor, QRCBN ternyata, menggunakan QR Code. Sistem ini adalah sistem identifikasi yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, jadi, QRCBN lebih kepada identifikasi lokal khusus untuk wilayah Indonesia, sementara, ISBN untuk internasional.

ISBN tidak lagi mengeluarkan barcode untuk buku yang dijual sedikit atau terbatas pada kalangan tertentu, QRCBN adalah pilihan yang lebih murah dan lebih praktis, jika kamu adalah penulis lokal. Sementara ISBN mungkin bisa keluar lebih lama setelah diajukan, tidak dengan QRCBN yang satu hari pun bisa proses cetak.
Keuntungan menggunakan QRCBN adalah; lebih murah, punya marketplace sendiri khusus penulis yang bukunya sudah memiliki kode QR, buku kamu juga sudah terdaftar pada arsip nasional. Kamu juga bisa daftar sendiri gratis dengan sistem self publishing, tanpa perlu lewat penerbit.
Kerugiannya mungkin, karena QRCBN hanya untuk wilayah NKRI.
“Bagaimana dengan legalitas keduanya?”
Jangan khawatir. Keduanya sama-sama legal dan memiliki informasi tentang cover, penulis, judul buku, sinopsis, jumlah buku serta tahun terbit. Tidak masalah, dan jangan takut menggunakan QRCBN alih-alih ISBN, jika kamu kesulitan, ya.
“Apakah wajib ISBN/QRCBN?”
Menurut hukumonline, tidak wajib, ya.
Saya terjemahkan, parafrasa, dan revisi dari: Xerpihan, Perpusnas, Kompas, QRCBN.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
