
Seiring dengan kepopuleran Faris yang terus naik sebagai ketua osis, semakin banyak juga orang yang mulai menjadi penggemar. Mereka berpikir bahwa Faris masih masih masuk akal untuk di raih.
Mereka mulai bergerak mendekati Faris dan menyatakan rasa cintanya tanpa ragu. Meski sebagian mereka merasa malu.
Lalu bagaimana aku menghadapi mereka semua?
Langsung ke ceritanya…
PART 2 : PENOLAKAN!
Sesuatu yang terjadi dalam hubunganku dengan Rena tidak ada satu orang pun yang tahu. Termasuk teman dekatku, Alex. Mungkin aku bercerita beberapa hal kepadanya. Tapi aku tidak pernah meminta atau pun mendengarkan pendapatnya tentang Rena, karena aku merasa jauh lebih mengenal Rena dan tahu apa yang harus diperbuat. Tidak mungkin Rena meninggalkanku tanpa memberi alasan, dia pasti menungguku di suatu tempat agar aku mencarinya.
***
Hari demi hari. Semakin banyak kegiatanku yang membuatku sibuk sosialisasi dengan para siswi. Senang rasaku melihat mereka dalam konteks positif, hanya saja semuanya berubah ketika mereka mulai bertanya hal-hal aneh.
“Kak Faris punya pacar belum?”, “Kak Faris lagi deket sama siapa?”, “Kak boleh foto bareng?”, “Kak, mau apa?”, “Kak, sudah makan?”, “Kak, mau aku makan?”
Yang terakhir ternyata anak Bapak Sumanto.
Aku mencoba bersikap biasa saja, menjawabnya dengan ramah sebagaimana mestinya figur nomor 1 di sekolah. Namun hal itu menjadi bumerang tatkala aku tidak tegas dengan perasaan sendiri. Sebenarnya Aku tidak pernah mencoba membuka hati untuk mereka. Tapi Aku juga tidak pernah menolak dengan tegas, yang lama kelamaan mereka mulai jujur tentang perasaannya. Sebagian dari mereka kecewa, tidak menerima penolakan, lalu membenciku. Aneh.
“Kak Faris sedang sibuk?” Tanya Nur junior di ekstra voli.
“Kebetulan mau ada kegiatan nih, gimana Nur?” Aku balik bertanya.
“Boleh minta waktunya sebentar kak? Cuma mau tanya satu hal” Nur meminta dengan tatap malu.
“Itu sudah tanya dua hal, berarti udah lebih ya.” Aku beranjak pergi.
Menahan diri dari menjadi ramah juga ternyata bukan hal bagus. ‘Sombong’ adalah kata yang menjadi senjata bagi mereka yang merasa terabaikan. Berharap membalik keadaan. Memaksaku untuk menanggapi hal-hal tidak ber-konteks. Kata ‘PHP’ juga menjadi salah satu jurus yang dilontarkan kepadaku, yang sebetulnya harapan tersebut mereka buat sendiri. Bahkan ada yang menyebar gosip miring tentangku, hingga sebagian besar sekolah mendengarnya.
Beberapa hari setelah itu aku masuk UKS karena kelelahan. Di sana ada Eka yang berjaga, junior di PMR. Dia mengenakan syal yang terkalung di lehernya. Ia berjalan menghampiri, membawa secangkir teh hangat, dengan wajah berseri.
“Aku percaya kok kak Faris orang baik.” Ujar Eka sembari memberikan teh.
“Teh hangat obat segala penyakit ya.” Balasku berniat mengalihkan pembicaraan.
“Sekalipun kabar itu benar, Eka pasti masih support kak Faris kok” Kukuh Eka.
“Ka, Saya masih pusing. Bisa tolong ditinggal sendiri dulu?” Mohonku dengan nada pelan.
“Oh, maaf kak, Eka ganggu ya?” Tanyanya merasa bersalah.
“Engga, tapi tolong keluar dulu.” Jawabku menahan kesal.
Eka berjalan keluar dengan kepala tertunduk, saat di pintu dia membalikkan badan, “Kalo kak Faris perlu sesuatu panggil saja.”
Mataku seketika terlelap, kemudian terbangun oleh bel jam pulang. Tidak ada orang di sekitar. Rasa pusing pun sudah hilang. Di meja samping tempat tidurku terdapat 2 roti isi dan satu botol air mineral dengan catatan kecil ‘Kak Faris belum makan dari pagi —Eka’
Karena sudah merasa kenyang dan mendingan, Aku kembali ke gedung ekstra untuk membantu persiapan rapat pengurus.
***
Ternyata Maya sudah menyelesaikan persiapan rapat, dia wanita yang rajin, tekun, juga pintar, juara di berbagai lomba debat. Salah satu siswi populer terutama di kalangan para lelaki.
“Sendirian? Yang lain mana?” Tanyaku kepada Maya.
“Eh, kamu udah bangun? Aku tadi beberapa kali jenguk kamu loh.” Balasnya
Walau terlihat baik, para lelaki jarang yang berani untuk mendekati Maya. Konon katanya setiap lelaki yang mengundi nasib untuk mendapatkan Maya pasti merasa trauma. Teman sekelasnya kurang suka dengan sifatnya yang dianggap arogan karena hobinya yang selalu mendebat di saat pelajaran. Tapi Aku tidak sepakat, karena Maya tidak pernah membantah argumenku saat diskusi, malahan dia lebih condong ke arah mendukung.
Para pengurus mulai berdatangan. Rapat pun dimulai.
“Bagaimana cara agar meningkatkan minat baca siswa? Ada pendapat?” Tanya Rudi
“Kita luangkan 15 menit sebelum KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dimulai untuk para siswa membaca buku dengan tema bebas.” Saran dari anggota rapat.
“Bagus. Ada yang lain?” Tanya Rudi lagi
“Menurutku tema bebas terlalu luas, bagaimana jika dalil itu disalahgunakan oleh oknum untuk membawa majalah atau bacaan dewasa seperti novel erotis?” Sanggah Maya
*hening*
“Menurut ketua bagaimana?” Tembak Rudi kepadaku.
“Kita nobar anime.” Jawabku polos.
Serentak semua orang melihat ke arahku.
“Setuju!” Maya mengangkat tangan. “Menurutku dengan menonton anime kita akan secara otomatis membaca. Ya, kita membaca terjemahan, dengan pemilihan series anime yang tepat selain kita membaca, kita juga dapat mempelajari bahasa baru which is bahasa Jepang. Setelah menonton, karena satu kelas melihat anime yang sama, bisa kita lanjut dengan mengkaji cerita dari anime tersebut.”
*hening*
“Mungkin kita sudah agak lelah. Kita istirahat dulu untuk memikirkan solusinya bersama.” Saut Rudi dengan wajah memelas.
Semua orang keluar. Kembali, hanya tersisa Aku dan Maya.
“Ris, btw kamu suka warna apa?” Tanya Maya seketika.
“Aku sih lebih suka ngomongin masa depan.” Jawabku mengembalikan kepercayaan diri.
“Menurutmu bagaimana cara Silicon Photonic Chip bisa membuat transmisi data sangat cepat? Terus kira-kira itu bener gak memungkinkan kita bisa berkomunikasi jarak jauh tanpa bicara, seperti telepati gitu? Psikolinguistik kek aku kompeten gak ya kalo pake teknologi gituan?” Tanya Rena satu kali ambil nafas.
“Biru! Warna kesukaanku. Biru.” Jawabku dengan tatapan kosong.
Tapi syukurnya Maya tidak berbalik membenciku setelah aku jujur tentang perasaanku kepada wanita lain (Rena) yang tidak ku sebut namanya di depan Maya. Mungkin perilakunya jadi sedikit berbeda, saat di rapat dia lebih objektif dan itu bagus menurutku.
***
Setelah sekian banyak menolak wanita mulailah drama yang mereka sebut ‘karma’ yaitu tersebarnya berita miring tentangku yang makin meluas. Julukan f*ckboy, Ketua Buaya, Pelaku Pelecehan, dan beberapa berita burung yang Aku sudah masa bodoh dengan itu.
Setiap aku berjalan di lorong sekolah. Aku merasa di awasi dari berbagai arah, seolah sekitar sedang menatapku dan berbisik satu dengan yang lain.
“Masih banyak kok yang tulus dan mendukungmu.” Tegur Tiara berjalan menghampiriku.
“Kamu percaya juga kah?” Tanyaku penasaran.
“Mereka hanya tidak tahu batas saja. Kamu itu hanya bisa sekedar di kagumi, bukan untuk dimiliki.” Tiara tersenyum.
“Apaan dah jadi lebay begitu.” Jawabku meninggikan satu alis.
Tiara yang menggendong buku menoleh kemudian dengan nada pelan berbicara “Kalo ada hal yang mengganjal. Bicarakan saja. Aku tidak berjanji memberi solusi. Tapi mungkin itu bisa sedikit melegakan hatimu.”
Jawabku “Santai saja. Aku baik-baik kok.”
“Kamu mau ke Ruangan juga?” sambungku bertanya.
“Enggak, ngapain jam segini ke ruangan. Ini Aku mau ngembaliin buku Perpus. Kebetulan liat kamu jadi aku susul.” Jawabnya memperlihatkan buku.
“Waahh ngeri banget bacaannya. Baru kelas dua sudah persiapan masuk kuliah.” Jawabku dengan mata berbinar.
Kami pun berpisah di persimpangan.
Aku memasuki ruangan Osis di lantai dua gedung ekstra kulikuler yang menghadap langsung ke jembatan rel kereta. Gedung ini sepi di waktu istirahat pertama. Aku cukup sering ke sini untuk mendinginkan kepala.
Tiba-tiba Aku teringat sesuatu, mengeluarkan ponsel dan penyuara telinga dari saku celana. Membuka dan membaca kembali riwayat pesan dengan Rena, ada satu pesan berupa voice note yang menjadi favoritku. Ia bernyanyi untukku. Tak terhitung berapa kali aku mengulang-ulangnya, tak pernah membuatku jemu mendengarnya.
Hari itu entah kenapa Aku merasa bersalah kepada Rena karena satu bulan belakangan kegiatanku padat dan sama sekali lupa akan dirinya. Apakah ini adalah pertanda mulai hilangnya perasaanku?
.
.
TBC.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
