Racun (cerpen fiksi)

0
0
Deskripsi

gambar dari https://wallhere.com/en/wallpaper/1673435

Seorang pelayan menatap serius, dan berbisik pelan, “Ingat, yang sebelah kanan ada racunnya.”

Pelayan lalu mendorong dua gelas kopi hitam ke arah pria berkemeja biru.

Pria berkemeja biru mengangguk, paham apa yang dimaksud. Ia mengambil dua gelas kopi hitam tersebut. Dia membawanya ke meja kecil berbentuk lingkaran. Di sana, ada temannya sudah duduk lebih dahulu.

“Ini.” kata pria berkemeja biru, menaruh gelas di sebelah kanan.

“Terima kasih.” jawab...

gambar dari https://wallhere.com/en/wallpaper/1673435

Seorang pelayan menatap serius, dan berbisik pelan, “Ingat, yang sebelah kanan ada racunnya.”

Pelayan lalu mendorong dua gelas kopi hitam ke arah pria berkemeja biru.

Pria berkemeja biru mengangguk, paham apa yang dimaksud. Ia mengambil dua gelas kopi hitam tersebut. Dia membawanya ke meja kecil berbentuk lingkaran. Di sana, ada temannya sudah duduk lebih dahulu.

“Ini.” kata pria berkemeja biru, menaruh gelas di sebelah kanan.

“Terima kasih.” jawab lawan bicaranya, hanya menggeser kopi itu mendekat ke dirinya.

Pria berkemeja biru hanya melirik ke gelas itu. Kopi di sebelah kiri ia taruh di dekatnya, dan ia aduk pelan-pelan, “Jadi?”

“Tidak akan terjadi apa-apa. Itu yang bisa saya berikan sekarang.” jawab pria berjenggot, yang tidak tahu sedang menjadi target. “Saya tidak mungkin, memberikannya secara percuma.”

Pria berkemeja biru selesai mengaduk, ia memegang gelasnya, “Tapi itu bisa saja menjadi sesuatu yang besar dan bermanfaat bagi semua orang.”

“Tahu apa kamu tentang manfaat?” balas lawan bicaranya. “Bisa juga beresiko. Kamu seharusnya tahu tentang hal ini.”

Pria berkemeja biru, mengambil gelasnya. Mengangkatnya sedikit, lalu mencium bau kopi secara perlahan, “Resiko apa?”

“Resiko bahwa bisa saja orang menggunakannya secara tidak wajar. Banyak pengkhianat di zaman sekarang.” ucap pria berjenggot, emosi.

“Anda juga harus hati-hati.” katanya, sambil menunjuk. “Pengkhianat selalu menusuk anda dari belakang.”

Pria berkemeja biru tertawa kecil, “Huh? Anda sedang bicara apa?”

“Pengkhianat. Menusuk dari belakang. Apa pula itu?” ucapnya menggeleng, sambil sekilas melirik kopi yang berisi racun tersebut.

“Anda tidak usah mempikirkan hal aneh tersebut.” tatapnya tajam ke arah kopi yang bukan miliknya. “Hal seperti itu hanya di kepala anda saja.”

Pria berjenggot menggeleng kepalanya, “Anda ini tidak tahu saja dunia kita ini. Gelap seperti kopi ini.”

Ia mengambil kopi yang beracun dan menunjukkan isi gelasnya, “Pahit pula seperti ini.”

Pria berkemeja biru merasakan perasaan bercampur aduk. Senang, tapi jantungnya berdegup kencang.

Minumlah segera. Nikmati rasanya dan lanjutkan hidupmu di dunia lain.

Sesudah menunjukkan isi kopinya, sang target mendekatkan gelas ke bibirnya.

Waktu terasa lambat bagi pria kemeja biru. Harapannya akan segera tercapai.

Sang target pun meminumnya sedikit demi sedikit. Tenggorokannya terlihat menelan tiap isi di gelas itu secara perlahan.

Bagus sekali. Telan.

Telan dan biarkan saya yang menguasai bisnis itu.

Sang target menaruh kopinya ke meja.

Pria satunya lagi, tersenyum kecil, puas rencananya berhasil. Ia meminum kopinya, merayakan kesuksesannya.

Sang target melihat isi gelasnya, “Kopi ini agak terasa sedikit aneh.”

“Perasaanmu saja. Kopi saya tidak ada masalah. Malah rasanya jauh lebih enak daripada biasanya.” ucap pria berkemeja biru, sambil menaruh gelasnya.

“Saya bisa melihatnya dari sini. Anda terlalu menikmatinya, sampai tidak sadar, kopinya menetes ke kemeja anda.” bilang pria berjenggot sambil menunjuk.

“Oh ya? Dimana?” tanyanya, sambil melihat ke arah kemejanya.

“Itu di kerah kanan anda. Oh maksud saya, kiri anda.”

“Di kerah?” tanyanya, sambil mencari-cari.

Ketika ia menemukan nodanya, ia langsung mengambil tisu untuk mengelap noda tersebut.

Ingat, yang sebelah kanan ada racunnya.

Kata-kata pelayan tadi kembali melintas di kepalanya.

Ketika mengelap nodanya, ia melihat dua gelas yang ada di atas meja.

Sebelah kanan siapa? Dari sudut saya atau sudutnya?

Tak sempat berpikir terlalu panjang, pria berkemeja biru ini merasa ada sengatan di kepalanya. Pandangannya kabur, tubuhnya memanas.

Tangannya mencoba meraih apapun di depannya, tapi hanya menjatuhkan gelas-gelas yang berada di atas meja.

Badan pria ini terbanting ke bawah, mukanya tepat mendekati gelas yang jatuh tadi. Pandangannya mulai menggelap. Matanya menutup pelan-pelan.

Terkubur sudah semua rencana gelapnya.

***

Blog: http://www.aldypradana.com

Twitter: https://twitter.com/aldypradana17

Medium: https://medium.com/@aldypradana17

Instagram: https://www.instagram.com/aldy_pradana17/

IG Arsenio Sneakers Store: https://www.instagram.com/arsenio.store.id/

Tokopedia: https://www.tokopedia.com/arseniostoreid 

Podcast (spotify): https://open.spotify.com/show/5FmhDoeNOY1gEnpP6ARsdz?si=dj7VyLYORUuQ8dbDv-bIPQ

SoundCloud: https://soundcloud.com/aldypradana17

Youtube: https://www.youtube.com/c/AldyPradana17

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Patung (cerpen fiksi)
0
0
Gambar https://pin.it/1Me1w6a“Gede banget rumahmu.” kata seorang remaja, matanya melihat ke sekeliling.“Ada kolam renangnya, ada patung gede-gede banget lagi. Ayahmu kok bisa kaya banget. Pake ilmu hitam, ya?” Temannya yang tinggal di rumah itu langsung membantah, “Mulutnya minta ditampol pakai barbel.”Remaja tamu ini mendekati temannya di dapur, “Ini rumah paling gede yang pernah aku datengin. Terus cuma tinggal bertiga doang lagi.”“Harusnya bertiga, tapi lihat sendiri, kan, di sini aku cuma sendiri.” jawab tuan rumah, mengambil beberapa cemilan.“Seenggaknya ada patung seukuran manusia ini yang jadi temenmu.” kata tamu melirik ke patung, lalu membantu membawa minuman bersoda.Tuan rumah tidak menanggapi. Kedua tangannya terisi, mulutnya tertutup roti. Ia dan temannya berjalan ke samping kolam renang. Di tepi kolam, ia menghindari tangan-tangan patung yang menyilang, “Hmppf, hmmpf-hmmpf hmmpf hmmpf.”“Ha, apaan?” tanya temannya, tidak mengerti.Ia menelan rotinya, lalu mengulangi, “Awas, hati-hati sama ….”BRUK!“Tangan patungnya.”Selesainya tuan rumah berbicara, satu patung tersenggol oleh temannya. Patung seukuran manusia itu jatuh menjauhi kolam renang. Badannya terbelah dua. Pecahan kepalanya menyebar kemana-mana, tersisa dua potongan besar dari badan dan kakinya.“Duh, sorry banget, ya.” bilangnya, panik. “Gimana, nih?”“Ya udah, santai aja.” ucap tuan rumah. “Taruh dulu makanan dan minumannya. Kita beresin ini dulu.”Mereka menaruhnya di meja tepi kolam, lalu kembali ke pecahan patung tadi.Mereka berdua mengangkat badan patung itu. Saat baru diangkat ke atas, patungnya terbelah. “Aduh… Makin berantakan.”“Ya udah, angkat sisa-sisanya. Nanti dibu….” Tuan rumah tidak melanjutkan kalimatnya. Ia melihat sesuatu dari dalam badan patung tersebut.“Itu apaan?” Mereka melihat sesuatu dari belahan patung. Cairan pekat berwarna merah mengalir pelan-pelan. Bau busuk menusuk, memaksa isi perut untuk keluar.“HUUEEK!”Teman yang bertamu tak dapat mengendalikan tubuhnya. Tuan rumah tidak tahu harus berkata apa. Mereka kaget, tak menyangka dengan apa yang dilihatnya. Detak jantung memukul dada, berdetak lebih keras dari biasanya. Keringat mengalir, membasahi kepala dan tubuh mereka.Dua remaja tak tahu harus berbuat apa. Hanya saling pandang tanpa bertindak.Tiba-tiba suara melengking menyerang telinga mereka. Nada tinggi masuk ke kepala, mengancam pikiran mereka.Perjanjiannya sederhana. Kuberi kau segalanya, asal kau biarkan anak-anakku tumbuh di sini.Remaja menutup telinga mereka. Mendorong keras tangannya ke kepala.Dengan ini, perjanjiannya batal.———————————————————————————Terima kasih sudah membaca akhir. Kalau kamu suka dengan karya ini, kamu bisa follow akun KaryaKarsa saya. Dan kamu bisa mengapresiasi kreator, dengan memberikan tip di bawah ini, ya. Have a nice day 🙂———————————————————————————Blog: http://www.aldypradana.comTwitter: https://twitter.com/aldypradana17Medium: https://medium.com/@aldypradana17Instagram: https://www.instagram.com/aldy_pradana17/IG Arsenio Sneakers Store: https://www.instagram.com/arsenio.store.id/Tokopedia: https://www.tokopedia.com/arseniostoreid Podcast (spotify): https://open.spotify.com/show/5FmhDoeNOY1gEnpP6ARsdz?si=dj7VyLYORUuQ8dbDv-bIPQSoundCloud: https://soundcloud.com/aldypradana17Youtube: https://www.youtube.com/c/AldyPradana17
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan