Patung (cerpen fiksi)

0
0
Deskripsi

Gambar https://pin.it/1Me1w6a

“Gede banget rumahmu.” kata seorang remaja, matanya melihat ke sekeliling.

“Ada kolam renangnya, ada patung gede-gede banget lagi. Ayahmu kok bisa kaya banget. Pake ilmu hitam, ya?” 

Temannya yang tinggal di rumah itu langsung membantah, “Mulutnya minta ditampol pakai barbel.”

Remaja tamu ini mendekati temannya di dapur, “Ini rumah paling gede yang pernah aku datengin. Terus cuma tinggal bertiga doang lagi.”

“Harusnya bertiga, tapi lihat sendiri, kan, di sini aku cuma sendiri.”...

Gambar https://pin.it/1Me1w6a

“Gede banget rumahmu.” kata seorang remaja, matanya melihat ke sekeliling.

“Ada kolam renangnya, ada patung gede-gede banget lagi. Ayahmu kok bisa kaya banget. Pake ilmu hitam, ya?” 

Temannya yang tinggal di rumah itu langsung membantah, “Mulutnya minta ditampol pakai barbel.”

Remaja tamu ini mendekati temannya di dapur, “Ini rumah paling gede yang pernah aku datengin. Terus cuma tinggal bertiga doang lagi.”

“Harusnya bertiga, tapi lihat sendiri, kan, di sini aku cuma sendiri.” jawab tuan rumah, mengambil beberapa cemilan.

“Seenggaknya ada patung seukuran manusia ini yang jadi temenmu.” kata tamu melirik ke patung, lalu membantu membawa minuman bersoda.

Tuan rumah tidak menanggapi. Kedua tangannya terisi, mulutnya tertutup roti. Ia dan temannya berjalan ke samping kolam renang. 

Di tepi kolam, ia menghindari tangan-tangan patung yang menyilang, “Hmppf, hmmpf-hmmpf hmmpf hmmpf.”

“Ha, apaan?” tanya temannya, tidak mengerti.

Ia menelan rotinya, lalu mengulangi, “Awas, hati-hati sama ….”

BRUK!

“Tangan patungnya.”

Selesainya tuan rumah berbicara, satu patung tersenggol oleh temannya. Patung seukuran manusia itu jatuh menjauhi kolam renang. Badannya terbelah dua. Pecahan kepalanya menyebar kemana-mana, tersisa dua potongan besar dari badan dan kakinya.

“Duh, sorry banget, ya.” bilangnya, panik. “Gimana, nih?”

“Ya udah, santai aja.” ucap tuan rumah. “Taruh dulu makanan dan minumannya. Kita beresin ini dulu.”

Mereka menaruhnya di meja tepi kolam, lalu kembali ke pecahan patung tadi.

Mereka berdua mengangkat badan patung itu. Saat baru diangkat ke atas, patungnya terbelah. 

“Aduh… Makin berantakan.”

“Ya udah, angkat sisa-sisanya. Nanti dibu….” 

Tuan rumah tidak melanjutkan kalimatnya. Ia melihat sesuatu dari dalam badan patung tersebut.

“Itu apaan?” 

Mereka melihat sesuatu dari belahan patung. Cairan pekat berwarna merah mengalir pelan-pelan. Bau busuk menusuk, memaksa isi perut untuk keluar.

“HUUEEK!”

Teman yang bertamu tak dapat mengendalikan tubuhnya. Tuan rumah tidak tahu harus berkata apa. Mereka kaget, tak menyangka dengan apa yang dilihatnya. 

Detak jantung memukul dada, berdetak lebih keras dari biasanya. Keringat mengalir, membasahi kepala dan tubuh mereka.

Dua remaja tak tahu harus berbuat apa. Hanya saling pandang tanpa bertindak.

Tiba-tiba suara melengking menyerang telinga mereka. Nada tinggi masuk ke kepala, mengancam pikiran mereka.

Perjanjiannya sederhana. Kuberi kau segalanya, asal kau biarkan anak-anakku tumbuh di sini.

Remaja menutup telinga mereka. Mendorong keras tangannya ke kepala.

Dengan ini, perjanjiannya batal.

———————————————————————————

Terima kasih sudah membaca akhir. Kalau kamu suka dengan karya ini, kamu bisa follow akun KaryaKarsa saya. Dan kamu bisa mengapresiasi kreator, dengan memberikan tip di bawah ini, ya. Have a nice day 🙂

———————————————————————————

Blog: http://www.aldypradana.com

Twitter: https://twitter.com/aldypradana17

Medium: https://medium.com/@aldypradana17

Instagram: https://www.instagram.com/aldy_pradana17/

IG Arsenio Sneakers Store: https://www.instagram.com/arsenio.store.id/

Tokopedia: https://www.tokopedia.com/arseniostoreid 

Podcast (spotify): https://open.spotify.com/show/5FmhDoeNOY1gEnpP6ARsdz?si=dj7VyLYORUuQ8dbDv-bIPQ

SoundCloud: https://soundcloud.com/aldypradana17

Youtube: https://www.youtube.com/c/AldyPradana17

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Pengkhianat (cerpen fiksi)
0
0
Gambar dari https://www.pinterest.com/pin/388224430350721651/“Apakah kalian sudah mendapatkan kopernya?” bilang seseorang di telepon mobil.Dua orang berjas hitam memasuki mobil dengan tergesa-gesa.“Sudah, pak.” jawab pria berjas hitam tanpa dasi, duduk di kursi pengemudi.Ia melihat ke teman satunya, “Segera masuk, kita harus segera pergi dari sini.”Temannya, sama-sama berjas, menggunakan dasi hitam memanjang menemani kemeja putih di balik jas, membanting pintu mobil.“Oke-oke!” ucapnya, sedikit kelelahan.Pria tanpa dasi emosi, “Seharusnya anda bergerak lebih cepat. Ini misi penting, tidak boleh ada satupun kesalahan.”“Iya, saya tahu. Tadi hanya ada satu kesalahan sedikit.” jawab temannya, lalu memangku koper yang ia bawa.“Yang penting, misinya berhasil.” tambahnya, sambil menepuk koper tersebut.“Baguslah kalau kalian sudah mendapatkan kopernya. Segera kembali ke markas.” ucap seseorang dari telepon mobil.Mereka membalas, “Siap, kami segera ke sana.”Pria di kursi pengemudi menjalankan mobilnya. Sambil menyetir, ia mengecek pistolnya, “Peluru saya tinggal satu. Bagaimana dengan anda?”“Peluruku habis.” jawab pria berdasi tanpa melihat pistolnya. Ia memperlihatkan sabuknya, “Senjata saya tinggal pisau lipat ini saja.”Pengemudi melirik ke pisau yang terselip di bagian sabuk, “Seharusnya anda tidak perlu membuang peluru sebanyak itu.”“Kondisinya rumit. Saya harus melakukan apa yang seharusnya saya lakukan.” kata temannya, sambil merapikan jasnya.“Amatir.” ucap pengemudi, kesal.“Sebaiknya anda diam.” jawab pria berdasi sambil menepuk koper di pangkuannya. “Karena misinya berhasil. Kita mendapatkan kopernya sesuai instruksi.”Suara dari telepon memotong pembicaraan mereka.“Markas baru saja mendapatkan laporan. Ada pengkhianat di antara para anggota. Belum lengkap informasi siapa pengkhianat itu. Sebaiknya kalian semua waspada.”Mereka berdua mendengarkan kalimat itu dengan seksama.Seketika kata terakhir selesai terucap, mereka saling memandang satu sama lain.Pria pengemudi menurunkan satu tangannya, menempel ke pahanya. Bersiap mengambil pistol berisi satu peluru di balik jasnya.Pria berdasi membuka jasnya. Memperlihatkan pisau lipat yang tersimpan di bagian sabuknya.“Pengkhianat, ya?” tanya pria yang mengemudi.“Jika anda orangnya, saya tidak akan kaget.” lanjutnya.Pria di sebelahnya berkata, “Orang yang menuduh mungkin saja pelakunya sendiri.”“Bagaimana bisa? Bukan saya yang menghabiskan peluru! Bukan saya yang melakukan banyak kesalahan!” balas pengemudi, emosi.“Kata orang yang semestinya tahu, bahwa tidak ada yang namanya sempurna di misi seperti ini. Keinginan anda untuk menjadi sempurna, justru mencurigakan.”Pria tanpa dasi memberhentikan mobilnya, lalu mengeluarkan pistol. Ia mengarahkan pistol menggunakan tangan kirinya.“Diam dan mengakulah! Sudah jelas anda orangnya!”Menatap pistol di kepalanya, pria berdasi berkata, “Anda melakukan kesalahan.”“Kesalahan bagimu, mungkin. Tapi, kebenaran bagi saya.”Mereka saling menatap di antara pistol yang siap menembak.Pria berdasi memukul ke atas tangan kirinya, lalu mengeluarkan pisau lipatnya. Ia menusuk pisau ke rusuk kiri pengemudi.“ARGH!” teriaknya kesakitan. Tangannya mencoba melawan. Ia arahkan kembali pistol ke temannya, tapi ditepis dengan koper.Pria berdasi mendorong koper ke muka temannya, pisau ia tancapkan lebih dalam.“DIAM!” bilangnya mengerahkan kekuatannya. “NIKMATI SAJA SISA HIDUPMU, PENGKHIANAT!”“ARRRGGH!!!!” teriak pengemudi, mencoba melawan. Ia gunakan sisa-sisa kekuatannya untuk lepas dari situasi tersebut. Tangan kanannya mencoba terjepit ke pintu, tangan kirinya terhalang koper.Pria berdasi melempar koper ke bangku belakang. Ia sobek badan temannya, dari perut sebelah kiri ke sebelah kanan. Kedua tangan memegang pisau, memotong perut temannya.Tangan sang pengemudi akhirnya bebas, ia arahkan kembali pistol ke arah badan pria berdasi, “ANDA SELALU MELAKUKAN KESALAHAN. DASAR AMATIR!”DOR!Peluru menembus perut pria berdasi.Badannya terhempas kembali ke kursi sebelah pengemudi, melempaskan genggaman dari pisau yang tertancap.Keduanya saling menatap.Mereka sadar, ini akhir dari kehidupan mereka.***Blog: http://www.aldypradana.comTwitter: https://twitter.com/aldypradana17Medium: https://medium.com/@aldypradana17Instagram: https://www.instagram.com/aldy_pradana17/IG Arsenio Sneakers Store: https://www.instagram.com/arsenio.store.id/Tokopedia: https://www.tokopedia.com/arseniostoreid Podcast (spotify): https://open.spotify.com/show/5FmhDoeNOY1gEnpP6ARsdz?si=dj7VyLYORUuQ8dbDv-bIPQSoundCloud: https://soundcloud.com/aldypradana17Youtube: https://www.youtube.com/c/AldyPradana17***Suara dari telepon kembali datang.“Dimana kalian? Cepat segera kembali ke markas.”“Kami sudah mengetahui siapa pengkhianatnya. Orangnya sudah tertangkap dan sudah terkunci di markas. Segera kembali, serahkan kopernya, dan misi kalian selanjutnya adalah menginterogasi pengkhianat ini.“
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan