
Deskripsi
Pada suatu pagi hari itu, secangkir kopi yang berada di atas meja kerjaku tinggal terisi setengahnya. Isinya telah kuteguk beberapa kali hingga membuat pikiranku berlarian ke sana-kemari.
Tak ada yang benar-benar tahu perasaan apa ini. Aku pun tak benar-benar mengerti perihal ini. Karena setahuku, aku belum benar-benar sembuh dari luka masa lalu. Aku belum benar-benar ikhlas dari sesuatu yang disebut menerima. Aku belum benar-benar tuntas dari sesuatu yang disebut mengakhiri.
Karena apa pun kita sekarang,...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ

Selanjutnya
Apa Kabar, Mimpi?
0
0
Bagaimana nulisnya sekarang?Sekarang masih nulis?Udah sampai mana?Berbagai pertanyaan yang sering disampaikan teman-teman lamaku. Mereka masih memperhatikanku rupanya, gumamku. Dari pertanyaan-pertanyaan itu, mulailah aku bercerita tentang banyak hal. Tentang banyak kerikil tajam yang sering membuatku berhenti sejenak. Untuk sekadar beristirahat atau berpikir bagaimana cara melewati kerikil-kerikil tajam itu.Kalaupun ada batu sebesar gunung, kita masih bisa mendaki untuk melewatinya. Sedang kalau kerikil tajam yang banyak, ketika mau melewatinya tetap harus menginjaknya bukan? Tidak bisa menghindar hanya karena mereka kerikil kecil, bukan batu besar.Kita mungkin pernah mengira, semua hal yang bermula dari keputusan kecil kita waktu itu akan sia-sia. Kita dibuat yakin. Ragu-ragu. Yakin lagi. Ragu-ragu lagi. Yakin lagi. Ragu-ragu lagi. Belum bisa konsisten. Masih berusaha untuk mempertahankan keyakinan seperti diawal ketika kita memulainya. Tidak bisa memulai ulang. Sudah terlalu jauh dan lama terombang-ambing dalam asumsi diri sendiri.Jadi, mau tidak mau, harus bisa bertahan apa pun yang terjadi. Kalau capek istirahat, bukannya ngeluh. Kalau ngantuk tidur, bukannya melantur. Tidak perlu terlalu menarik perhatian dengan banyak omong kosong. Senyumin aja. Lakukan apa yang membuat kita yakin dan perlu dilakukan.Dalam banyak hal dari awal keputusanku dulu, aku memahami satu hal yang satu hal itu menjadi prinsip hidupku sampai sekarang.Yaitu, tidak takut untuk belajar lebih banyak. Belajar mendengar lebih saksama dari biasanya. Menatap lebih lama dari biasanya. Terjatuh lebih dalam dari biasanya. Bermimpi lebih tinggi dari biasanya. Terluka lebih sering dari biasanya. Berkelana lebih jauh dari biasanya. Bertemu dengan orang-orang yang berbeda dari biasanya dan hal-hal yang bisa dilakukan lebih dari biasanya.Aku pernah berasumsi. Akan selalu ada pilihan dan kesempatan, tapi apakah aku selalu ada untuk pilihan dan kesempatan itu? Namun, ada seseorang yang berkata padaku. Tidak semua orang memiliki kesempatan dan pilihan yang sama. Adakalanya, kesempatan dan pilihan itu tidak pernah menghampiri beberapa orang, karena memang ketetapan-Nya seperti itu. Tidak bisa diganggu gugat, apalagi menghakimi. Paling pol cuma bisa menggerutu, menyalahkan keadaan.Dari situ, aku menyimpulkan sesuatu. Sebenarnya, kesempatan itu ada dua bentuk. Pertama, kesempatan yang kita bentuk dari pilihan-pilihan yang kita miliki. Kedua, kesempatan yang terbentuk dari hukum alam. Hanya saja, lagi-lagi, tidak semua orang berkesempatan untuk mempelajari atau mengerti hal ini.Namun, kita masih bisa memastikan satu hal. Kita melakukan usaha terbaik sebagai manusia untuk bisa memiliki pilihan dan menciptakan kesempatan. Kita selalu bisa membuat rencana paling sempurna menurut versi kita. Namun, tidak menutup kemungkinan selalu ada kecacatan di dalamnya. Dan kecacatan itu yang mendorong kita untuk belajar, belajar, belajar dan belajar.Kita sendiri sadar dan tahu benar akan menemui berjibun kegagalan di tengah perjalanan nanti. Apalagi dengan keputusan yang berbeda dengan orang-orang pada umumnya.Aku tidak akan pernah menyesal dengan apa yang aku mulai. Meski sekarang pun, aku merasa apa yang aku putuskan itu membuatku jauh dari tujuanku. Semakin aku mendekatinya, terasa semakin jauh.Karena memang ada beberapa hal yang tidak bisa kita kendalikan, seperti keadaan dan support system yang kurang membuat kita harus berjalan sendiri lebih jauh dari biasanya. Dan itu tidak apa-apa.Jika pun nanti gagal, setidaknya kegagalan itu dari diri kita sendiri, bukan dari orang lain. Menghadapi dan menerima kegagalan kecil sekarang, akan lebih berarti untuk belajar menghadapi kemungkinan gagal yang lebih besar di masa depan.Pastikan kita tidak menyerah dengan apa yang sudah kita putuskan dan mulai. Yakinlah! Sesuatu yang kamu mulai atas kesadaran diri kita sendiri dan bukan atas omongan orang lain itu lebih menyenangkan. Semoga kita tidak pernah menyerah atas apa pun yang kita mulai.Semangat!#nulissukasuka#writing#dreamer
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan