
Xiao Zhan tidak menyangka, bahwa hidupnya akan terombang-ambing tak menentu seperti ini. Di sisi lain, ia memerlukan banyak uang untuk keluarganya di panti asuhan. Dan di sisi lain, ia mulai jatuh hati pada seseorang yang telah berstatus sebagai suami orang.
Awalnya, ia hanya ingin berkerja untuk mendapatkan uang, apa pun itu akan ia lakukan. Dan sampai suatu malam, seorang pria datang memperkosanya. Tidak sampai di situ saja, ketika pria itu tahu bahwa dia adalah seorang Intersex, pria itu menawarkannya...
BAB 01
February 5th, Beijing.
Lima tahun masa pernikahan, Keluarga Wang belum kunjung juga mendapatkan seorang keturunan yang selama ini dinanti-nantikan.
Keluarga besar Wang kini mulai jengah terhadap menantu mereka—Zhao Liying—yang tak kunjung juga mengandung, semuanya sudah Wang Yibo lakukan untuk mendapatkan seorang anak.
Bahkan mereka sudah mencoba melakukan bayi tabung tapi tetap saja hasilnya nihil. Tentu saja nihil, karena pada dasarnya Zhao Liying memang sudah di nyatakan mandul.
Wang Yibo yang mengetahui kenyataannya hanya bisa diam dan tak memberitahu istrinya, ia tak bisa melihat mata cantik istri tercintanya itu menangis pilu karena menyalahkan dirinya sendiri.
Wang Yibo akhirnya memilih diam dan mengatakan pada keluarganya bahwa Liying tengah mengandung saat keluarganya terus saja mengusik dan mengatakan hal-hal buruk terhadap istrinya.
Liying awalnya terkejut saat Wang Yibo membohongi keluarga besarnya sendiri, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Pada akhirnya dia hanya bisa diam dan mengikuti semua alur suaminya.
Semua keluarga besar Wang amat sangat bahagia akan berita membahagiakan itu terlebih lagi sang ibu mertua—Wang Yueji—yang sudah mendekap tubuh Liying penuh haru dan rasa kasih sayang.
Malamnya setelah pulang dari kantor, di dalam kamar mereka Wang Yibo sudah membuka jas yang membaluti tubuhnya. Ia meregangkan dasi yang terasa mencekik lalu membukanya dengan sekali sentak.
Desah lelah keluar dari bibirnya yang tebal, ia melirik ke arah ranjang mereka berdua di mana Liying sudah tertidur dengan lelap tanpa beban pikiran.
Wang Yibo memutuskan lirikannya dan beralih menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur di samping istrinya.
Lima belas menit telah berlalu Wang Yibo akhirnya keluar menggunakan piama tidurnya. Di dapatinya Liying tengah duduk di sisi ranjang dengan sebuah hair dryer di tangannya, dengan senyum Wang Yibo menghampiri sang istri dan duduk di karpet berbulu, memunggungi Liying yang mulai menyentuh kepalanya dengan lembut.
Zzzhhgg ... zzzhhgg ... zzhhgg ....
Suara dari hair dryer menggema ke seluruh ruangan yang tadinya senyap tanpa suara, Wang Yibo memejamkan matanya menikmati elusan lembut dari tangan istrinya sampai akhirnya suara Liying memecahkan suasana di antara mereka.
“Apa yang harus kita lakukan?” suara Liying terdengar menyendu, ia mematikan hair dryer-nya setelah di rasa rambut Wang Yibo telah kering.
Wang Yibo menghela napasnya lelah kala mendengar suara sendu Liying, ia berbalik, menengadahkan kepalanya menghadap wajah Liying dan menggenggam tangan putih halusnya.
“Semua akan baik-baik saja, kita bisa adop—” suara Wang Yibo terpotong begitu saja.
“Tidak Yibo, aku tidak mau kita adopsi. Bagaimana kalau keluargamu tahu kalau ternyata anak kita nanti bukan anak kandung kamu dan ternyata bahwa aku mandul!” sela Liying cepat, ia tidak membiarkan Wang Yibo menyelesaikan ucapannya.
Wang Yibo terkejut, pasalnya selama ini dirinya sudah menutupi kenyataan ini dari istrinya sendiri. Wang Yibo amat sangat mencintai Zhao Liying, Inilah mengapa dirinya harus terus menutupi kenyataan yang ada. Tapi benar kata pepatah; sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga.
Zhao Liying menarik tangannya yang berada di genggaman Wang Yibo, total menyadarkan lamunan suaminya kembali. Ia menyeka air mata yang mengalir dari pelupuk mata, setelahnya ia menengadah menatap langit-langit kamar.
Mata bulat rusa itu berkaca-kaca. Tak tahan, Wang Yibo mulai berdiri dan memeluk tubuh istrinya, mendekap hangat tubuh kecil itu yang langsung membuat Zhao Liying kembali menangis di dada bidang suaminya.
Suara Zhao Liying mulai serak akibat menangis, mata sembabnya menatap ke sisi lain ruangan dengan pandangan yang kosong, Wang Yibo iba, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menenangkan Liying di pelukannya.
“Yibo, kamu boleh cari simpanan lain,” ujar Zhao Liying tiba-tiba.
Wang Yibo terkejut, ia mendorong tubuh Liying pelan untuk menghadap ke arahnya. “Apa maksud kamu?” tuntut Wang Yibo meminta penjelasan. Ia tidak menyangka bahwa Liying bisa mengatakan hal itu kepadanya, sefrustrasi itukah dirinya hingga berani mengesampingkan perasaannya demi seorang anak? Wang Yibo sungguh tidak masalah jika mereka berdua harus mengadopsi beberapa anak untuk mereka angkat menjadi keluarga kecil mereka.
Wang Yibo sungguh tidak mengerti jalan pikir istrinya.
“Yibo, aku yang mandul di sini dan kau sehat. Aku mohon, carilah seseorang untuk menampung benihmu, jadikan dia ibu pengganti yang akan memberikan anak untuk kita,” jelas Liying lagi, Wang Yibo tidak bisa mengatakan apa-apa selain pergi dari kamar dan menenangkan diri, mengatakan pada dirinya sendiri bahwa istrinya mengucapkan hal itu hanya karena tengah kalut dan frustrasi akan keadaan dirinya sekarang ini.
•••
Di dalam hingar-bingar klub malam, Wang Yibo duduk di konter bar dengan terus meneguk vodca-nya. Sudah gelas ke-8 Wang Yibo baru sedikit merasakan pusing dikepalanya. Ia menatap gelas berisikan cairan yang tinggal seperempat itu lalu menggoyang-goyangkan isinya.
Ucapan Liying masih saja terngiang-ngiang dikepalanya, bagai sebuah kaset lama yang rusak pitanya hingga membuatnya terus mengulang hal yang sama. Wang Yibo tertawa mengingatnya. Anak? Hanya karena anak? Sepenting itukah dia, sampai-sampai Liying tega mengesampingkan perasaannya yang tulus ini terhadapnya.
Apa yang kurang dari perhatiannya selama ini? Apakah perasaan tulusnya ini masih tidak cukup juga untuk dirinya? Anak?! Wang Yibo tak peduli tentang itu! Ia hanya mencintai Liying dan akan melakukan apa pun untuk istrinya, tapi bukan ini. Wang Yibo tidak bisa.
Tapi, untuk membahagiakan Liying—Wang Yibo siap meski harus terluka.
Sebuah tepukan pelan dibahunya membuat Wang Yibo harus menoleh ke belakang, di dapatinya seseorang yang memandangnya penuh khawatir. Wang Yibo tak mengenalnya bahkan ia baru pertama kali melihat waiter itu setelah dia menjadi member selama 3 tahun di sini.
“Anda tidak apa-apa, Tuan? Sepertinya Anda sudah sangat mabuk. Mohon untuk berhenti minum.” Waiter itu mencoba untuk mengambil gelas yang Wang Yibo pegang.
Wang Yibo kini sudah benar-benar mabuk, dia tersenyum dan mulai menarik pergelangan waiter itu ke dekapannya, akan tetapi waiter itu terus saja memberontak melepaskan diri.
“Tuan! Lepaskan saya!” pekikkan waiter itu terus Wang Yibo abaikan, hingga pada akhirnya ....
Plakkk!
Tamparan cap lima jari berhasil mendarat pada pipinya. Wang Yibo menyentuh tamparan itu yang memberikan rasa panas dan perih secara bersamaan, kemudian ia mulai terkekeh pelan.
“Menarik,” puji Wang Yibo.
Saat waiter itu berusaha ingin kabur kembali, tangan Wang Yibo sudah mencekalnya terlebih dahulu dan mengangkatnya bak karung beras.
“Lepaskan!” bentak waiter itu dengan memukul keras punggung Wang Yibo namun tetap tidak digubris juga.
Sampai pada sebuah kamar yang tadi sempat Wang Yibo sewa, dia lalu mulai membanting tubuh kurus waiter itu ke atas ranjang dan mulai menindihnya. Dapat Wang Yibo lihat waiter itu sudah menangis ketakutan setengah mati di bawah kungkungannya. Wang Yibo menyentuh bibir waiter itu memberikan isyarat.
“Ssstt ... don't cry baby,” bisik Wang Yibo menenangkan. Waiter itu masih saja terus menangis. Wang Yibo mulai naik pitam dibuatnya.
“SUDAH SAYA BILANG UNTUK DIAM!”
Plakkk!
Tamparan keras telak mengenai pipi mulus waiter itu seketika tangisnya berangsur-angsur mereda, Wang Yibo kembali mengatur mimik wajahnya yang tadi mengeras kembali melembut dengan senyum menghiasi wajah tampannya.
Perlahan tangan kekar itu mengelus pipi yang telah dia tampar sebelumnya dan mengecupnya dengan sayang. Waiter itu membuang muka saat Wang Yibo mulai mendekatkan wajah tampannya itu pada bibirnya.
Kembali, perkataan Liying kembali terputar di otaknya bagai reklame lama. Wang Yibo menatap wajah waiter itu sendu dan mulai membayangkan wajah istrinya.
Wang Yibo membelai wajah waiter itu yang telah membuang wajahnya ke arah lain, enggan untuk menatapnya.
“Liying,” gumam Wang Yibo dengan suara rendah.
“Lepaskan saya, saya bukan Liying An—mhhpp!”
Ciuman kasar itu memutuskan ucapannya, Wang Yibo tidak menggubris melainkan memperdalam pagutannya, Waiter itu menoleh ke kanan dan ke kiri berusaha untuk melepaskan pagutan itu.
Wang Yibo tidak hilang akal, tangannya yang sebelah bebas menahan tengkuk waiter itu.
“Hmmpp hmmm ... Ahkkk!” pekikkan itu menggema saat Wang Yibo mulai menggigit bibir itu agar terbuka. Wang Yibo segera saja membelit lidah itu, mengajaknya untuk berdansa dan menjelajahi rongga hangat itu hingga liur keduanya menetes keluar mengalir melewati tengkuknya yang ditahan oleh Wang Yibo.
Saat merasa napas keduanya semakin menipis Wang Yibo memutuskan ciuman itu dan mulai beralih pada leher jenjangnya. Waiter itu tidak bisa untuk menolak lagi, hati dan tubuhnya saling menentang.
Isapan kuat pada lehernya Wang Yibo berikan hingga menimbulkan ruam merah esok pagi nanti, lidahnya yang lihai menjilati dengan sangat lembut.
Erangan mulai terdengar kembali mengalun dengan sangat indah, membuat Wang Yibo lebih semangat dalam mengerjai leher mulus tanpa noda itu.
Wang Yibo yang sudah hilang akal pun langsung saja membuka seragam waiter itu, keningnya berkerut tidak suka ketika melihat sebuah kain meliliti tubuh mulus seseorang di bawah kungkungannya.
Wang Yibo membuka kain itu dengan buru-buru dan terpampanglah keindahan yang mencuat dengan sempurna.
“Ahkk!” Waiter itu terus mendesah saat Wang Yibo mulai mengecup bagian dadanya. Kecupan lembut kembali dilayangkan oleh Wang Yibo pada ujung putingnya yang sudah menegang, memberikan afeksi membara pada tonjolan merah kecokelatan itu.
“Ahhkk ... nghhh ... hmm ... ahhhkk!”
Mendengar desahan itu semakin menjadi-jadi, Wang Yibo makin kalap, gairahnya makin dipacu. Ia memundurkan dirinya menjauhi dada waiter tadi yang ia kerjai dan mulai menatap wajah waiter itu yang telah menyayu dengan dada yang terus naik-turun meraup oksigen.
“Tu—ahkkk!”
Satu sentakan kuat pada celananya dilakukan oleh Wang Yibo. Ia kembali menindih waiter itu yang tengah menatap kedua matanya, terpancar dari sana rasa takut yang menggebu.
“Tidak, saya mohon jang ... nganh ahkkk!”
Jlebb!
Terlambat, Wang Yibo tanpa persiapan apa pun bahkan barang pelumas saja tidak Wang Yibo berikan. Jeritan kuat menggema ke seluruh kamar, tubuh waiter itu menggetar saat keseluruhan benda panjang itu masuk ke dalam lubangnya tanpa persiapan.
Tubuhnya terasa dibelah dua, perihnya bukan main. Air matanya kembali mengalir, meluncur dengan sangat indah dari pelupuk matanya.
Wang Yibo terdiam, ia tidak menggerakkan dirinya dan membiarkan waiter itu untuk terbiasa dengan dirinya yang berada di dalam.
“Maaf.”
Satu kata keluar begitu saja dari bibir Wang Yibo, ia mengulurkan tangannya untuk menghapus jejak air mata waiter itu dan mengecup kelopak mata itu penuh kelembutan.
Waiter itu membuka kelopak matanya kembali, ia menatap mata tajam Wang Yibo yang kini memantulkan bayangan dirinya. Tanpa kendali kedua tangannya terangkat, menyentuh pipi berisi namun tetap tegas itu.
“Bergeraklah,” perkataan itu sontak Wang Yibo lakukan dengan perlahan.
Entah, waiter itu juga tidak tahu. Mengapa dirinya begitu mudah luluh dan membiarkan orang lain yang tidak dia kenal berada di atasnya, mengendalikan dirinya. Dia bukan orang yang seperti ini. Hati dan otaknya saling menentang.
Tapi mata itu ... waiter itu hanyut oleh tatapan penuh cinta dari pria yang berada di atasnya.
Erangan kesakitan mulai terdengar di gendang telinganya, Wang Yibo kembali menyatukan bibirnya pada ranum orang yang berada di bawah kungkungannya.
“Ungg ... hmm ... ahhhh.”
Entakkan Wang Yibo semakin cepat seiring erangan sakit itu berganti menjadi sebuah alunan melodi syahdu, tubuh waiter itu terentak-entak ke atas saat Wang Yibo memasukkan miliknya makin dalam. Wang Yibo menyentuh kepalan tangan di sisinya kemudian menggenggamnya, membawa tangan itu ke atas kepala, bertaut dengan jemari panjang Wang Yibo.
Matanya terpejam, bibirnya terbuka menampilkan gigi kelinci dan lidah merahnya yang menjulur keluar, rambut di dahinya mulai basah akibat keringat dari kegiatan erotis yang mereka lakukan saat ini.
Wang Yibo hilang kendali dan mulai mengentak semakin kuat. Pria itu memandang orang di bawah kungkungannya, terlihat kacau dengan wajah memerah. Wang Yibo menyukainya.
Menyukai bagaimana orang ini bisa membuat wajah seerotis itu.
“Aaarrgghhh ... shit, lubangmuhh.”
Geraman Wang Yibo keluar saat merasakan kedutan yang menjepit di selangkangannya, Wang Yibo terus mengentak, menghancurkan lubang itu tanpa ada niatan untuk berhenti.
Carilah seseorang ....
Jadikan Ibu pengganti ....
Berikan kita anak ....
Kembali, perkataan itu kembali terngiang-ngiang dikepalanya. Wang Yibo mendesis dan semakin mengentak kuat, mengabaikan seseorang yang sudah menjerit meminta Wang Yibo untuk menghentikan entakkannya.
“Hen ... ahh ... hentikannhhh, sakitt, keluarkannhhh! Aaahhhh!”
Terlambat, Wang Yibo sudah menyemburkan cairannya sangat dalam pada lubang itu, keduanya sama-sama keluar, menikmati ejakulasi putih mereka dan setelahnya Wang Yibo ambruk seketika, menimpa tubuh ramping yang sama-sama naked tanpa ada sehelai pun benang di tubuh keduanya.
Waiter itu kembali menangis dalam diam, ia melirik ke arah Wang Yibo yang sudah tertidur pulas dengan memeluk tubuh telanjangnya.
BAB 02
February 6th, Beijing.
Paginya, Wang Yibo bangun terlebih dahulu. Ia mengerang merasakan pusing yang mendera kepalanya saat ia mencoba untuk mendudukkan diri. Perlahan Wang Yibo memijiti pelipisnya guna mengurangi rasa sakit yang mendera kepalanya, merasa sudah lebih baikkan Wang Yibo mulai menatap ke sekelilingnya.
Ini bukan kamarnya dan Wang Yibo sadar sekarang ini dia tengah berada di motel klub malam yang biasa ia kunjungi. Di liriknya orang yang bermain dengannya semalam, dan benar saja, orang itu memang laki-laki sama sepertinya.
Mimpi apa Wang Yibo semalam, bisa-bisanya ia tidur dengan sejenisnya sendiri. Tapi anehnya, tubuhnya tidak menolak kenikmatan yang lubang pemuda waiter itu berikan. Wang Yibo bukanlah orang yang munafik kala menampik kenyataan yang ada.
Beranjak dari ranjang, Wang Yibo memilih untuk membersihkan diri di dalam kamar mandi, Wang Yibo cukup segan membangunkan waiter itu yang terlihat sangat kelelahan sekali. Wajar saja, semalaman penuh Wang Yibo terus saja menghajarnya dengan kenikmatan tanpa jeda sedikit pun hingga pagi buta.
Selesai membersihkan diri, Wang Yibo mulai keluar dari kamar mandi dan kini ia mendapati waiter itu yang berusaha untuk berdiri dan mengambil bajunya yang berceceran dilantai motel.
Wang Yibo hanya diam dan memperhatikan, saat waiter itu ingin mengambil bajunya, waiter itu hampir saja terjatuh jika saja Wang Yibo tidak sigap menggendongnya.
“Apa kau tidak apa-apa?” Wang Yibo bertanya khawatir yang dibalas wajah datar waiter itu.
Saat Wang Yibo sudah mendudukkannya kembali pada ranjang, waiter itu mendorong tubuh Wang Yibo menjauh. Mata itu kembali menderaikan air mata pada pelupuknya.
Wang Yibo tak mengerti. Mereka sama-sama lelaki, jadi untuk apa menangis? Memangnya, dia gadis perawan yang bisa hamil jika dimasuki seseorang? Cukup. Itu lucu dan bukan selera humor Wang Yibo sama sekali.
“Untuk apa kau menangis? Kita sama-sama lelaki, anggap saja kita tak melakukan apa pun. Kau juga bukan wanita, jangan karena dimasuki seorang pria kau malah menangis karena takut ha—”
“Ya! Itu memang benar! Aku bisa hamil! Orang aneh yang kau tiduri ini intersex! Aku bisa hamil! Apa kau puas, sialan?!” potong waiter itu cepat sambil terisak.
Wang Yibo terkejut. Dia memang pernah mendengar tentang sindrom langka ini sebelumnya. Tapi dia tidak pernah menyangka, kalau dia bisa bertemu dan bahkan meniduri langsung orang yang terlahir dengan sindrom langka ini.
Wang Yibo termenung untuk sesaat, pantas saja sedikit ada yang berbeda. Lalu dia kembali teringat akan permintaan istrinya malam itu.
Waiter itu masih menangis, dia memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya di sana. Mendengar isak tangis waiter itu, entah kenapa membuat perasaan Wang Yibo terenyuh sakit.
Perlahan Wang Yibo mendekati waiter itu, tangannya yang bebas mengusap lembut pucuk kepala waiter itu tanpa sadar.
“Jangan menangis lagi. Aku ... aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku semalam.”
Mendengar kata-kata itu, waiter itu lantas mendongak dengan wajah basah dan mata yang memerah. Ditatapnya Wang Yibo, mencari kesungguhan di kedalaman mata pria yang telah memperkosanya itu.
“Kau akan bertanggung jawab? Aku tidak percaya. Orang yang memiliki banyak uang sepertimu pasti hanya menginginkan sesuatu dari kami yang tidak punya apa-apa. Oh, bukan. Tapi orang kaya seperti kalian pasti selalu menggunakan uang untuk menutup semua kelakuan busuk kalian!” Hati Wang Yibo terasa tertohok.
Benar, dia mengatakan itu jelas karena keinginan istrinya yang menginginkan seorang anak. Tapi dia bukan pria yang seperti waiter itu katakan. Dia bukan pria bajingan yang apa-apa akan menggunakan uang untuk menutup perbuatan tidak senonohnya.
Dia bukan pria yang seperti itu. Tapi mengingat wajah Zhao Liying yang menangis semalaman. Wang Yibo tidak bisa, maka dengan itu dia lantas mengeraskan hatinya kepada orang lain. Membiarkan orang lain berpikir yang tidak-tidak kepadanya.
Bukankah sudah dia katakan sebelumnya? Ya, semua itu bisa dia lakukan demi membuat Zhao Liying selalu bahagia.
“Aku menginginkan anak itu. Jika kau bisa melahirkan anak itu dengan sehat, aku akan memberikanmu banyak uang. Aku tahu, kau pasti memerlukan banyak uang, bukan?” tawar Wang Yibo dingin.
Waiter itu terdiam untuk sesaat, matanya yang merah memandang Wang Yibo dengan sangat lekat. Tangannya terkepal, menahan amarahnya untuk tidak meledak. Dia memang memerlukan banyak uang, tapi dia tidak serendah itu untuk mendapatkan uang dengan cara yang seperti ini.
Karena terdesak oleh kehidupan, waiter itu menyerah. Dia lalu menantang Wang Yibo dengan sebuah permintaan, sebelum ia menyetujui hal gila itu.
“Baiklah, aku punya permintaan.”
“Katakan.”
“Yang aku inginkan, selama aku mengandung anakmu. Aku ingin tinggal di rumahmu, bersama dengan dirimu. Kau tahu kita tinggal di mana, bukan?”
Waiter itu tidak mungkin tinggal disembarang tempat, karena negara mereka tidak melegalkan dan sangat melarang keras rahim sewaan. Jika ketahuan oleh pemerintah, mereka pasti akan dipenjara.
Permintaan yang sangat mudah. Hanya ingin tinggal di rumahnya, bukan? Rumahnya cukup besar, menampung satu orang lagi bukan jadi masalah untuknya. Dan juga, mereka bertiga pasti akan aman dari endusan pemerintah.
Dengan cepat Wang Yibo langsung menyetujuinya tanpa pikir panjang apa pun lagi.
“Tidak masalah. Kau bisa tinggal di rumahku.”
Tanpa Wang Yibo sadari, dia sendirilah yang mengundang orang lain untuk masuk ke dalam kehidupannya atau mungkin, kah, ke dalam hatinya?
•••
Wang Yibo pulang ke rumahnya, ia kembali mendesah lelah saat sudah menghempaskan dirinya pada sofa lembut di ruang tamunya. Zhao Liying yang melihat suaminya sudah pulang segera saja menghampiri dengan membawa segelas air mineral ditangannya kemudian menyodorkannya ke hadapan Wang Yibo.
Wang Yibo menerima gelas itu dengan baik dan meminumnya hingga tandas, setelahnya, ia menaruh gelas kosong itu ke meja kaca di depannya.
“Yibo, maaf atas perkataanku semalam. Aku kalut dan tidak berpikir jernih. Jangan terlalu dipikirkan, aku sudah tidak apa-apa,” sesal Zhao Liying dengan kepala tertunduk dalam.
Yibo menoleh, ia menggenggam jemari Liying penuh perhatian. “A Ying, aku mengerti apa yang kau gelisahkan dan aku telah mendapatkan seseorang yang akan menjadi ibu pengganti. Dia akan segera memberikan seorang anak untuk kita,” ujar Wang Yibo hangat, tangan yang tadinya ia genggam kini dikecupnya dengan lembut.
Zhao Liying terkejut namun setelahnya ia tersenyum dengan mata berkaca-kaca, ia sungguh sangat bahagia. Tentu saja, karena sebentar lagi ia akan menjadi seorang ibu. Zhao Liying sontak memeluk suaminya-menyalurkan rasa bahagia yang bergejolak di hatinya dan Wang Yibo membalas pelukan Liying tentu dengan perasaan hangat juga.
Setelah beberapa saat keduanya berpelukan, Zhao Liying mendorong pelan tubuh Wang Yibo. “Di mana dia?” tanya Liying menggebu.
Wang Yibo terdiam, ia bingung bagaimana harus menjelaskan masalah ini kepada istrinya. Bagaimana ia menjelaskan bahwa ibu pengganti untuk anak mereka bukanlah seorang ibu ‘biasa’. Melihat perubahan mimik wajah itu, Zhao Liying segera bertanya.
“Yibo, ada apa? Apa dia meminta suatu hal untuk menjadi ibu pengganti? Dia ingin uang? Berapa? Akan kuberi sebanyak yang dia inginkan.”
Pertanyaan Zhao Liying membuat Wang Yibo mengingat kembali akan permintaan waiter itu yang ingin tinggal bersamanya. Wang Yibo lantas memandang Zhao Liying penuh keraguan.
“Bukan, bukan seperti itu, dia—”
“Dia apa?” Zhao Liying semakin penasaran, tetapi masih ada sedikit perasaan takut yang terselip dihatinya.
“Dia ingin tinggal di sini.” Wang Yibo menghirup napas dalam, ia lalu menghembuskannya kembali dengan kasar, sebelum melanjutkan perkataannya yang terjeda.
“Dan dia bukan seorang wanita, melainkan seorang pria.”
Sontak saja mata Zhao Liying membola terkejut. “Ba-bagaimana mungkin?” Zhao Liying tak percaya akan hal itu, tapi sebisa mungkin dia menenangkan dirinya dan kembali mendengar penjelasan Wang Yibo.
“Karena dia seorang ... intersex.”
BAB 03
February 7th, Beijing.
“Rumahmu sangat besar, pasti di dalamnya sangat bagus.” Waiter itu berjalan dengan kepala menoleh kanan dan kiri, melihat ke arah sekeliling interior rumah megah di depannya.
Wang Yibo berjalan ke arah bagasi mobil, dia membuka pintunya dan mengambil koper waiter itu. Melihat waiter itu berjongkok menatap kolam ikan koi-nya, Wang Yibo seketika saja tersenyum kala melihat tingkah lucu waiter yang bahkan belum ia ketahui namanya.
Wang Yibo terkekeh pelan, ia bahkan sudah menidurinya dan membiarkannya untuk tinggal bersamanya, tapi ia tetap masih belum mengetahui nama waiter itu.
“Hei! Ayo, masuk. Istriku sudah menunggumu di dalam,” ujar Wang Yibo sedikit berteriak memanggilnya, waiter itu menoleh dan beranjak dari tempat yang ia lihat tadi kemudian menyusul ke arah Wang Yibo yang sedang menyeret kopernya.
“Biar aku saja.” Waiter itu merasa tidak enak hati.
“Saya saja.” Wang Yibo masih bersikeras untuk membawa kopernya.
“Terserah.”
Wang Yibo mulai membuka pintu rumahnya, dan sekarang dia sudah disambut oleh beberapa para pelayan.
Wang Yibo terus saja berjalan, memilih untuk mengabaikan mereka dan meninggalkannya, waiter itu tersenyum kikuk saat melewati barisan pelayan yang memandang dirinya bertanya-tanya; siapa gerangankah dia?
Saat sampai di ruang tamu, terdengar suara seorang wanita, waiter itu sudah menduga bahwa dia pasti nyonya di rumah ini—istri dari Wang Yibo. Waiter itu tentu saja mengenal keluarga Wang, siapa yang tak mengenalnya? Para gelandangan bahkan tahu siapa mereka itu.
“Yibo, kau sudah pulang! Bagaimana?” Zhao Liying memeluk suaminya bahagia, ia sungguh tidak sabar untuk melihat seseorang yang akan menjadi ibu pengganti untuk melahirkan anak impiannya.
Wang Yibo tersenyum lembut dan mengecup dahi Zhao Liying sayang, semua perlakuan Wang Yibo tadi untuk Zhao Liying terlihat sangat jelas di mata waiter itu. Liying menoleh ke belakang Wang Yibo, dapat dia liat dengan jelas seorang pemuda berperawakan manis kini tengah menatapnya dengan senyum teduh menghiasi wajahnya.
Zhao Liying melepaskan pelukannya terhadap Wang Yibo, ia berjalan mendekat ke arah waiter itu.
“Siapa namamu?” tanya Liying lembut.
“Namaku Xiao Zhan, Nyonya,” jawab waiter itu yang sudah diketahui namanya.
Zhao Liying tersenyum lembut, tangannya yang lentik meraih kedua tangan lembut milik Xiao Zhan.
“Panggil aku Jiejie saja. Zhan Zhan, terima kasih,” bisik Zhao Liying tulus.
Dapat Xiao Zhan lihat ada riak mata keharuan di dalam mata Zhao Liying. Sefrustrasi itukah wanita di hadapannya ini hanya karena ingin memiliki seorang anak. Xiao Zhan benar-benar tidak mengerti jalan pikir seorang wanita.
Zhao Liying kemudian memeluk Xiao Zhan ke dalam pelukannya. Dapat Xiao Zhan rasakan bahu Zhao Liying yang bergetar menandakan jika wanita itu tengah menangis di pelukannya. Merasakan simpati pada wanita itu, Xiao Zhan membalas pelukan Zhao Liying dan mengusap bahu itu penuh perhatian.
“Xiexie, A Zhan.”
“Sama-sama, Jiejie.”
Tak berapa lama pelukan itu berakhir. Zhao Liying masih menyunggingkan senyum kepada Xiao Zhan.
“Istirahatlah. Jiejie telah menyiapkan kamar untukmu, setelah itu kita akan membahas isi kontrak.”
•••
Sekarang ini Zhao Liying sedang menyibukkan dirinya di dapur dengan dibantu oleh beberapa pelayannya. Dia akan membuatkan makan malam spesial malam ini, tentu itu semua dia lakukan murni karena ingin menyambut kedatangan Xiao Zhan yang akan tinggal bersamanya selama beberapa bulan ke depan.
Begitu Xiao Zhan sampai tadi, Zhao Liying menyuruhnya untuk beristirahat dikamar tamu yang telah dia siapkan dengan sepenuh hati. Dia bahkan sampai mendatangkan Desainer Interior terbaik untuk membuat kamar tamunya menjadi lebih cantik dan nyaman untuk Xiao Zhan tinggali.
Pelayan yang membantunya merasa amat sangat kasihan pada nyonya mereka. Zhao Liying begitu baik dan tulus kepada semua orang, bahkan para pelayan yang jelas berstatus sangat rendah saja dianggap sebagai keluarga olehnya. Sangat tidak adil sekali Tuhan tidak membiarkannya menjadi seorang Ibu.
“Pasti Zhan Zhan akan suka makanan ini.” Zhao Liying tersenyum sangat bahagia saat melihat hasil masakan buatannya.
Melihat senyum yang menghiasi wajah Nyonya mereka, mendadak para pelayan merasa sangat prihatin. Karena dibalik senyum bahagia Zhao Liying saat ini, semua pelayannya tahu bahwa Nyonya rumah mereka sedang menangisi hidupnya yang tak sempurna.
•••
Xiao Zhan bangun tepat ketika pukul lima sore. Dia melihat ke sekeliling kamarnya yang begitu cantik dan sangat megah, banyak furnitur mahal tersusun begitu rapi dan bukan hanya itu saja, ranjang yang sekarang ini dia tempati benar-benar sangat lembut dan nyaman.
Dia bahkan bisa tidur seharian di sini dan tidak perlu lagi mengkhawatirkan punggungnya yang akan sakit dikemudian pagi. Dirinya benar-benar seperti berada di hotel bintang lima saja.
Tidak enak karena berada dikamar hampir seharian, Xiao Zhan memutuskan untuk keluar dan menemui Nyonya rumah ini. Siapa lagi kalau bukan Zhao Liying.
Begitu Xiao Zhan turun ke lantai satu, dia tidak menemukan siapa-siapa. Xiao Zhan bahkan sempat berkeliling di rumah ini, tapi dia tetap saja tidak menemukan seorang pelayan pun.
Pikiran Xiao Zhan berkelana, apa dia ditinggalkan sendiri? Mungkin saja itu benar, karena dia adalah orang asing yang akan menumpang selama beberapa bulan.
Saat dia akan menyerah dan memilih untuk kembali ke kamarnya, tiba-tiba dua orang pelayan wanita lewat dengan berbisik pelan.
“Kasihan Nyonya Liying. Dia begitu baik sekali kepada semua orang, tapi takdir malah berkata lain.”
“Nyonya Liying sangat mendambakan bayi kecil di rumah ini. Aku sangat kasihan sekali saat melihat Nyonya tersenyum tadi.”
“Nyonya sangat sabar dan kuat. Pantas saja Tuan Wang begitu mencintai Nyonya Liying.”
“Sudah-sudah, kita harus mengantar bahan ini ke dapur. Nyonya pasti sudah menunggu kita.”
Kedua pelayan itu dengan cepat melangkahkan kaki mereka menuju dapur. Mendengar bahwa Nyonya rumah ini sedang berada di dapur, Xiao Zhan langsung saja mengikuti kedua pelayan itu secara diam-diam.
Sebenarnya dia bisa saja berjalan dengan terang-terangan bersama kedua pelayan itu. Tapi mengingat identitasnya yang tidak jelas di rumah ini, sudah pasti para pelayan di rumah ini telah menyebarkan gosip yang tidak-tidak tentangnya.
Di ujung dapur, tepat di dekat pintu. Xiao Zhan memilih untuk bersembunyi di sana. Xiao Zhan lalu mengintip ke dalam, dapat dia lihat ada beberapa pelayan dan juga Zhao Liying yang sedang sibuk memasak.
Lagi-lagi Xiao Zhan dibuat terperangah, bukankah biasanya para orang kaya lebih suka mengandalkan pelayan dari pada harus bersusah payah? Jelas Zhao Liying tidak seperti orang kaya yang dia gambarkan selama ini.
Jujur saja, Xiao Zhan selalu berpikir kalau orang kaya itu merupakan orang-orang sombong yang sering dia temui selama ini. Tapi Zhao Liying berbeda, dia begitu baik bahkan dia memperlakukan pelayannya sendiri seperti keluarga.
“Ehh, Zhan Zhan. Sudah bangun?”
Xiao Zhan terkejut untuk sesaat. Dia sekarang jadi salah tingkah karena sudah ketahuan mengintip. Zhao Liying hanya tersenyum ketika melihatnya bertingkah yang pasti sangat memalukan.
“Kemarilah,” katanya menyuruh untuk masuk ke dalam dapur. Dia melihat ada berbagai macam hidangan yang tersaji di sana.
“Bagaimana?” tanyanya lagi.
Dengan kikuk Xiao Zhan menjawab, “Ya, ini terlihat enak dan ... sangat sehat.”
Sungguh, Xiao Zhan baru pertama kali melihat hidangan sehat seperti yang pernah dia pelajari disekolah dulu. Di depannya sudah ada beberapa olahan daging dan ayam, bukan hanya itu saja Xiao Zhan juga melihat ada berbagai macam sayuran berada di atas meja. Bahkan sayuran yang paling dia benci pun ada di sana.
Xiao Zhan menyentuh terong itu dengan jijik dan menyentilnya jauh. Para pelayan yang melihat tingkah tidak sopan dan tidak tahu malu Xiao Zhan menjadi sangat geram.
Zhao Liying hanya tertawa melihat kekonyolannya. Dia lantas menyimpan terong yang Xiao Zhan jatuhkan ke tempat lain.
“Zhan Zhan rupanya tidak suka terong, ya?” Zhao Liying masih tertawa geli menggoda Xiao Zhan.
“Bukannya tidak suka, aku sejak kecil selalu muntah kalau disuruh makan terong. Jadi aku membencinya.” Jujur Xiao Zhan mengakui. “Ahh ... ngomong-ngomong, apakah akan ada acara di rumah ini?” tanya Xiao Zhan melihat ke semua makanan itu.
“Acara? Sepertinya bisa dibilang begitu. Hidangan ini semua untuk menyambut kedatanganmu di rumah ini.” Zhao Liying menoleh, menatap lekat ke arah Xiao Zhan yang membalas menatapnya. “Aku khusus memasak semua ini untukmu, Zhan-Zhan.”
“Untukku? Mengapa ...?”
Bingung, tentu saja. Dia hanya tamu biasa yang hanya menumpang hidup di sini sementara. Disuguhi seperti ini, Xiao Zhan merasa ini semua terlalu berlebihan untuknya, jadi dia tidak merasa pantas untuk menerimanya.
“Mengapa? Itu karena kamu harus menggantikan diriku untuk mengandung calon anak kami.”
Disuguhi keistimewaan ini membuat Xiao Zhan mendadak amnesia barang sesaat. Seharusnya dia tidak bertanya untuk itu. Dia datang ke sini jelas untuk menampung benih dan melahirkan anak bagi mereka.
Bodohnya dia.
Zhao Liying menyentuh perut Xiao Zhan yang rata, dia menatap penuh haru dan kesedihan di sana. Xiao Zhan hanya membiarkannya.
“Di sini akan ada bayi, bayiku.” Suara Zhao Liying terdengar bergetar.
Tiba-tiba saja sebuah suara berat muncul di tengah-tengah keharuan mereka.
“Bayi kita A Ying, bayi kita berdua.”
Wang Yibo datang memeluk Zhao Liying dari belakang. Tanpa sungkan Wang Yibo mengecup bahu kecil Zhao Liying, mengabaikan tatapan para pelayan serta Xiao Zhan yang berada di depannya.
Xiao Zhan melihat kedua suami istri itu begitu saling mencintai. Wang Yibo begitu tulus menyayangi Zhao Liying, dia bahkan bersedia melakukan apa saja untuk kekasih hatinya itu.
Melihat tatapan cinta dan mendamba Wang Yibo kepada Zhao Liying. Xiao Zhan merasa sebagian dari dirinya menjadi sangat iri.
Dia iri, iri dengan kehidupan Zhao Liying yang bisa dibilang sangat sempurna. Iri karena wanita itu mendapati kelayakan dan cinta yang makmur di hidupnya. Tidak seperti dirinya yang selalu mendapatkan penolakan serta makian hampir setiap saat.
“Apa aku bisa juga menemukan orang yang mencintaiku dengan tulus seperti itu?” bisik Xiao Zhan pada hatinya.
BAB 04
“Zhan Zhan, bagaimana ... apa kau suka masakanku?” Zhao Liying bertanya sangat antusias.
Percayalah, Xiao Zhan bahkan belum menyendokkan sesuap nasi pun ke dalam mulutnya, tapi sudah ditanyai seperti itu. Bagaimana dia tahu kalau makanan itu enak atau tidaknya? Xiao Zhan sekarang jadi bingung harus menjawabnya bagaimana.
“A Ying, dia bahkan belum mencobanya. Biarkan Zhan menikmatinya dulu, dia merasa tidak nyaman kalau kau tanyai seperti itu.” Wang Yibo akhirnya buka suara.
Sedari tadi, bahkan di saat para pelayan menata makan malam di meja makan pun, Zhao Liying terus saja bertanya tentang Xiao Zhan. Awalnya, Wang Yibo memilih untuk diam dan mendengarkan semua pertanyaan antusias istrinya itu.
Tapi, begitu dia melihat raut kebingungan Xiao Zhan, Wang Yibo sedikit merasa tidak tega dan akhirnya mencoba untuk menghentikan pertanyaan-pertanyaan istrinya yang mungkin saja masih banyak.
Zhao Liying yang tersadar akan kelakuannya itu segera meminta maaf. Dia merasa menyesal karena terlalu bahagia dengan euforianya sendiri.
“Maafkan aku ... aku terlalu bahagia saat ini sampai-sampai aku tidak memperhatikanmu, maafkan aku Zhan Zhan, kau bisa memakannya,” sesal Zhao Liying.
“Tidak apa-apa, Jie. Aku mengerti.” Setelah mengatakan itu Xiao Zhan lekas menyuapkan makanannya ke dalam mulut. Sungguh, Xiao Zhan benar-benar sangat lapar sekarang ini, sejak dari pagi tadi dia belum sempat memakan apa pun.
Begitu suapan pertama masuk, Xiao Zhan kali ini menatap Zhao Liying dengan mata penuh binar kesenangan.
Xiao Zhan tanpa ragu-ragu menunjukkan kedua ibu jarinya tanda dia menyukainya. “Ini sungguh enak! Makanan rumahan memang paling yang terbaik! Sudah lama aku tidak makan seperti ini. Aku akan memakan semuanya!” seru Xiao Zhan jujur.
Mendengarnya itu Zhao Liying merasa sangat senang tapi dia juga merasa sangat heran. Ini semua hanya makanan rumahan biasa, tidak ada istimewanya.
Xiao Zhan tadi berkata bahwa dia sudah lama tidak memakan makanan rumahan, jadi pasti pemuda ini selalu memakan makanan yang langsung dibuat oleh para chef, ‘kan?
“Sudah lama? Memangnya Zhan-Zhan biasanya makan apa?” Zhao Liying bertanya hati-hati, dia takut kalau ternyata Xiao Zhan tidak biasa dengan makanan rumahan dan lebih sering memakan makanan yang dibuat oleh chef secara langsung. Kalau itu benar, dia akan segera mencari koki terhebat untuk pemuda di hadapannya.
Menelan makanannya, Xiao Zhan lekas menjawab tanpa harus dia tutupi, “Aku sering makan mie instan atau hot pot jika aku punya uang lebih.”
Memang benar, sudah lama Xiao Zhan tidak memakan makanan rumahan sejak dia meninggalkan tempat tinggalnya di panti asuhan. Saat itu, di usianya yang ke lima tahun, Xiao Zhan telah ditinggalkan oleh orang tuanya di depan pintu gerbang panti asuhan.
Xiao Zhan yang tidak tahu apa-apa beruntung diselamatkan oleh Ibu panti yang baik hati, dia lalu mengajak Xiao Zhan kecil untuk tinggal bersamanya serta yang lainnya.
Setelah tahun berganti tahun, semua teman-temannya di panti asuhan telah silih berganti meninggalkannya. Hanya tinggal dirinya yang tersisa, yang sudah menetap paling lama di sana. Xiao Zhan tahu dirinya tidak akan pernah berhasil di adopsi.
Lagi pula keluarga mana yang mau mengadopsi anak yang tidak jelas gendernya ini. Walau Xiao Zhan sudah mengklaim dirinya sebagai lelaki, tetap saja orang-orang tidak akan beranggapan seperti itu. Yang orang lain tahu dan pikirkan, dia adalah monster berkelamin ganda.
Saat itu umurnya sudah memasuki delapan belas tahun, Xiao Zhan merasa dia sudah tidak layak lagi untuk tinggal di sana. Karena dia tahu, Ibu panti sedang mengalami krisis dana.
Jika dia bersikeras untuk tetap tinggal di sana, biaya hidup di panti pasti akan semakin menipis. Dari pada dirinya, anak-anak lain yang berada di panti jauh lebih membutuhkan uang itu untuk kelanjutan hidup mereka.
Jadi, yang Xiao Zhan pikirkan saat itu, dia harus meninggalkan panti, dan itu merupakan satu-satunya solusi yang paling baik. Xiao Zhan akhirnya meninggalkan panti ketika dia berusia delapan belas tahun, setelah dia berhasil menamatkan pendidikannya disekolah.
Wang Yibo menghentikan suapannya, dia cukup terkejut, tetapi rasa keterkejutannya itu segera dia tutupi dengan wajahnya yang datar. Semiskin itukah pemuda di hadapannya ini, sampai-sampai memakan makanan rumahan yang sangat sederhana seperti ini saja tidak mampu.
Pantas saja dia dengan mudahnya menjual calon bayi itu pada kami. Batin Wang Yibo tidak heran dengan kemiskinan Xiao Zhan.
Berbanding terbalik dengan Wang Yibo. Zhao Liying begitu terenyuh, dia lalu menatap Xiao Zhan dengan sangat lembut. “Jiejie akan memasakkan apa pun yang Zhan Zhan suka. Katakan saja kalau Zhan Zhan ingin,” katanya tulus.
Xiao Zhan mengulum senyum simpul, dia merasa sangat senang karena masih ada seseorang yang memperhatikannya selain ibu panti. Benar apa yang para pelayan itu katakan.
Nyonya rumah ini begitu baik dan tulus. Pantas saja mereka semua begitu menyayangi Zhao Liying, terlebih lagi pria yang berada di hadapannya saat ini, yang begitu mencintai Zhao Liying lebih dari apa pun.
Xiao Zhan melirik tipis ke arah Wang Yibo, yang kembali menikmati makan malamnya dengan hening. Wang Yibo benar-benar sangat tampan, bahkan saat makan pun tidak melunturkan ketampanannya.
Untuk kedua kalinya Xiao Zhan terpesona dengan ketampanan Wang Yibo. Sadar diperhatikan, Wang Yibo mendentingkan sendoknya sedikit lebih keras untuk menyadarkan seseorang dari lamunannya.
•••
Usai membahas kontrak tadi, dengan peraturan kontrak; bahwa ia tidak diperbolehkan memiliki perasaan, dan ketika anak itu lahir, Xiao Zhan harus pergi sejauh mungkin dari kehidupan mereka bertiga.
Wang Yibo langsung saja undur diri ke ruang kerjanya setelah dia meminta izin pada istrinya. Begitu Wang Yibo pergi ke ruang kerjanya, Zhao Liying kemudian meminta Xiao Zhan untuk mengikutinya ke kamar.
Tanpa pikir panjang apa pun lagi Xiao Zhan mengikuti Zhao Liying ke kamarnya. Sesampainya di kamar, Xiao Zhan langsung dikejutkan dengan pemandangan yang begitu artistik.
Kamar utama rumah ini begitu luas, dua kali lebih luas dari kamar yang dia tempati sekarang ini. Interiornya yang mewah membuat mata Xiao Zhan tidak lepas dari ornamen-ornamen yang berada di kamar utama ini.
Tanpa memedulikan Zhao Liying yang berada di belakangnya, Xiao Zhan berkeliling, menyentuh semua ornamen bahkan furnitur yang paling mahal sekali. Hingga pada sebuah bingkai foto di atas nakas, Xiao Zhan berhenti untuk meraihnya.
Bingkai foto itu berisikan sebuah potret keluarga besar. Di dalamnya ada Wang Yibo serta Zhao Liying yang tengah tersenyum lebar, dan yang lainnya Xiao Zhan yakini bahwa itu merupakan orang tua dan kakek nenek Wang Yibo. Xiao Zhan tanpa sadar mengelus bingkai itu.
“Itu keluarga suamiku,” kata Zhao Liying memecahkan keheningan di antara mereka.
Xiao Zhan menaruh kembali bingkai foto itu ke posisinya. “Sangat menyenangkan jika memiliki keluarga yang harmonis. Dia sangat beruntung.”
“Akulah yang beruntung memiliki Wang Yibo. Dia Pria yang baik, pekerja keras dan setia.” Tanpa keraguan apa pun Zhao Liying membanggakan suaminya.
Xiao Zhan tersenyum secara impulsif. Kata setia yang keluar dari Zhao Liying membuat hatinya tergelitik.
Setia katanya?
Xiao Zhan mendengus pelan. Tidak ada orang yang benar-benar setia di dunia ini. Jangankan seorang suami, orang tua saja bisa tidak setia dengan membuang anaknya sendiri.
Dia lalu berbalik menghadap Zhao Liying yang masih menatap ke arah bingkai foto itu berada. “Jiejie, sebenarnya kau ingin membicarakan apa padaku?” Xiao Zhan bertanya terus-terang.
Dia tidak ingin berlama-lama di kamar ini, karena dia tahu dibalik pintu kamar ini terdapat beberapa para pelayan yang tengah menguping pembicaraan dirinya dengan Zhao Liying.
“Ah iya, aku ingin memberikanmu sesuatu.” Zhao Liying berjalan menuju meja rias. Dia menarik laci paling bawah lalu mengeluarkan sebuah kotak hadiah yang entah berisikan apa itu. Setelahnya, dia membawa kotak itu kepada Xiao Zhan. “Ini, pakailah ini.”
“Apa ini?” tanya Xiao Zhan heran menatap kotak hadiah ditangannya.
“Buka saja,” kata Zhao Liying memintanya.
Tanpa perintah dua kali Xiao Zhan membuka kotak itu. Begitu kotak itu dibuka sontak saja membuat Xiao Zhan terkejut bukan main dengan isi di dalamnya. Dia sangat marah pada Zhao Liying sekarang ini, tetapi di tahan untuk tidak meluap. Sejenak Xiao Zhan memejamkan matanya dan menghela napas dalam.
Bagaimana dia tidak marah? Kotak itu ternyata berisikan lingerie transparan yang sangat erotis. Xiao Zhan tidak percaya Zhao Liying begitu tidak tahu malunya dengan memberikan hal ini kepadanya.
“Jie, apa-apaan ini? Jika kau ingin bercanda denganku, ini benar-benar keterlaluan!” Xiao Zhan menaruh kotak itu kembali di atas ranjang. Dia benar-benar sangat marah. Saking marahnya, Xiao Zhan berniat untuk pergi keluar dari kamar ini.
Zhao Liying dengan cepat menahannya. “Zhan Zhan tunggu, dengarkan Jiejie dulu. Jiejie mohon, hanya Zhan Zhan yang bisa membantu Jiejie sekarang ini,” mohon Zhao Liying.
Xiao Zhan berbalik untuk melihat Wanita itu, keadaannya begitu kacau dan terpuruk. Dia tahu Wanita itu tengah diliputi rasa frustrasi yang amat sangat mendalam. Terbesit sedikit perasaan iba yang muncul di hatinya.
Zhao Liying jatuh bersimpuh di bawah kaki Xiao Zhan. Matanya yang cantik kini telah basah dibanjiri air mata. Dia menangis.
“Kumohon, tidurlah dengan suamiku ....” mohon Zhao Liying lagi dengan suara tercekat menahan tangis.
Xiao Zhan cukup sangat terkejut dibuatnya, wanita ini sudah benar-benar hilang akal. Xiao Zhan yakin, Zhao Liying sudah tidak waras lagi. Dia harus mengatakan ini pada Wang Yibo, bahwa sepertinya Zhao Liying harus bertemu dengan ahli kejiwaan secepat mungkin.
Umumnya, tidak ada seorang istri yang rela melihat suaminya tidur bersama yang lain, tetapi tidak dengan Zhao Liying. Wanita ini benar-benar telah hilang akal hanya karena menginginkan seorang anak.
“Tidurlah bersama Wang Yibo, Zhan Zhan,” mohonnya sekali lagi.
Xiao Zhan menghembus napas lelah, dia menarik Zhao Liying untuk berdiri. “Jie, sadarlah. Kau hanya akan menorehkan luka untuk dirimu sendiri. Kau harusnya beruntung, Jie, suamimu itu sangat mencintaimu. Jadi jangan kau rusak hanya karena masalah kecil seperti ini.”
Zhao Liying tersenyum. Tidak, itu tidak bisa disebut sebuah senyuman. Melainkan sebuah garis duka yang begitu dalam. “Masalah kecil untukmu, tapi sangat besar untukku!” Zhao Liying akhirnya meraung, dia menarik rambutnya yang indah dengan frustrasi.
Dia sudah tidak tahan lagi menahan rasa sesak di dadanya. Dia sudah lelah dibondongi dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyakiti hatinya. Dia sudah lelah dengan semua itu, lelah karena dia tahu dia tidak akan pernah bisa menjadi seorang Ibu.
“Zhan Zhan! Bantu aku, bantu aku melahirkan seorang anak untukku!” Zhao Liying tidak menyerah, dia menatap tepat ke dalam mata Xiao Zhan yang kelam. “Aku janji, setelah semua ini berakhir, aku akan memberikan apa pun untukmu.”
“Apa kau yakin dengan semua ini, Jie? Kau tidak akan menyesal pada akhirnya?”
“Tidak!”
“Jie, kau sendiri yang membuka pintu untuk orang lain masuk. Setelah ini, jagalah perasaanmu agar tetap sehat dikemudian hari.” Xiao Zhan mengingatkan sekali lagi, lalu Kembali mengambil kotak itu dan membawanya pergi menuju kamarnya.
Xiao Zhan harus mempersiapkan dirinya sebaik mungkin sekarang.
Zhao Liying menghapus air matanya, dia melihat ke arah pintu untuk sesaat setelah Xiao Zhan meninggalkan kamarnya. Setelahnya, dengan langkah gontai Zhao Liying akhirnya membuka pintu kamarnya dengan berat hati. Kini di hadapannya beberapa para pelayan telah berbaris dengan kepala tertunduk dalam.
Zhao Liying memandang mereka semua dengan mata yang memerah. “Persiapkan semuanya.”
Hanya kata itu, tetapi para pelayan tahu harus berbuat apa. Setelah memerintahkan mereka semua Zhao Liying lantas pergi ke dapur, dia akan membuat secangkir kopi untuk menemui Wang Yibo di ruang kerjanya.
•••
Di ruang kerja, Wang Yibo sibuk berkutat dengan setumpuk berkas-berkas penting yang harus dia review. Sesekali Wang Yibo memijit pelipisnya ketika merasakan lelah dimatanya. Tiba-tiba ketukan pintu terdengar dari luar, Wang Yibo menyuruhnya untuk masuk.
Zhao Liying kemudian masuk ke dalam dengan sebuah nampan ditangannya. Dia berjalan mendekati Wang Yibo lalu menaruh kopi itu di meja kerja suaminya.
Wang Yibo tersenyum sangat lembut. “Terima kasih untuk kopinya, A Ying.”
“Sama-sama.” Zhao Liying melihat pada setumpuk berkas-berkas yang berada di meja kerja Suaminya. Dia lalu bertanya kembali, “Apa kau lelah? Mau kupijit?”
Ketika Zhao Liying akan menyentuh bahu Wang Yibo, Wang Yibo segera menghentikannya.
“Tidak perlu, A Ying. Aku sekarang sudah tidak begitu lelah setelah kau buatkan aku kopi penuh cinta ini,” kata Wang Yibo begitu tulus, dia lalu mengusap sebelah tangan istrinya kemudian mengecup telapak tangannya dengan sangat lembut.
Zhao Liying tidak bisa untuk tidak tersentuh akan perlakuan manis Wang Yibo kepadanya. Tidak ada alasan baginya untuk yakin bahwa Wang Yibo tidak akan pernah berpaling dari dirinya hanya karena orang lain. Wang Yibo begitu sangat mencintainya, Zhao Liying percaya akan itu.
Karena itulah dia berani meminta Wang Yibo mencari orang lain untuk melahirkan seorang anak untuk mereka. Melihat Zhao Liying termenung seperti itu membuat Wang Yibo begitu sedih. Dia tahu apa yang sedang dipikirkan oleh istrinya.
“A Ying,” Wang Yibo memanggil untuk menyadarkannya, “Jangan memikirkan apa pun lagi, aku pasti akan berusaha untukmu,” kata Wang Yibo sangat lembut.
Mendengar kata itu, Zhao Liying merasa ingin menangis lagi. Wang Yibo begitu sangat terluka ketika melihat Zhao Liying hanya menerima derita karena menikah dengan dirinya.
Wang Yibo tahu selama Zhao Liying tinggal bersamanya, istrinya itu tidak pernah mendapatkan keadilan dari keluarganya. Semuanya hanya kepura-puraan semata.
Zhao Liying selalu berpura-pura bahwa dia bahagia di sekeliling keluarganya. Tetapi pada kenyataannya dia amat sangat hidup menderita bersamanya di sini.
Zhao Liying bukan berasal dari keluarga terpandang, dia merupakan putri dari seorang kolega perusahaan kecil yang mencoba untuk melakukan kerja sama dengannya saat itu.
Karena terus bertemu Wang Yibo akhirnya jatuh cinta dengan Zhao Liying, dia akhirnya menjalin kasih selama hampir satu tahun dan memutuskan untuk segera meresmikan hubungan mereka ke jenjang pernikahan yang sekarang sudah berjalan lima tahun.
Wang Yibo menepuk pangkuannya yang kosong, “Kemarilah, datanglah padaku.” Dia menatap ke arah Zhao Liying, menarik pinggang kecil itu untuk jatuh ke pangkuannya. Wang Yibo mendekapnya, memberikan kehangatan untuk menyatakan dia tidak pernah meninggalkan wanita itu.
Selama itu, tak ada kata apa pun yang menemani kesunyian mereka, tetapi pelukan hangat itu sudah lebih cukup mendeskripsikan perasaan mereka yang diselimuti kabut duka.
Kesunyian itu tidak bertahan lama karena Zhao Liying mendongak menatapnya dengan sangat-sangat menyayat hati. Bola matanya yang sehitam arang bergetar menatap ke dalam matanya. Wang Yibo, dia mengangkat sebelah tangannya untuk menghapus jejak air mata yang menodai pipi semerah bunga sakura itu.
“Yibo ....” Zhao Liying lagi-lagi memanggil namanya dengan nada yang menyakitkan.
Tidak tahan lagi mendengarnya, akhirnya dia memutuskan untuk mempertemukan kedua belah daging lembut mereka untuk waktu yang sangat singkat. Tidak ada lumatan kasar, melainkan hanya ada kecupan hangat. Zhao Liying memejamkan mata, menikmati kecupan-kecupan yang Wang Yibo berikan pada belah bibirnya yang ranum.
Ciuman itu terputus ketika Zhao Liying mengingat tujuannya datang kemari. Wang Yibo yang tidak puas ingin kembali mempertemukan belah bibir mereka yang berpisah, tetapi sudah dihalangi oleh telapak tangan Zhao Liying yang lembut.
“Yibo, dengarkan aku ....” Zhao Liying tidak menyerah, dia harus membuat Wang Yibo untuk tidur bersama Xiao Zhan apa pun yang terjadi.
“Ya?”
Tiba-tiba sedikit ada keraguan di hatinya ketika dia melihat ke dalam mata Wang Yibo yang begitu tulus mencintainya. Zhao Liying seketika teringat dengan kata-kata Xiao Zhan sebelumnya. Dia termenung memikirkan apakah tindakannya ini benar atau salah.
“A Ying ....” Wang Yibo lagi-lagi memanggil namanya.
Setelah memikirkan banyak hal bahkan semua konsekuensi yang mungkin akan terjadi, Zhao Liying siap dengan membiarkan Wang Yibo untuk tidur bersama yang lain. Setidaknya orang lain hanya menerima tubuh Wang Yibo, tetapi tidak untuk cintanya.
Wang Yibo masih menatapnya dengan sangat lembut, Zhao Liying akhirnya mengatakannya, “Yibo, tidurlah bersama Zhan Zhan malam ini.”
BAB 05
Malam ini begitu dingin, nyaris seperti perasaannya saat ini. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi ketika mendapati sebuah permintaan yang lagi-lagi dari seseorang yang begitu dia cintai.
Sungguh Wang Yibo benar-benar tidak menyangka, bahwa istrinya sendirilah yang mendorongnya untuk pergi bermalam dengan yang lain. Dia menghela napasnya lelah, mendorong bahu Zhao Liying dengan sangat lembut untuk memberikan mereka berdua akses berbicara.
Wang Yibo yang tidak bisa lagi menyembunyikan rasa sakit dihatinya lalu tertawa pelan. "Kamu mengorbankan cintaku demi seorang anak? A-Ying, apa anak itu jauh lebih penting dariku? Katakan A-Ying... Tolong katakan yang sejujurnya, aku mohon." Pinta Wang Yibo memohon jawaban yang sampai saat ini telah mengganggu lubuk hatinya.
Zhao Liying hanya mampu memejamkan kedua matanya. Memilih untuk bungkam seolah-olah wanita itu telah mendadak bisu dan tuli.
Melihat Zhao Liying yang bungkam. Wang Yibo akhirnya kembali mendesahkan napasnya dengan sangat berat sekali lagi.
Dia sangat hapal dengan apa yang istrinya pikirkan, dan tanpa harus bertanya apa pun—dia seakan tahu apa jawabannya. Tetapi Wang Yibo sangat ingin mendengarkannya secara langsung. Ingin mendengarnya dari belah bibir wanita yang sangat dia cintai itu.
Wang Yibo lagi-lagi tersenyum dengan sangat lembut, dia lalu mengusap sebelah pipi kanan Zhao Liying. Sentuhan lembut itu membuat wanita itu kembali membuka kedua mata kecilnya yang sempat terpejam sangat rapat, dan itu sukses membuat kedua mata mereka kembali bertemu tatap lagi.
"Kau menginginkan anak kan?" Tanya Wang Yibo sekali lagi, suaranya bergetar dan napasnya yang terdengar memburu. "Baiklah, aku akan memberikannya padamu. Malam ini aku akan tidur dengannya, kembalilah ke kamar. Kau harus istirahat." Katanya sangat tenang, tetapi itu terdengar seperti sebuah pengusiran bagi Liying.
Dia tahu suaminya telah sangat kecewa dan sangat marah padanya malam ini. Setelah hampir tujuh tahun mereka bersama, ini kali pertamanya Zhao Liying merasa dirinya telah begitu rendah dan tidak tahu malu.
Rendah? Dia memang orang rendahan, dia hanyalah putri dari seorang kolega kecil yang beruntung dinikahi oleh orang besar seperti Wang Yibo. Menikah dengannya membuat Zhao Liying terkadang lupa diri kalau ia hanyalah benalu dan beban di hidup Wang Yibo yang sempurna.
Tidak ingin membuat Wang Yibo semakin marah dan kecewa lagi, Zhao Liying akhirnya memutuskan untuk pergi—meninggalkan Wang Yibo yang saat ini tengah dilanda rasa frustasi di ruang kerjanya sendiri.
Ketika Zhao Liying keluar, dia sudah disambut oleh beberapa pelayan. Mereka semua menunduk untuk menunggu perintah kembali. Zhao Liying memandang mereka semua sesaat sebelum bertanya kepada mereka.
"Bagaimana persiapannya?"
Salah seorang pelayan menjawabnya dengan perasaan sedih, "Semuanya sudah siap Nyonya. Tuan hanya perlu masuk ke dalam." Katanya dengan suara memelan diakhir kalimat.
Zhao Liying mengangguk paham, "Kalian semua sudah bekerja sangat keras hari ini. Kembalilah ke kamar masing-masing, kalian semua bisa beristirahat lebih cepat hari ini."
Mendengar perintah itu para pelayan merasa tidak enak hati. Mereka semua tahu hati Nyonya mereka saat ini sedang tidak baik-baik saja. Sejak pagi tadi Nyonya mereka sudah sangat gusar menyiapkan berbagai hal untuk tamu yang bahkan tidak bisa dikatakan seorang tamu.
Dari menyiapkan kamar terbaik, makanan bernutrisi, hingga menyiapkan kamar pengantin yang seharusnya ditempati Tuan dan Nyonya mereka. Para pelayan merasa ini semua sangat tidak adil untuk Nyonya mereka. Tetapi perintah adalah perintah dan itu mutlak untuk mereka laksanakan sebagai para pelayan di rumah ini. Mereka semua akhirnya kembali ke kamar masing-masing tanpa ada niat bantahan lagi.
Ketika Zhao Liying akan masuk ke dalam kamarnya, matanya tidak sengaja melirik pada pintu kamar tamu yang telah dia siapkan untuk Xiao Zhan tempati. Dia memandang pintu bercat putih itu untuk waktu yang lama, dan hatinya tiba-tiba saja merasa gelisah. Tetapi rasa kegelisahannya itu segera dia tepis dari hatinya. Dia percaya pada suaminya, percaya pada cinta Wang Yibo hanya miliknya seorang.
Zhao Liying akhirnya masuk ke dalam kamar dengan memegang teguh rasa percaya diri yang telah dia tanam dihatinya.
Pancuran air hangat yang berasal dari shower meluncur jatuh membasahi tubuhnya yang ringkih. Xiao Zhan membiarkan air hangat itu membasahinya. Untuk sesaat dia termenung, memikirkan apakah tindakannya ini benar atau salah.
Ya. Sekarang ini, dia memang sedang mempersiapkan dirinya untuk suami orang. Sangat lucu bukan?
Kemudian Xiao Zhan membuka pakaiannya yang basah oleh air. Begitu pakaiannya dibuka, terlihat sebuah perban kain meliliti dadanya dengan begitu sangat erat. Perban kain itu tak luput juga Xiao Zhan buka, menampakan kedua dadanya yang putih bersih telah mengkilap oleh air.
Tidak seperti pria lainnya yang memiliki dada tegas yang rata. Xiao Zhan malah memiliki dada yang cukup besar dan lembut seperti kebanyakan wanita dewasa. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, tetapi cukup besar dan mencolok ketika dilingkupi oleh kehangatan telapak tangan.
Xiao Zhan lalu memberanikan diri untuk menyentuh dadanya. Melihat pantulan dirinya pada cermin di depannya, Xiao Zhan sedikit tersipu. Awalnya dia tidak pernah mau melihat anggota tubuhnya yang satu ini. Jangankan untuk melihat, Xiao Zhan bahkan sangat membencinya. Itulah sebabnya kenapa perban kain itu meliliti tubuhnya yang ringkih.
Sekarang pandangannya turun ke bawah, pada celananya yang juga ikut basah. Xiao Zhan kemudian turut melucuti celananya sendiri menyisakan dalaman putihnya. Sedikit terbersit keraguan yang muncul dihatinya, tetapi mengingat dia sudah terlanjur mengiyakan permintaan Zhao Liying. Xiao Zhan akhirnya melucuti semua penghalang yang ada di tubuhnya.
Sekarang ini Xiao Zhan telah bertelanjang total. Xiao Zhan kembali melihat dirinya di cermin, dia menatap lekat pada anggota tubuhnya yang terdapat sedikit bulu-bulu halus. Sudah lama dia tidak mencukurnya, bukan karena dia orang yang tidak mencintai kebersihan, tetapi dia sengaja karena dia sangat benci ketika melihat anggota tubuhnya yang cacat.
Tetapi mengingat malam ini adalah malam keduanya bersama Wang Yibo. Xiao Zhan mau tidak mau melirik ke arah pencukur, kemudian dia membersihkan apa yang harus dia bersihkan. Mesin cukur itu berhenti beroperasi ketika Xiao Zhan mematikannya, dia lalu menyapu sedikit bulu yang tertinggal di sana hingga menampakkan wujud asli anggota tubuhnya yang cacat.
Sekilas anggota tubuhnya yang bawah tampak seperti wanita normal pada umumnya. Dia memiliki Labia yang mekar seperti kelopak bunga, Uretra, dan lubang Vagina. Tetapi yang membedakannya, itu terdapat pada klitorisnya yang sedikit lebih besar. Benar saja, anggota itu lebih tampak seperti Penis dengan ukuran yang sangat mungil dibandingkan klitoris.
Walau dia memiliki dua kelamin yang produktif, namun Dokter telah menyatakan bahwa dia adalah Lelaki. Tetapi Xiao Zhan juga memiliki rahim, uterus, serviks, ovarium dan saluran telur yang berkembang. Dia bisa saja melakukan operasi untuk membedah kelamin wanitanya, tapi sayangnya dia bukanlah orang mampu. Jangankan untuk operasi, untuk biaya makan saja dia kadang tidak mampu.
Xiao Zhan kembali memutuskan kontak matanya pada anggota tubuhnya yang cacat, dia malu, amat sangat malu yang kemudian berubah menjadi penyesalan; kenapa dia harus mencukurnya? Wang Yibo sudah pernah menidurinya sekali, jadi tidak masalah kalau benda itu tidak perlu sampai dicukur habis.
Xiao Zhan akhirnya memutuskan untuk berendam di dalam bathtub yang telah pelayan siapkan. Air hangat yang diberi aroma terapi membuat Xiao Zhan menjadi sedikit lebih rileks. Pijar lilin serta kelopak mawar berhamburan ketika Xiao Zhan keluar dari dalam bathtub. Dia segera memakai bathrobe-nya setelah berendam selama hampir satu jam.
Begitu Xiao Zhan keluar dari kamar mandi, dia dikejutkan dengan kamarnya yang telah dihiasi oleh kelambu serta kelopak-kelopak mawar yang disusun hampir sepanjang jalan menuju ranjangnya, belum lagi lilin-lilin aroma terapi yang sama seperti dikamar mandinya juga ikut disusun secara rapi. Hal ini membuat kamarnya menjadi sangat wangi namun temaram.
Xiao Zhan yang melihat itu hanya bisa menganga, dia tampak takjub untuk sementara waktu. Kakinya melangkah menyusuri kamarnya yang telah dihias bak putri Raja. Dia tidak pernah merasakan bagaimana rasanya diistimewakan seperti ini. Jadi, seperti inilah rasanya.
Di sampingnya sudah ada Wine mahal yang telah pelayan siapkan di atas meja kopi. Xiao Zhan akhirnya berhenti menyusuri kamarnya ketika dia melihat Lingerie merah yang Zhao Liying beri ada di atas ranjangnya. Xiao Zhan hanya bisa menghela napas berat, dia harus segera bersiap-siap sebelum Wang Yibo datang ke kamarnya.
Ketika kesetiaan dikalahkan dengan sebuah keinginan, ah bukan... Tetapi mimpi yang tidak pernah terwujud. Wang Yibo hanya bisa menertawai dirinya sendiri, yang begitu pasrah dan bodoh karena perasaannya yang tulus. Dia sangat mencintai Zhao Liying bahkan lebih dari dia mencintai dirinya sendiri. Namun malah dihancurkan dengan sebuah angan-angan yang semu.
Dia bisa saja mengadopsi dua atau tiga anak untuk mereka angkat jadi keluarga kecil, tetapi Zhao Liying begitu keras kepala, dia amat sangat mendambakan seorang anak yang merupakan hasil dari benih-benihnya. Hanya karena seorang anak kesetiaannya seperti telah dipertaruhkan. Wang Yibo hanya bisa pasrah. Dia tidak bisa melihat Zhao Liying menangis, karena ketika dia melihatnya menangis, dia juga ikut merasakan sakitnya.
Sudah hampir dua jam Wang Yibo merenung di ruang kerjanya, dia akhirnya memutuskan untuk menuju kamar Xiao Zhan.
Tok... Tok... Tok...
Ketukannya terdengar sangat canggung. Wang Yibo berusaha untuk sesopan mungkin, dia terus menunggu sampai Xiao Zhan menjawabnya.
"Ma-masuk,"
Wang Yibo akhirnya masuk ketika mendapati persetujuan oleh Xiao Zhan. Begitu Wang Yibo masuk, dia sama terkejutnya dengan Xiao Zhan tadi saat melihat hiasan kamar yang tampak seperti kamar pengantin.
"Ini?"
"Aku tidak tahu." Kata itu menarik atensi Wang Yibo dari melihat sekelilingnya. Dia lalu melirik ke arah ranjang yang ditutupi oleh kelambu.
Wang Yibo yang penasaran dengan di sebalik kelambu itu melangkah mendekat. Tetapi tiba-tiba saja dua sepasang kaki turun dari ranjang dan kemudian menampakkan dirinya. Untuk kedua kalinya Wang Yibo sangat terkejut.
Bagaimana ia tidak terkejut, pasalnya Xiao Zhan tengah berpakaian amat sangat terbuka dihadapannya. Dia hanya memakai Lingerie merah yang sangat tipis, Wang Yibo bahkan bisa melihat permukaan kulit Xiao Zhan yang mulus. Tetapi lebih dari itu semua, Wang Yibo tampak sedikit penasaran dengan sesuatu hal. Ya, sesuatu yang menonjol di dada Xiao Zhan.
"A-apa yang kau lihat!" Menyadari apa yang Wang Yibo lihat membuat Xiao Zhan menutupi kedua dadanya, dia merasa sedikit malu ditatap seperti itu oleh Wang Yibo.
"Maaf."
"Tidak apa-apa, tidak masalah."
Untuk sementara waktu hanya ada keheningan di antara mereka berdua. Siapa yang tidak akan canggung—bila bersama orang yang tidak akrab berada di satu tempat yang sama. Semua orang akan merasa canggung bukan?
Wang Yibo memilih untuk duduk di sofa, dia mengatur perasaannya agar tetap waras. Sebenarnya, dia kemari hanya ingin bernegosiasi dengan Xiao Zhan. Dia tidak ingin menghabiskan malam bersama, cukup hanya sekali dia melakukan itu, dan malam itu pun telah dia anggap sebagai sebuah kecelakaan.
Xiao Zhan tahu Wang Yibo tidak ingin melakukan ini. Dia pria yang setia dan Xiao Zhan mengakui itu. Karena pada saat malam itu pun yang dibayangkan Wang Yibo hanyalah Zhao Liying. Xiao Zhan menghela napas panjang untuk sesaat, kemudian melangkah mendekat ke arah dimana Wang Yibo duduk.
Dia duduk disebelah Wang Yibo, meraih Wine mahal itu dan menuangkannya di gelas. Xiao Zhan merasa dia seperti telah melakukan pekerjaannya di Bar. Mengantar minuman dan menuangkannya untuk pelanggan.
"Aku tahu Gege tidak ingin melakukannya."
Wang Yibo mengerutkan keningnya ketika mendengar kata 'Gege' dari Xiao Zhan. "Gege?"
Sadar dengan apa yang baru saja dia katakan, Xiao Zhan buru-buru meminta maaf. "Maaf, aku hanya bingung memanggilmu dengan sebutan apa, Tuan Wang"
"Kau boleh memanggilku Gege. Sebutan Tuan Wang itu sangat canggung, kita akan bersama untuk beberapa bulan ke depan, panggilan Gege aku rasa tak masalah." Jawab Wang Yibo enteng lalu menyambar gelas Wine yang telah Xiao Zhan tuangkan.
Dia meneguknya dengan perlahan-lahan, mencicipi cita rasa yang turun mengaliri tenggorokannya.
"Zhan,"
"Ya?"
Keadaan kembali hening untuk sesaat. Xiao Zhan memberikan waktu bagi Wang Yibo untuk melanjutkan isi hatinya. Dia tahu sekarang ini perasaan pria itu tengah kalut hingga dia bahkan tidak bisa jujur pada dirinya sendiri. Xiao Zhan sangat paham, dia sudah beberapa kali menemui orang seperti Wang Yibo, yang mempunyai masalah lalu mengobati dirinya dengan bersenang-senang di Bar.
Sudah beratus-ratus kali dia menjadi pendengar yang baik bagi para pelanggannya. Dia sama sekali tidak masalah, karena dengan begitu dia akan mendapatkan bayaran yang lebih.
Wang Yibo menaruh gelasnya kembali ke meja kopi. "Apa aku bukan suami yang baik?" Suaranya terdengar parau. Entah itu efek dari Wine atau memang dia tengah menahan rasq sakit di hatinya, Xiao Zhan tidak tahu.
"Kau suami yang baik, Ge."
"Kalau aku suami yang baik, lantas kenapa Liying masih saja merasa kurang dengan segala yang aku berikan? Kenapa dia masih saja belum puas?" Jawabnya lagi, mengeluarkan semua pertanyaan-pertanyaan yang sempat mengganjal di hatinya.
Xiao Zhan tidak bisa berkomentar apa pun, dia masih membiarkan pria itu melanjutkan perkataannya.
"Hanya karena seorang anak, dia sampai rela menukar kesetiaanku padanya. Bukankah itu lucu, Zhan?" Wang Yibo kembali meraih botol Wine-nya lalu meneguknya hingga tandas, kemudian dia mengusap bibirnya yang basah dengan kasar.
"Ge, hentikan. Kadar alkoholnya sangat tinggi. Kau bisa mabuk." Xiao Zhan mencoba merebut botol Wine itu. Sebelumnya dia memang sempat melihat-lihat Wine di dalam Ice Bucket itu, dan keterangannya menunjukkan kadar alkohol 70%.
"Biarkan aku minum."
"Tidak, Ge! Hentikan, Wine ini akan merusak tenggorokanmu." Xiao Zhan berhasil merebut botol itu, lalu menyembunyikannya dibelakang sofa.
Wang Yibo tidak bisa merebut botol itu kembali, alkohol itu sudah membuatnya mabuk. Dia terdiam, menatap meja kopi dengan pandangan kosong.
Xiao Zhan mencoba untuk memanggil, "Ge...?" Namun tidak ada respons.
Dia mencoba sekali lagi, kali ini dengan menepuk pundaknya yang lebar. "Ge... Apa kau mende—"
Belum selesai Xiao Zhan mengucapkan kata-katanya, Wang Yibo sudah lebih dulu berbalik memeluk Xiao Zhan.
Xiao Zhan terkejut, matanya membulat dengan sangat sempurna. Bagaimana dia tidak terkejut? Wang Yibo memeluknya secara tiba-tiba tanpa memberinya peringatan lebih dulu.
"A-Ying... Aku sangat mencintaimu." Ujar Wang Yibo dengan isak tangisnya.
Xiao Zhan membiarkan pria itu menangis dipelukannya. Hatinya melunak dan tidak tega mendorong Wang Yibo untuk menjauh. Tangannya yang kosong tanpa sadar bergerak mengelus punggung tegap itu.
Xiao Zhan tersenyum sangat lembut, "Aku tahu... Aku tahu."
Pelukan yang tadinya damai kini berubah menjadi sedikit lebih panas. Wang Yibo tiba-tiba saja mengendus perpotongan leher Xiao Zhan yang jenjang. Dia masih mengendus, menghirup aroma Vanila yang keluar dari tubuh Xiao Zhan.
"Eung... G-ge... Hentikan." Erang Xiao Zhan, mencoba menolak dengan mendorong dada Wang Yibo. Seberapa kuat pun Xiao Zhan mendorong, tubuh Wang Yibo tidak juga bergerak menjauh. Akhirnya yang bisa dia lakukan adalah pasrah dan menerima semua tindakan pasif Wang Yibo.
Mendapatkan perlakuan seperti ini tentu saja membuat wajah Xiao Zhan memerah, napasnya bahkan terasa putus-putus saat ia meraup oksigen yang berada disekitarnya. Benda lunak tak bertulang itu sudah membasahi lehernya hingga naik ke atas tengkuk, menjilat dan menyesapnya dengan bantuan giginya yang rapi. Xiao Zhan merasa tubuhnya sangat panas dan terbakar oleh rangsangan yang diberikan Wang Yibo kepadanya.
Jilatan yang tadinya berada di tengkuk kini merambat naik pada telinganya yang sudah memerah. Lidah panas itu mencoba menerobos masuk ke dalam lubang telinganya, membuat Xiao Zhan kembali mengerang.
"Ge... Hentikan... Ahh..." Xiao Zhan memekik.
Wang Yibo melepaskan pusat perhatiannya pada telinga Xiao Zhan. Dia melihat mata Xiao Zhan yang telah sayu karena perbuatannya.
"Ge..." Panggil Xiao Zhan dengan suara.
Suara Xiao Zhan yang sengau terdengar sangat candu. Wang Yibo tidak bisa lagi menahan keinginan binatang buas di dalam dirinya.
Entah siapa yang memulainya lebih dulu, tetapi kedua pasangan itu sudah saling memagut bibir satu sama lain untuk waktu yang lama, suara kecipak yang berasal dari bibir mereka saling menyahut bagaikan melodi indah yang syahdu. Wang Yibo menggerakkan tangannya menahan tengkuk Xiao Zhan untuk memperdalamkan ciuman mereka. Hisapan-hisapan yang tadinya lembut kini mulai semakin menuntut.
Xiao Zhan merasa pasokan oksigen di dadanya semakin menipis, dia butuh oksigen. Xiao Zhan lalu mencoba untuk menepuk dada bidang Wang Yibo, memberitahu pria itu untuk melepaskan dirinya. Tahu Xiao Zhan membutuhkan oksigen, Wang Yibo akhirnya melepas tautan bibir mereka dengan sangat tidak rela. Ketika tautan bibir mereka terlepas, napas Xiao Zhan terlihat tersengal-sengal, dia membiarkan Xiao Zhan untuk meraup oksigen sebanyak yang dia mampu.
Bibir tipis itu yang tadinya berwarna merah cerah kini berubah menjadi merah darah, bahkan membengkak dengan tidak wajarnya. Wang Yibo benar-benar telah menghisapnya dengan sangat bersemangat dan membabi buta, seolah tidak ada hari untuk esok.
Xiao Zhan menunduk, dia sangat malu ketika Wang Yibo melihatnya secara intens. Tatapannya begitu tajam, layaknya seekor elang yang tengah mengintai mangsanya untuk disantap.
Wang Yibo mendorong tubuh Xiao Zhan ke sofa, membuat punggungnya terbentur cukup kuat. Perlakuan Wang Yibo yang mendadak sontak membuat Xiao Zhan terkejut. Tetapi keterkejutannya segera dia singkirkan begitu Wang Yibo mengelus wajahnya dengan sangat lembut dan penuh cinta.
Hatinya semakin terasa hangat. Dia sudah benar-benar jatuh, jatuh terlalu dalam. Tenggelam, dan tak bisa kembali naik ke atas permukaan. Untuk saat ini, biarlah waktu yang akan menyadarkannya bahwa faktanya dia adalah ibu pengganti yang pria ini sewa.
Tbc….

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
