Mystery Diary - Chapter 1

13
1
Deskripsi

Hari ini kelas Jeeva dan Juno kedatangan seorang murid perempuan. Namanya Yasmin Amara, usia 17 tahun, pindahan dari kota. Melihat gadis itu, seluruh murid terpukau dengan pesonanya yang cantik. Namun, berbeda dengan Jeeva dan Juno yang merasakan ada hal lain yang berbeda dari gadis itu.

©2022 WillsonEP Seluruh hak cipta dilindungi undang-undang

Terbit : 21 September 2022

Chapter 1 | Murid Baru

Tahun ajaran baru dimulai dua pekan lalu. Jeeva dan Juno tengah mengobrol di kelas sambil menunggu pelajaran dimulai. Beberapa saat kemudian, bel masuk berbunyi. Siswa dan siswi kelas tersebut langsung mengambil posisi duduk masing-masing dikarenakan wali kelas mereka, Rosana tiba-tiba memasuki kelas lebih cepat dari biasanya.

“Selamat pagi, Anak-Anak.”

“Selamat pagi, Bu.”

“Hari ini kelas kalian kedatangan murid baru. Jadi Ibu minta perhatiannya sebentar sebelum kalian memulai pelajaran. Nak, silakan masuk dan perkenalkan dirimu.”

Selang beberapa saat, murid baru tersebut mulai melangkahkan kakinya memasuki kelas. Begitu murid baru tersebut memasuki ruangan, seluruh murid terkagum-kagum melihat pesonanya. Ia terlihat sangat anggun. Ya, murid barunya adalah seorang perempuan.

“Terima kasih, Bu. Halo, semuanya! Perkenalkan nama saya Yasmin Asmara, 17 tahun, pindahan dari kota. Salam kenal. Mohon bantuannya.”

“Salam kenal, Yasmin. “

“Baiklah, perkenalan lebih lanjut dapat kalian tanyakan nanti saat jam istirahat. Yasmin, sekarang kamu bisa pilih tempat duduk yang kosong ya!”

“Baik, Bu.”

Yasmin melangkahkan kakinya mendekati kursi kosong tepat di antara Jeeva dan Juno.

“Boleh aku duduk di sini?”

“Tentu saja, silakan.”

“Kosong ‘kan?”

“Iya, aku duduk sendiri.”

Thanks ya!”

“Sama-sama.”

Yasmin mengambil posisi duduk semeja dengan pria yang barusan ia ajak mengobrol.

“Aku Yasmin. Nama kamu siapa?”

“Aku Jeeva Alandra.”

“Salam kenal. Oh, iya kalau kamu?” tanya Yasmin pada pria di sebelah kanannya.

“Aku Juno Alandra. Kembarannya Jeeva.”

“Aku tahu. Wajah kalian benar-benar mirip. Salam kenal ya, Juno. Aku Yasmin.”

“Iya, semoga kamu betah ya bersekolah di sini.”

Pelajaran pun dimulai. Bu Rosana langsung meminta semua murid untuk membuka buku paket.

“Boleh bukunya di tengah?” pinta Yasmin. “Aku belum ada bukunya,” lanjut perempuan itu.

“Boleh, silakan.”

—oOo—

Bel istirahat berbunyi. Seluruh murid SMA Kembang Sakti mulai berhamburan keluar dari kelas masing-masing untuk menikmati jam istirahat mereka. Ada yang ke kantin, perpustakaan, toilet, dan sebagainya. Sementara itu, Jeeva, Juno, serta Yasmin masih berada di kelas.

“Yas, mau ke kantin bareng? Sekalian kamu mengenal kantin sekolah ini. Makanannya enak-enak loh.”

“Mungkin lain kali ya, Jeeva. Hari ini aku bawa bekal dari rumah.”

“Oh, gitu. Ya sudah, aku ke kantin dulu sama Juno ya! Kamu nggak apa-apa sendirian di sini?”

“Nggak apa-apa kok.”

“Ya sudah, Kami permisi ke kantin dulu ya! Jee, ayo! Aku sudah lapar banget.”

“Iya, silakan.”

Jeeva dan Juno keluar ruang kelas meninggalkan Yasmin sendirian di dalam kelas.

“Jee, kamu merasakan ada aura yang berbeda pada diri gadis itu?”

“Ya, dia sangat cantik. Aku sampai terpesona dengan kecantikannya.”

Juno tak segan-segan menoyor kepala Jeeva.

“Bukan itu maksudku… Kamu ini diajak ngomong serius malah bercanda.”

“Ya, aku merasakannya juga. Nggak usah terlalu dipikirkan, Jun.”

“Aku merasakan gadis itu sedang diawasi sesosok makhluk.”

“Hmm… masa sih? Aku nggak bisa merasakannya. Mungkin kamu salah.”

“Benar juga. Mungkin hanya perasaanku saja. Ya sudah, ayo kita ke kantin. Makan apa hari ini?”

“Nasi Kuning Bu Ratna?”

“Ide bagus, ayo kita ke sana!”

“Sebentar aku ke toilet dulu. Kamu duluan aja.”

Jeeva bergegas pergi ke toilet untuk buang air kecil. Sementara itu, Juno pergi ke kantin untuk memesan dua porsi nasi kuning pada Bu Ratna.

“Bu Ratna, seperti biasa ya! Nasi kuning dua porsi.”

“Siap, Nak Juno. Telurnya dibanyakin ‘kan?”

“Iya, Bu. Seperti biasa.”

“Beres. Biar Ibu siapkan dulu ya. Oh, iya Nak Jeeva nya mana?”

“Dia lagi ke toilet. Sebentar juga ke sini.”

“Oh, gitu.”

Di sisi lain, Jeeva baru saja selesai buang air kecil. Ia keluar dari bilik untuk mencuci tangan. Saat sedang mencuci tangan, tiba-tiba ia merasakan lehernya sangat panas hingga akhirnya ia memuntahkan darah.

“Muntah darah? Aku kena teluh? Kali ini siapa yang meneluhku?”

Beberapa saat kemudian, Jeeva mendengar suara-suara tanpa wujud.

“Jauhi dia… Jauhi dia… Jauhi dia… Atau kamu akan menyesal!”

“Jauhi siapa? Siapa kau?”

Tak ada jawaban.

“Jee, kamu kenapa teriak-teriak seperti itu? Lihat makhluk-makhluk kasat mata lagi?” tanya Pak Ridho yang baru saja keluar dari bilik.

“Maaf, Pak. Tadi aku mendengar suaranya saja.”

“Ya, tidak apa-apa. Bapak ngerti kamu punya kelebihan itu. Bapak jadi pengen buka mata batin. Kelihatannya seru juga ya bisa lihat mereka! Mereka seram-seram nggak, Jeeva?”

“Beragam, Pak. Ada yang seram banget, ada juga yang biasa aja.”

“Oh, ya? Kalau dibandingkan sama di film-film horor lebih serem mana?”

“Lebih serem aslinya, Pak. Lebih baik Bapak nggak usah coba-coba deh. Ini bukan urusan main-main.”

“Oh, iya itu bibir kamu kenapa? Kena teluh lagi?”

“Iya, Pak.”

“Walah, makanya jaga sikapmu, Jee. Jangan bikin orang lain sakit hati dan tersinggung. Jadi kena teluh seperti ini ‘kan. Siapa yang meneluhmu?”

Jeeva menggeleng.

“Saya juga nggak tahu, Pak. Terima kasih atas nasihatnya. Saya permisi ke kantin dulu ya! Juno sudah menunggu saya.”

“Oh, gitu. Ya sudah, Bapak juga mau balik ke ruang guru. Mau makan bekal istri saya.”

Jeeva berlalu menyusul saudara kembarnya ke kantin.

“Kamu kenapa lama sekali, Jee? Kamu baik-baik saja ‘kan? Kok mukamu pucat seperti itu? Kamu sakit?”

“Aku kena teluh lagi.”

“Lagi? Siapa yang kali ini meneluhmu? Sering sekali kamu kena teluh.”

Jeeva menggeleng. “Aku tidak tahu.”

“Ya, sudah. Kamu minum dulu tehnya.”

Juno menyodorkan segelas teh hangat kepada Jeeva.

“Bagaimana kondisimu sekarang? Apa mau aku antar pulang saja?”

“Nggak perlu. Aku sudah baik-baik saja sekarang.”

“Kamu yakin?”

“Yakin. Ini bukan yang pertama juga ‘kan aku kena teluh. Teluh bukan sesuatu yang aneh di sini.”

“Makanya kamu harus bisa menjaga sikap. Ingat, kalau teluhnya mematikan bagaimana? Kamu mau bikin aku dan Ayah khawatir?”

“Tidak, aku akan berusaha menjadi lebih baik.”

“Ya sudah, sekarang makan nasi kuningmu. Nanti keburu bel.”

“Iya, Jun.”

—oOo—

Bel pulang sekolah berbunyi tepat pukul 15.00. Murid-murid SMA Kembang Sakti langsung berbondong-bondong keluar dari kelas masing-masing. Mereka memutuskan untuk langsung pulang seperti biasanya.

“Kenapa mereka buru-buru sekali pulangnya?” tanya Yasmin heran melihat teman-teman yang lain langsung bergegas pulang. Biasanya sepulang sekolah, banyak murid memilih untuk nongkrong-nongkrong santai terlebih dahulu di sekolah.

“Di sini berbeda, Yas. Pasti kamu heran ya? Kampung Kembang Sakti ini adalah gudangnya misteri dan ilmu-ilmu sakti. Mungkin kamu nggak akan percaya akan hal ini. Warga kampung harus sudah berada di rumah sebelum pukul lima sore. Kalau tidak…”

“Kalau tidak? Mereka kenapa?”

“Biar Juno yang lanjutkan.”

“Kenapa jadi aku? Kenapa bukan kamu yang lanjutkan?”

“Aku haus mau minum.”

Yasmin tersenyum kecil.

“Ya sudah, minum dulu saja. Baru lanjut ceritanya.”

Jeeva meraih botol minumnya dan meneguk isinya hingga habis.

“Aku lanjut ya! Alasannya jika sebelum pukul lima sore mereka belum tiba di rumah, mereka akan hilang dan tidak akan pernah kembali!”

“Hilang? Mereka hilang ke mana?”

Jeeva menggeleng. “Aku juga tidak tahu. Masih menjadi misteri, Yas.”

“Semua itu benar, Yas. Sekarang lebih baik kita pulang. Rumahmu di mana? Biar kami antar,” tawar Juno.

“Tidak jauh dari sini. Yakin kalian mau antar aku? Apa tidak merepotkan?”

“Tidak sama sekali. Ayo!”

Mereka bertiga mulai melangkahkan kaki meninggalkan sekolah. Di perjalanan mereka mengobrol banyak hal. Yasmin meminta beberapa nasihat apa saja yang harus diperhatikan dan ditaati sebagai pendatang baru di kampung tersebut. 20 menit berlalu. Mereka tiba di kediaman Yasmin.

“Terima kasih ya sudah antar aku pulang. Terima kasih juga atas nasihat-nasihatnya. Ternyata banyak juga ya yang harus diperhatikan sebagai pendatang baru di sini.”

“Sama-sama, Yas. Sekarang kamu masuk ke dalam. Kami harus segera pulang.”

“Kalian masih keburu ‘kan untuk pulang ke rumah? Aku khawatir kalian ikut hilang juga gara-gara antar aku pulang.”

“Tenang, Yas. Masih ada waktu kok. Rumah kami pun tidak jauh dari sini.”

“Syukurlah, kalau begitu.”

“Jun, ayo pulang! Aku nggak mau hilang.”

“Iya, Jee. Yas, kami pamit sekarang ya! Hari sudah semakin gelap.”

“Oke, oke. Kalian hati-hati di jalan. Sampai jumpa besok.”

Bersambung… ©2022 WillsonEP

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Mystery Diary
Selanjutnya Mystery Diary - Chapter 2
10
0
Keesokan harinya. Kelas XI-IPS 1 baru saja selesai mengikuti pelajaran olahraga. Saat para murid sedang berganti pakaian di ruang ganti, tiba-tiba beberapa murid laki-laki mengalami kejang-kejang sambil berteriak tidak jelas. Mereka kerasukan! ©2022 WillsonEP Seluruh hak cipta dilindungi undang-undangTerbit : 23 September 2022
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan