Hello Again! - 1

5
0
Deskripsi

Bab 1 : Andrian Asegaf Mahardika

 

 

Lovia Oetomo (28), menjanda selama 2 tahun dan masih sangat mencintai mendiang suaminya, Prasetya Kurniawan Oetomo. Namun, hingga suatu saat perusahaan milik mendiang suaminya yang ditangani oleh sepupu Pras di ujung kebangkrutan, Lovia harus menerima perjodohan yang diminta oleh perusahaan dari keluarga Mahardika.

Andrian Asegaf Mahardika (37) dulunya adalah tetangga Lovia. Saat Andri masih menyandang status mahasiswa.

Sekarang, Andri adalah seorang duda yang bercerai...


"Kamu pulang jam berapa semalam?" Mami—ibu negara mulai interogasi.

"Biasa kok," gue jawab singkat tapi tidak jelas tentunya.

Menjawab secukupnya—tapi tidak menjelaskan secara rinci, sehingga menghindari kemungkinan berbohong. Noted!

"Kamu, tuh ya kebiasaan, ngapain coba pulang jam empat pagi? Orang lain jam segitu, siap-siap buat sholat subuh, tapi kamu malah baru pulang, pake mabok lagi." Mami memulai tausiyahnya macam mamah Dedeh curhat dooong.

Gue diam aja, seraya minum kopi dan makan roti yang udah dibuatin sama si ibu negara satu itu yang lagi tausiyah. Mulutnya nyerocos kemana-mana, tangannya bisa gitu sambil ngolesin selai cokelat ke roti tawar buat gue.

Kadang gue bingung sama makhluk bernama perempuan ini, multitasking sekali mereka.

"Jawab Andri!" Ibu negara mulai kesel.

"Apaan yang mau dijawab lagi sih, Mi?" Jujur, gue enggak dengerin beliau ngoceh. Kepala gue masih pusing, semalam gue minum banyak lagi. Untung aja gue selamat sampe rumah.

"Mami bakal cariin kamu istri baru lagi, biar kamu enggak kelayapan kayak gini terus. Udah tua tapi kelakuan kayak remaja labil." Mami pergi gitu aja seraya membanting pisau oles roti yang sejak tadi beliau pegang.

Ah, gue males berkomitmen lagi. Gue lagi menikmati masa lajang gue. Udah tiga tahun gue lajang, alias duda. Pernikahan gue singkat, cuma berjalan sembilan bulan. Udah kayak lagi hamil aja, pas waktunya sembilan bulan.

Gue langsung pergi ke kamar dan mandi. Sumpah, badan gue bau banget. Bau alkohol, asap rokok dan yang pasti ada bau parfum cewek malam yang semalam habis gue pake.

"Kamu mau ke mana lagi?" Kali ini bapak negara yang nanya pas gue keluar kamar dengan pakaian rapi.

"Mau keluar bentar doang," jawab gue santai.

"Andri, papi harap kamu dengerin mami kamu. Dia udah senewen terus seminggu ini lihat kamu bertingkah seperti remaja. Jangan bikin mami kamu khawatir terus," papi mulai memberitahu.

Ya, si papi nih orangnya kalem, bijak. Berbanding banget sama si ibu negara, yang mulutnya bisa nyerocos dua jam dan gerak-gerak aktif banget. Gue enggak tahu kenapa mereka berdua bisa cocok gitu?
Padahal kepribadian mereka sangat bertolak belakang.

Gue anaknya malah cerai, nikah kilat cuma sembilan bulan. Sedangkan mereka bisa sampai setua ini, masih rukun dan awet aja.

"Iya pi. Andri pergi dulu," ucap gue langsung ngeloyor keluar.

Gue langsung masuk mobil kesukaan gue, si seksi Mercy hitam gue. Warna hitamnya gue ganti ke doff, udah kayak batman deh.

Gue mulai menjalankan si seksi ini menuju rumah sahabat gue. Dari pada gue puyeng di rumah cuma denger tausiyah si mami, mending gue nyari udara segar. 
Bukannya mau ngelawan orang tua, justru gue cabut karena menghindari kemungkinan melawan si mami. Gue sayang banget sama mereka berdua, tapi kalau tiap hari diocehin, kuping gue juga panas dengernya.

Gue udah sampai di rumah Mario, sohib gue yang paling bener kayaknya diantara kita berempat. Bukan berarti yang tiganya—termasuk gue enggak bener. Cuma level benernya si Mario di atas kita semua.

Gue langsung masuk ke ruang tamunya dan mendaratkan bokong gue di sofa nyamannya. Rumahnya nyaman banget, hangat, homey. Dulu gue juga punya impian pengen punya keluarga kecil yang bahagia.

"Ngapain, sih lo Minggu pagi gini ngerecokin rumah gue?" Mario keluar dari kamarnya masih dengan rambut acak-acakan. Kayaknya dia baru bangun juga.

Kamarnya sekarang pindah di lantai bawah, karena Mika—istrinya lagi bunting gede. Dia takut si Mika jatuh dari tangga lagi kayak kejadian dua tahun lalu saat Mika sedang mengandung anak pertamanya dan akhirnya mereka kehilangan si calon baby-nya itu.

"Udah elo tidur aja lagi, gue sendirian aja di sini. Puyeng gue di rumah."

"Gue juga baru tidur nih!" Mario menguap.

"Ngapain lo semalam?" tanya gue penasaran.

"Semalam jam dua pagi, si Mika ngajak tempur. Gue tolak, malah nangis kayak bocah. Jadinya baru tidur kita tadi jam enam," jelas Mario.

"Jirr! Si Mika ganas amat."

"Ibu hamil tuh ganas." Mario masuk kembali ke kamar meninggalkan gue sendirian.

Gue di rumah Mario juga udah biasa, berasa rumah kedua. Mbok Jum datang nganterin kopi.

"Ini Den Andri kopinya, kalau mau sarapan, ke meja makan aja ya. Mbok udah bikin nasi goreng," jelas Mbok Jum.

"Iya Mbok, nanti saya ambil sendiri. Saya mau nonton dulu di sini," jawab gue.

"Iya, Mbok pamit dulu ya mau belanja."
Si mbok akhirnya meninggalkan gue di sini sendiri.

Gue sibuk nyari channel tv yang bagus, masih pagi apaan yang mau ditonton?
Akhirnya gue nonton aja peragaan busana cewek-cewek bule yang seksi.

Lagi serius nonton, ponsel gue berdering.

"Apaan?" Gue.

"___"

"Gue di rumah si Mario."

"___"

"Oke."

Ponsel langsung gue tutup dan fokus nonton lagi, menikmati body seksi cewek-cewek bule di televisi.

* * * * *
 

"Ada masalah lo?" Suara Miko.
 

Sejam setelah telepon, Miko datang juga ke rumah Mario bersama Nathan. Membawa makanan dan minuman manis banyak banget.

Mario sudah mandi dan duduk bersama kami di ruang keluarganya. 
Mika lagi di dapur, nyemilin buah. Kerjaan ibu hamil satu itu cuma makan aja sepanjang gue di sini.

"Mika di mana?" Miko bertanya pada Mario.

Nah, mulai deh perang sengit.
 

"Ada lagi makan buah," jawab Mario.

Miko mengambil sebuah paper bag yang isinya sudah pasti kue. Miko rajin banget beliin si Mika kue. Dia dulu naksir si Mika, tapi Mika lebih milih si Mario.
Dan, si Mario masih aja cemburu sama si Miko walau istrinya lagi bunting gede gitu.

"Mau ke mana lo?" Mario curiga dengan gelagat Miko yang membawa paper bag itu ke ruang makan.

"Nyamperin Mika, gue bawain dia ini." Miko mengangkat tangannya yang sedang membawa paper bag itu.

"Jangan beliin Mika kue manis-manis terus, enggak bagus buat ibu hamil. Lagian juga, enggak usah sok perhatian sama bini orang." Mario udah cemberut.
 

Miko tergelak, “Like a boy.”
 

Miko tetap berjalan menuju ruang makan, dimana Mika sedang duduk di meja makan seraya memakan buah. 

Mario udah bete mukanya.

"Lo tenang aja Mar, Miko enggak segila itu bawa kabur bini orang yang lagi bunting gede," gue nimpali.

"Kalo dia seperhatian kayak gitu terus, Mika bisa-bisa membandingkan gue dengan Miko," balas Mario.

Oooh, ternyata suami satu ini takut tersaingi oleh sahabatnya sendiri. 
Gue senyum-senyum aja dengar penjelasan si Mario.

Kami di sini mendengar gelak tawa Mika dengan Miko yang sedang berada di ruang makan. 

Mario makin enggak senang dengernya.
Gue dan Nathan saling pandang dan hanya senyum-senyum menikmati ke-bete-an si Mario.

Gue enggak habis pikir, sampe segitunya sama bininya. Dulu gue sama mantan istri gue enggak sampai cemburu gitu.
Bahkan, dia punya teman pria banyak, gue biasa aja. Sampai akhirnya gue tahu kalo dia selingkuh di belakang gue dengan salah satu teman prianya itu.

Oke, mungkin itu kecerobohan gue karena memberikan kesempatan hal itu terjadi. Sampai saat ini, gue enggak berminat nikah lagi. Gue sedikit membenci cewek cantik, rata-rata yang cantik pasti selingkuh.
Karena mereka punya modal. 

Modal wajah yang cantik.
 

🤵❤️👰
 


 

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Ceritaromansa
Selanjutnya Hello Again - 2
2
0
Bab 2 : Dijodohin
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan