KH Zainuddin MZ Paparkan Resep Agar Hidup Tidak Dalam Kerugian

4
1
Deskripsi

SETIAP orang dalam kehidupan ini, senantiasa berusaha meraih dan mencari sesuatu yang mendatangkan keuntungan. Setidaknya keuntungan bersifat moril.

Demikian ditandaskan "Dai Sejuta Umat": KH Zainuddin MZ dalam ceramahnya saat masih sugeng (baca: hidup).

"Ini berarti bahwa setiap orang pun dalam hidup ini, selalu berusaha menghindari hal-hal yang bisa membawa kepada kerugian. Sekurang-kurangnya kerugian yang bersifat moril," jelasnya.

Apa yang mendatangkan keuntungan?

Apa pula yang membawa kerugian?...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Gus Baha Kritik Sufi Zaman Now
3
0
DALAM rentetan panjang ceramahnya, Gus Baha sempat bahas Sufi. Penjelasannya diawali tentang orientasi dunia dan akhirat.Dijelaskan Gus Baha, seperti yang pernah disampaikan Ubay Bin Kaab:Anda masuk surga karena apa?Lalu masuk neraka karena apa?Dapat ridho Allah karena apa?“Kamu bisa masuk surga karena kenanangan di rumah ini, karena dunia ini. Karena sujud kamu, karena kebaikan kamu,” tandas Gus Baha atau KH Ahmad Bahauddin.Dijelaskan, Allah merefrensi amal di kehidupan dunia ini. Masuk surga, karena sujud di dunia ini. Masuk neraka juga karena keangkuhan di dunia ini.“Dunia ini adalah takaran. Semua refrensi tentang Tuhan itu merujuk kelakuan kita di dunia. Sehingga kalau masuk surga itu karena kebaikan kamu di dunia. Jangan kritik dunia ini, karena dunia ini tempat sujud.”Kalau orientasinya kebesaran untuk menegakkan kalimat Allah, lanjutnya, maka itu tidak termasuk dunia. Tetapi jika orientasinya akhirat tapi motifnya adalah kemalasan, itu yang benar-benar dunia.“Makanya Imam Syafii sering mengkritik tasawuf: ilmu tasawuf itu basiknya karena pemalas,” jelasnya seperti ceramahnya di channel Youtube Ngaji Ben Aji Official dengan judul Hati yang Gelap.“Misalnya tadi, begini, ini contoh paling gampang.”Zaid itu tinggal di daerah pinggiran. Di sana Islam itu minoritas. Terus Zaid ingin kaya raya. Supaya bisa mendirikan masjid atau komunitas Islam.Atau dia ingin menjabat sebagai lurah. Supaya tidak ada pelarangan orang shalat, karena punya otoritas bikin aturan.Atau mungkin cangkupan lebih besar. Zaid ingin jadi bupati. Supaya daerahnya familier dengan Islam, karena pejabatnya muslim.“Itu bukan orientasi dunia, karena tujuannya untuk mengawal sujud, mengawal kebenaran.”Tapi kalau tinggal di pinggiran, memilih sendirian. Sedikit-sedikit karena takdir Allah, meninggalkan aktivitas dakwah. Itu adalah dunia.“Karena motivasinya adalah malas dari mewarnai buminya Allah ini dengan sujud. Ini banyak orang sufi yang salah paham. Makanya orang sufi harus ngaji fikih.”Ditandaskan, orang Sufi dingatkan orang alim, orang ahli fikih: kalau menyimpan ilmu itu haram. Tidak memberi kontribusi orang sujud adalah haram. Tidak memberi pencerahan pada umatnya nabi adalah haram. Menikmati keasikan ingat Allah secara sendirian juga haram.“Dia harus diingatkan gitu terus, kalau tidak? Itu bahaya bagi agama ini. Makanya dulu itu, tidak ada ulama Sufi yang tidak ngaji fikih. Sekarang kebalikan, fikih dianggap hanya kulit, dirinya sudah dapat hakikat. Sembrono. Engko tak tobatno tenan,” jelasnya panjang lebar.“Itu bahaya. Faham seperti itu bahaya.”Karena sekarang itu, lanjutnya, Sufi menjadi identitas kesalehan. Bila makomnya sudah Sufi, rasa-rasanya sudah di atasnya fikih. Ini bahaya. Karena sufi itu akan mengkritik dunia sepedas-pedasnya. Kemudian ujung-ujungnya meninggalkan dunia.“Dia happy-happy asik, mek pengeran deweaan.”Dampaknya, tuturnya, membiarkan umat nabi berserakan. Dia tidak memberikan kontribusi sekali. Tidak amar makruf nahi munkar. (TitahKita)(DUKUNG TULISAN INI)
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan