
"Jika terbukti, kamu menjalin hubungan dengan Mina lagi,
aku tidak akan segan-segan melaporkan ini pada orang tua
kamu! Agar karir kamu pun hancur karena ulah kamu sendiri!"
ucapnya mengancam lelaki itu.
Jungkook mengangguk dengan santainya. "Iya, Sayang. Aku
tahu kamu menantu kesayangan Papa. Jangan juga melapor
kalau tidak ada bukti."
"Aku bilang tadi apa?" tanyanya seraya menatap datar
wajah Jungkook dengan perasaan kesalnya kepada suaminya itu.
Jungkook mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan
dari sang istri. "Kenapa tiba-tiba sekali, kamu menanyakan hal ini kepadaku?" tanyanya bingung.
"Yaa karena aku ingin tahu kejelasan dari kamu, Oppa.
Sebenarnya kamu mau punya anak atau hanya ingin menikahiku saja? Sudah 2 tahun lho, kita menikah. Usia kamu
juga sudah matang. Kenapa masih belum mau punya anak?
Kamu masih ingin bermain-main? Atau memang benar, kamu
menjalin hubungan lagi dengan mantan kekasih kamu itu?"
Jungkook mengusap wajahnya kemudian menghela napasnya dengan panjang. "Kenapa bawa-bawa Mina sih? Dia nggak ada hubungannya dengan aku yang belum siap punya anak. Kenapa kamu bahas ini aku tanya?"
"Karena kita sudah dewasa. Sudah pantas memiliki anak.
Kamu kenapa sih, Oppa? Nggak mau bergantung pada aku,
karena ada anak?"
Jungkook menggelengkan kepalanya. "No, Honey. Bukan itu.
Kamu jangan salah paham, okay? Aku baru saja dipercaya oleh Papa untuk mengurus kantor di sini. Masih butuh belajar dan aku nggak mau nanti nggak punya waktu buat kamu."
Zhifa menatap datar wajah Jungkook yang selalu saja
perusahaan yang dia jadikan alasan untuk menolak memiliki
anak dalam waktu dekat ini.
"Kamu tidak percaya, hanya karena kamu bertemu dengan Mina di hotel? Dia pemilik hotel itu, Sayang. Kebetulan
klien aku juga ingin bertemu di sana. Tentu tidak sengaja
bertemu dengan Mina. Aku dan dia tidak punya hubungan apa pun lagi selain mantan."
Jungkook tetap bersikeras jika dirinya tidak memiliki
hubungan apa pun dengan Mina. Sebab hal yang tidak ia
inginkan mungkin akan terjadi pada nasibnya.
"Jika terbukti, kamu menjalin hubungan dengan Mina lagi,
aku tidak akan segan-segan melaporkan ini pada orang tua
kamu! Agar karir kamu pun hancur karena ulah kamu sendiri!"
ucapnya mengancam lelaki itu.
Jungkook mengangguk dengan santainya. "Iya, Sayang. Aku
tahu kamu menantu kesayangan Papa. Jangan juga melapor
kalau tidak ada bukti."
"Aku bilang tadi apa?" tanyanya seraya menatap datar
wajah Jungkook dengan perasaan kesalnya kepada suaminya itu.
"Ada bukti," jawabnya pelan. "Silakan cari bukti. Aku
nggak takut karena aku nggak seperti yang kamu pikirkan itu."
"Ya sudah! Kenapa harus takut, kalau memang tidak ada
yang kamu tutupi. Dan satu lagi. Aku akan minta Papa untuk
kasih tahu kamu kalau aku udah pengen punya anak."
Jungkook menghela napasnya dengan panjang. la kemudian
mengangguk dan naik ke atas tempat tidur.
"Kamu yang bilang, Papa yang larang kamu buat punya
anak dulu sebelum kamu sukses. Sekarang, kamu sudah
dipercaya dan apa lagi masalahnya, Oppa?"
"Sayang. Aku ngantuk. Besok ada meeting ke,jangan sampai aku telat datang hanya karena ocehan tidak jelas kamu ini."
Zhifa lantas memutar bola matanya lalu merebahkan tubuhnya membelakangi Jungkook yang katanya sudah
mengantuk.
'Aku akan mencari tahu kalau kamu memang tidak
memiliki hubungan lagi dengan Mina. Kamu takut pada papa
kamu, tapi tidak denganku. Kalau begitu, aku akan
mengandalkan papa kamu agar kamu takut juga padaku,"
ucapnya dalam hati.
la kemudian menutup matanya menunggu esok hari,
hendak menghubungi mertuanya, mengadu sebab Jungkook yang masih belum ingin memiliki anak dengannya.
•
•
Waktu sudah menunjuk angka delapan pagi. Jungkook pamit
kepada sang istri pergi ke kantor seperti biasanya.
Panggilan dari Luna membuat Zhifa menoleh pada ponselnya yang ia letakan di atas meja makan.
"Kenapa, Luna?" tanyanya sembari duduk di sofa ruang
tengah menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa.
"Elo masih di rumah atau udah di butik?" tanyanya di
seberang sana.
"Masih di rumah. Kenapa sih?" tanyanya ketus.
"Mau ke mall, nggak? Hari ini gue mau beli tas terbaru di
tempat langganan kita. Sekalian cuci mata." Luna menerbitkan cengiran di seberang sana. Cengengesan karena mengajak Zhifa shopping hari ini.
"Bener-bener lo, ya. Elo yang jemput, yaa. Gue lagi males
nyetir," ucapnya memberi tahu jika dirinya tengah tidak ingin
menyetir mobil.
"Siaap! Tunggu di sana. By the way, si Jungkook udah pergi?"
tanya Luna memastikan.
"Udah, barusan. Katanya mau ada meeting jam sepuluhan. Dia mau prepare dulu sebelum berangkat."
"Lo yakin, dia mau meeting? Kalau ke hotel lagi, gimana
Zhifa menghela napasnya. "Gue udah tahu apa yang akan gue lakukan kalau dia beneran jalin hubungan lagi sama Mina."
"Woah! Apaan tuh?" tanyanya penasaran.
"Mending elo segera jalan deh. Dalam lima menit kagak
nyampe, gue tinggal ke butik!"
"Etdah! Lima menit, lo pikir rumah kita deketan. Gue udah
di jalan, lagi nyetir. Santai, Sist."
Zhifa geleng-geleng kemudian menutup panggilan tersebut. "Punya sahabat plus sepupu ipar satu ini emang bikin
darah tinggi naik terus tiap hari."
Tak lama kemudian, Luna tiba di rumah itu. Menghampiri
Zhifa yang sudah bersiap.
"Yuk! Lepaskan pikiran aneh lo tentang Jungkook. Shopping
dulu kita." Luna menggandeng tangan Zhifa dan membawanya keluar dari rumah megah itu.
"Gue mau nanya sama elo. Kalau seandainya si Jungkook
ketahuan dia beneran selingkuh. Elo mau ngapain?"
Zhifa menoleh pelan ke arah Luna. "Dua hal yang tidak
bisa dipertahankan, Luna. Yang pertama, kekerasan dalam rumah tangga. Yang kedua, selingkuh. Tentu gue akan memilih pisah sama dia kalau beneran udah selingkuh.
Gue udah nggak ada di hatinya kalau dia udah berani selingkuh. Ada masalah dalam hatinya karena memilih untuk
selingkuh. Apalagi gue nggak punya anak. Apaan coba, yang
mau gue pertahankan? Tapi, kita tunggu buktinya aja. Kalau
ternyata kita yang salah, gue juga yang malu."
Luna mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya, sih. Elo
cantik, kaya raya. Kagak usah pertahanin cowok yang nggak
tahu diri macam si Jungkook. Kalau beneran tuh anak selingkuh."
Zhifa menghela napasnya dengan panjang. "Padahal,
gue ingin menikah cukup hanya sekali. Seperti Mama dan Papa yang sampai sekarang tetap langgeng meskipun ada drama yang bikin gue malu kalau ketemu sama Tante Rhania."
"Ngapain malu, bege. Yang salah itu bokap elo. Ngapain
elo yang malu? Kecuali elo anaknya Tante Rhania hasil dari
anu sama Om Zaffan. Baru, elo malu."
Zhifa mengerucutkan bibirnya. "Hidup nggak ada yang
lurus-lurus aja, Luna. Gue harus bisa menerima kalau nanti
ternyata Jungkook beneran selingkuh."
"Batin elo gimana? Biasanya batin istri itu lebih kuat, Zif."
Zhifa menghela napasnya lagi. "Batin gue? Kayak ada
yang janggal. Tapi, gue nggak bisa membuktikannya. Dan
nggak dua puluh empat jam juga, gue ngintilin Jungkook. Nanti pasti akan ada saatnya ketahuan kalau memang dia selingkuh."
Luna memarkirkan mobilnya di basement kemudian
keluar bersama dengan Zhifa. Perempuan itu kemudian
mengusapi pundak sahabatnya sembari menatap wajahnya
dengan lekat.
"Pokoknya elo nggak boleh nyerah apalagi putus asa.
Yang namanya udah selingkuh, itu artinya udah nggak hormati dan hargai elo sebagai istrinya," ucapnya penuh dengan serius.
Zhifa mengangguk kemudian mengulas senyumnya. "Iya,
Luna. Elo mau ke mana sih, beli tas lagi aja?" tanyanya kemudian.
"Mau reunian lah, Zhif. Ketemu sama mantan crush gue.
Alteza."
"Bukan Jhope?" tanyanya terheran-heran.
"Ah! Jhope mah nggak jelas. Entah buat siapa itu hastag, gue
jadi penasaran."
"Hastag? Di feed baru dia?" tanyanya penasaran.
"Iya. Katanya, miss you, A. Woah! Jiwa kepo gue meronta
kalau inget feed dia semalam."
"A? Ikutan kepo gue.Dia nggak pernah chat gue. Lupa apa, sama gue. Awas aja kalau ketemu. Gue bejek-bejek tuh anak."
Bersambung...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
