
Part awal mula sampai part 3 bisa dibaca gratis di wattpad : Sitinuratika07
Mika Evanthe, seorang wanita karir berusia 27 tahun harus mati karena sebuah kecelakaan tunggal yang menghancurkan mobilnya hingga tidak berbentuk. Bukannya pergi ke alam baka, ia justru reinkarnasi ke dalam tubuh seorang remaja yang menjadi peran figuran bernama Mikhaela Erianthe dalam sebuah novel bergenre dark romance favoritnya yang berjudul "OBSESI KHALID". Demi tidak mengganggu alur yang ada, dia pun memilih untuk menjalani peran figuran sesungguhnya.
"Khalid. Please sebentar aja ya. Gak lama kok, cuma dua jam deh. Aku mau ke salon," ucapku memohon pada tunanganku yang begitu overprotektif dan kejam ini. Ya, dia sangat kejam karena terus mengurungku di istana megahnya sejak beberapa bulan terakhir.
"Panggil terapisnya ke rumah. Atau aku yang pesankan, Sayang?" Khalid tidak membalas tatapanku yang sudah memelas seperti anjing pasrah ini. Dia lebih memilih untuk mengurus dokumen sialan itu daripada memandangku.
Ya, demi diriku yang 'katanya' akan kesepian karena ditinggal sendiri di mansion super besarnya ini, Khalid memutuskan untuk Wfh alias work form home. Seorang CEO sekaligus pemilik dari perusahaan agen properti terbesar di negara ini, hanya sesekali saja pergi ke kantor jika ada keperluan mendesak yang tak bisa dikerjakan di rumah.
"Gak mau! Gak enak! Aku mau ke salonnya langsung, Khal. Please, sekali ini aja."
"Tetap tidak untuk jawabanku," kata Khalid.
"Sayang...." Aku tidak menyerah. Sungguh, aku sangat bosan sudah tinggal di sini sejak enam bulan lalu. Selalu di dalam rumah, tidak boleh kemana-mana, bahkan hanya untuk nongkrong cantik di kafe pun tidak pernah lagi. Apapun kegiatan yang bisa kulakukan dulu saat masih punya waktu luang —tentu saja, itu sebelum Khalid pulang ke Indonesia—aku bebas pergi kemana saja, ke tempat yang kumau tanpa perlu izin darinya.
"Mikha...." Khalid akhirnya menatapku. Matanya yang berwarna coklat gelap itu seolah menusukku hingga ke sanubari. Tanpa sadar, aku meneguk ludah karena gugup. Ketika dia sudah memanggilku dengan nama, dia berubah menjadi menyeramkan dengan aura hitam misterius yang membungkus seluruh tubuhnya bagai seorang lucifer yang turun dari neraka.
"Aku manusia, Khal. Bukan hewan peliharaan tolol yang terus kamu kurung di rumah." Aku menatap matanya sendu, sebelum memutuskan untuk pergi dari ruangan yang dijadikan Khalid sebagai kantor di mansionnya ini.
"Tunggu di sana, Mikhaela." Khalid mulai berdiri dari kursinya, bersamaan dengan degup jantungku yang mulai berdentum keras. Ini tidak benar, aku tidak bisa membayangkan hal gila apalagi yang Khalid akan lakukan karena aku bicara sembarangan seperti tadi.
"Fuck off!" teriakku sambil membanting pintu, kemudian berlari cepat demi kabur dari Khalid. Entah keberanian darimana yang kupunya sampai bisa mengumpat pada Khalid. Astaga, bahkan belum hilang rasa nyeri di sekujur tubuhku karena ulah keganasan yang Khalid berikan dua malam lalu. Tidak lagi, aku tidak sanggup lagi jika harus mengimbangi buasnya Khalid seperti waktu itu.
"Nona, kenapa berlarian? Nanti nona jatuh," kata salah satu pelayan yang tidak kuingat namanya. Well, jika pelayannya saja berjumlah puluhan orang, tentu saja aku lupa. Dan itu hanya pelayan, bukan termasuk bodyguard dan pengawal yang berjaga di luar.
"Lebih baik jatuh daripada aku harus tertangkap oleh singa," balasku meski ucapanku tidak terdengar oleh pelayan itu karena aku sudah mulai naik ke atas tangga.
Tujuanku adalah kamarku yang berada di lantai dua. Ah, baiklah kuralat, kamarku dan Khalid.
"Hosh... hosh...." Napasku menggebu, dan aku meluruh ke lantai setelah mengunci pintu dua kali. Aku berhasil kabur. Setidaknya aman untuk sekarang. Entah malam nanti, tapi biarkan saja, toh aku cukup bangga dengan usahaku ini.
Selang beberapa menit, handle pintu bergerak karena orang diluar ingin membukanya. Aku tersenyum ketir, cepat sekali Khalid sampai.
"Buka pintunya, Sayang." Suara serak dan berat milik Khalid sukses membuatku merinding.
"Gak mau!" teriakku.
"Baiklah kalau begitu, aku ingin kamu menyingkir dari sana."
"Mau ngapain emang?"
"Antara aku dobrak atau aku tembak handle pintunya," ucap Khalid dengan nada tenangnya yang bagiku terdengar mengerikan.
"Khalid stres!! Gak jelas! Gila! Aku gak mau pokoknya. Pergi kamu sana!" Aku kembali berteriak seolah tak peduli dengan ancamannya.
Setelah aku bicara seenaknya, tidak ada respon apapun dari Khalid. Apalah dia memilih untuk pergi? Hahaha, berarti makianku berguna. Dia pasti...
"Akhh!!" keluhku dengan tubuh terdorong ke depan karena pintu di dobrak keras dari luar. Aku yakin, Khalid mendobraknya bukan pakai lengan atau tangan, tapi oleh tendangan kaki.
"Menyingkir dari sana!"
Aku semakin gemetar karena Khalid mulai meninggikan suaranya. Dia benar-benar marah.
Oke, aku menyingkir daripada punggungku patah. Khalid menendang pintu yang terbuat dari kayu jati ini dengan sangat kuat. Hanya tiga kali percobaan saja, pintu itu terhempas kencang ke dalam, dan terlihat sosok tubuh Khalid yang kekar dan tinggi menjulang, mendekatiku dengan langkah amarah.
"Maaf...." Tanpa sadar, aku terisak sambil menangis. Aku tak berani menatap matanya, pasti Khalid sedang menatap tajam ke arahku. sebab itulah aku menunduk.
Tiba-tiba, Khalid menarik daguku ke atas, dan mencengkram kedua pipiku dengan satu tangannya. Dia menyerang bibirku, menyesapnya dengan rakus, dan menggigit lidahku hingga mataku terbebalak.
"Emh!! Emm... Sa.. kit!" Aku berontak minta dilepaskan. Tetapi tangan Khalid yang satunya dengan erat memeluk pinggangku. Ciumannya kasar dan menuntut. Aku sama sekali tidak bisa membalasnya.
"Kha...lid. Hiksss.. ma.. maaf." Aku susah payah bicara di sela-sela kecupan panasnya. Hanya sebentar saja, bibirku mati rasa, kebas, dan terasa berdenyut. Di tengah kegiatannya yang menyedot habis energiku melalui ciuman lidahnya, Khalid mengangkat tubuhku hingga kedua kakiku tidak menapak di lantai, lalu membawaku ke arah ranjang.
"Gak mau!!" Aku menggeleng mati-matian saat Khalid akhirnya melepaskan ciumannya bersamaan dengan tubuhku yang dihempaskannya ke ranjang. Meskipun ranjang kami sangat empuk, tetapi karena kekuatan Khalid yang melebihi rata-rata ini, membuat kepalaku pening. Khalid menduduki perutku, sembari membuka baju atasnya hingga terpampang jelas body-nya yang sixpack dengan bahu lebar.
"Gak mau! Gak mau! Khalid.. please, jangan jadiin seks sebagai hukuman." Sambil menangis, aku menahan tangan Khalid yang ingin membuka pakaianku.
"Kamu yang membuatku terpaksa melakukan ini." Dengan satu hentakan kuat, tangan Khalid berhasil mengunci tanganku ke atas kepala. Tangannya yang besar dan panas seolah bisa membakar apapun.
Aku makin menangis saat Khalid berhasil merobek pakaianku dengan hanya satu tangannya. Tanpa memberikan waktu lama, dia menarik keras bra milikku ke depan hingga pengaitnya terlepas secara paksa. Aku pun berteriak keras saat itu.
"Aku.... aku nyesel tunangan sama kamu."
"Apapun yang kamu katakan, kamu sudah menjadi milikku, Sayang. Dan aku sudah berjanji, tidak akan melepaskanmu sampai aku mati," ucapnya lirih sebelum mencumbui payudaraku. Ucapannya itu kembali mengingatkanku bagaimana cara Khalid mengikatku dalam hubungan ini.
Waktu itu, orang tuaku melihat kami sedang tidur sambil berpelukan dengan tubuh yang sama-sama telanjang. Aku hanya ingat dengan pesta ulang tahun yang diadakan oleh salah satu teman sekelas di malam harinya. Tetapi entah bagaimana prosesnya, Khalid memelukku di pagi harinya dengan puluhan—atau bahkan tidak terhitung lagi, bekas ciuman memerah di sekujur tubuhku.
Aku tidak salah bukan jika mengatakan dia menjebakku dalam situasi yang tak bisa aku tolak lagi.
Bagaimana bisa semuanya ini terjadi? Aku jelas-jelas sudah menghindari semua tokoh penting di dalam novel agar alur asli dapat berjalan dengan semestinya.
Sialan! Aku tidak menyangka, obsesi Khalid yang semula tertuju pada Sebrina, sang protagonis utama, berbelok tajam kepadaku yang hanya seorang figuran biasa. Damn...
***
Bersambung 💋
Chapter ini ditulis tgl 15 Maret 2023
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
