
Deskripsi
Indar dan Prastia dipertemukan dalam satu group perusahaan. Dia merahasiakan anaknya dari Prastia. Berhasilkah?
Ba. 3 Anak Yang Dirahasiakan
Segera kuhampiri tempat tidurnya. Ranjang mungil warna biru. Jika sendirian Putraku memang kutidurkan di milik pribadinya, tapi jika aku ingin istirahat pasti kupindah bayi tiga bulan menggemaskan warisan tak ternilai dari pernikahan kami yang kandas.
Benar bayi yang sedang kususui ini adalah milikku, darah dagingku, warisan dari Prastia yang hingga...
Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Dilamar Mantan Suami Bab 8- 12
2
0
Indar melihat mantan suaminya bersama perempuan muda hamil Bab.8 Bayiku Muntah MuntahSejak masih dipimpin Ibu Prameswari Pt. Anugerah Kencana memang terkait dengan kantor pusat. Itu cukup dimaklumi mengingat armada laut milik kami ada tujuh dan menerima pula order dari pihak luar. Maka Pt Anugerah Kencana yang saat ini aku pimpin memang masih dibawah kendali dan pengawasan Kantor Pusat. Duh bagaimana ini, sebagai bawahan urusan kerja, pastilah tak terhindarkan pertemuan dengannya. Padahal aku sudah menghindar dari Prastia. Pindah rumah, sampai . Namun justru kini kapasitas bertemu semakin memiliki peluang. Aku khawatir masalah anakku akan sampai ke kupingnya nanti. Bagaimana, apakah kukatakan saja aku sudah menikah lagi? Apakah termasuk kejahatan jika aku mengatakan Putra adalah anakku dengan lelaki lain? Jelas itu sebuah kejahatan. Sama juga aku memalsukan data anakku. Dan kelak bukan hanya hukum dunia yang akan menjeratku, namun yang terlebih dahsyat adalah hukum di akherat. Ih, aku tak sanggup menanggung pertanggungan jawabku kelak di akherat. Tanpa sadar aku jadi gelisah. Apakah ini sudah kehendakmu ya Allah mempertemukan kami kembali walau sekedar kerja sama dalam pekerjaan? Bu Indar ... Ya, ...Pak ... Anda sakit? Oh nggak ada masalah, Pak ... aku coba tersenyum untuk menutupi galauku tanpa sadar barusan di depannya. Pertemuan berakhir, dan sebelum meninggalkanku Rukmana sesaat menatapku lekat. Yakin Anda sehat, Bu Indar? Tatapannya penuh perhatian. Aku tersenyum, Sehat sekali, aku balas tersenyunm. Kalau begitu saya pamit salam untuk baby Anda, siapa namanya? Putra, Pak, Salam sama baby Putra, Disampaikan ... terima kasih, Assalamu'alaikum ... Wa'alaikum salam .. Ah dia sangat perhatian pada anakku. Ada bahagia menyelusup karena anakku diperhatikannya . Baru sampai di ruang kerjaku hape berdering. Oh dari bik Nah, langsung saja aku teringat Putra. Assalamu'alaikum Bik ... .wa'alaikum salam, Nyonya ...si Putra, Nyonya muntah muntah ...badannya agak panas ... Aku segera pulang, jaga baik baik, Bik, pakaikan kaos tipis, ya ... Tadi pagi anakku masih sehat dan segar. Tertawa saat ku tepuk tepukkan kedua telapak tangannya. Apa ada yang salah dengan Asi ku. Segera kubenahi laptopku dan berkas berkas di meja dengan terburu buru. Aku harus segera pulang. Indri aku pulang lebih awal, kamu rekap pembiayaan hari ini, kirim ke emailku, ya aku berbicara dengan Indri staf acounting lewat intercom. Baik, Bu, sahut Indri. Setelah itu bergegas aku keluar ruangan untuk keluar kantor. Bayangan Putra yang menderita membuatku panik. Dan rupanya Rukmana pun baru akan meninggalkan kantorku. Kami sama sama menuju parkir mobil. Aku yang panik lalai untuk menyapa, karena fokus untuk segera mencapai mobilku. Dan aku tahu jika lelaki itu mengejarku. Ibu Indar ... tahu tahu Rukmana sudah berada di sampingku. Saya mau bawa Putra ke rumah sakit, dia muntah muntah ...duluan Pak Rukmana Assalamu'alaikum ... aku beegegas membuka pintu mobil. Wa'alaikum salam, semoga baby Ibu cepat pulih doa saya untuk Putra ... Aku tersenyum sesaat setelah duduk di belakang setir, Terima kasih, mari ... Rukmana melambai saat mobil meninggalkannya. Tanpa sengaja aku memandang ke spion ternyata lelaki itu masih berdiri di tempatnya tadi.Kupacu mobilku agak cepat. Sesekali aku melirik video anakku yang tergolek lemah. Ya Allah karenaMu dia ada di dunia ini, maka kumohon karenaMu juga ia akan sembuh, mohon ya Allah ... tak terasa air mataku tergulir di kedua pipiku. Aku ingat Prastia tiba tiba Ah seandainya saja dulu kami tak bercerai pasti saat ini bukan aku saja orang tua yang mencemaskannya. Ada ayahnya yang akan turut memikirkan dan mengupayakan kesembuhannya. Saat lampu merah menghadang, kesempatanku untuk menelepon bik Nah. Halo Bik, siapkan semua keperluan Putra kita langsung ke rumah sakit. Dua puluh menit lagi aku sampai ... .Ya Nyonya ... jawab bik Nah menjawab. Begitu lampu hijau menyala, aku sudah tak sabar lagi langsung tancap gas untuk segera sampai di rumah. Walau sudah meminta bik Nah untuk bersiap membawa Putra ke mobil, toh aku tak sanggup untuk tak turun sendiri menyongsong permataku itu. Manamungkin aku bisa tenang hanya duduk di dalam mobil dengan mesin hidup, dan menyaksikan langkah bik Nah membawa Putra kearahku. Dan di belakangnya mbok Dira membawa perlengkapan anakku. Setelah parkir mobil di depan rumah, segera aku mencuci tangan dengan sanitizer aku berlari menyongsong anakku dalam gendongan bik Nah. Tapi aku harus menahan untuk tak mendekat. Walau sudah cuci tangan dengan sanitizer belum cukup untuk memeluk anakku. Kuambil air mineral di botol di dalam mobil, dengan gaya anak muda, aku mencuci wajahku di samping mobil. Tapi aku juga masih bertahan tak ingin mencium Putra yang sudah mendekat bersama bik Nah. Aku dari luar rumah. Walau suasana kantor steril dan toh, masih ada cemas untuk menjaga kesehatan anakku. Sayang ... kulambaikan tanganku pada Putra yang hanya menatapku sayu. Perutnya saya sentuh seperti kembung Neng, ujar mbok Dira yang keterusan memanggil Neng padaku, dan aku pun tak mau melarangnya, Masuk angin mungkin, tapi kedua kakinya sudah mbok pupuri minyak bayinya, sambungnya menyebut produk minyak kayu putih khusus bayi. Apa acnya kekencengan, Mbok? Kalau menurut Mbok air susu Eneng bercampur angin ... Dari Asi saya maksudnya, Mbok? Aku heran juga aku sedemikian menjaga kebersihan wadah asi anakku. Tapi mungkin juga, aku kan empat hari dalam seminggu kerja di luar rumah. Apalagi kemarin sore pulang lambat gsra gara menerima Prastia di ruang kerjaku. Tapi daripada berlama lama menyimpulkan kenapa anakku bisa muntah muntah sebaiknya aku segera membawanya ke rumah sakit. Aku menoleh pada Bik Nah. Bawa susunya, Bik? Bawa Nyonya, Ayo masuk ke mobil, pintaku, Kita ke Om Dokter, ya sayang... sabar ya, Nak, sembuh, ya ... rasanya ingin mengelus pipinya. Menciumnya dan memeluknya. Tapi keinginan itu kutahan, yaitu tadi karena aku baru saja dari luar rumah. Mungkin aku berlebihan, tapi kesehatan Putra adalah yang utama. Putra hanya menatapku. Sangat lemah tubuhnya. Aku tak sampai hati melihatnya. Bik Nah langsung masuk ke mobil bersama Putra. Seperti biasa jika membawa Putra ke rumah sakit untuk imunisasi, kuminta bik Nah untuk duduk di belakang bersama Putra. Maksudnya supaya anakku lebih keluasa di pangkuan bik Nah atau ditidurkan saja di kusi mobil. Karenanya aku selalu meminta bik Nah membawa kasur mungil lembut khusus anakku ke rumah sakit untuk imunisasi. Saat ini pun begitu. Tapi kuminta bik Nah tetap menidurkannya di atas pangkuannya. Kasih susunya Bik supaya nggk kosong perutnya, Ya, Nyonya ... Mbok Dira tak ikut ia jaga rumah. Nggak mau nyusu, Nyonya, seru bik Nah. Perutnya nggak enak kali, ya, Nak ... senakin cemas dan ibah aku melihat lemahnya anakku ini. Hapeku berdering. Dari Rukmana. Adakah pembicaraan tentang pengiriman ekspor belum lengkap? Bab.9 Mantan Suami Bersama Perempuan Hamil Assalamu'alaikum, Pak? Cepat kutanggapi teleponnya supaya secepatnya aku berangkat ke rumah sakit. Wa'alaikum salam, bagaimana baby Putra, Bu? Suara Rukmana tampak penuh perhatian. Agak lemah, tapi InsyaAllah segera ditangani dokter akan baik baik saja ... Oke kalau begitu maaf mengganggu semoga cepat sebuh ... Ya terima kasih perhatiannya ... Assalamu'alaikum, Wa'alaikum salam ... telepon terputus dan aku langsung menjalankan mobil meninggalkan depan rumah. *Waktu dokter memeriksa perut Putra aku berdebar debar, khawatir anakku terserang penyakit. Benar perkiraan mbok Dira, anakku masuk angin dari air susuku menurut dokter. Sebaiknya ibu memompa Asi sebelum berangkat kerja agak dilebihkan, supaya masih bisa diminum saat Ibu terlambat pulang kerja. Dan jangan lupa dua setelah ibu pulang kerja Ibu membersihkan puting susu dengan air hangat untuk menjaga jaga, Ya, Dok, terima kasih, Hanya kembung biasa, ya ganteng, ujar dokter sambil mengelus perut Putra, lalu mengangkat kedua kaki anakku digerak gerakkan seperti orang menggoes sepeda. Lalu menganggkat Putra menengkurapkannya di pangkuannya dan mengelus elus punggung bayiku yang mulai menikmati sentuhan lembut tangan dokter. Putra bersendawa dua kali .Kemudian dokter mengoleskan minyak angin khusus bayi ke punggung dan kedua kaki anakku. Hatiku tenang mendengar keterangan dokter yang sudah memeriksa anakku. Sebenarnya perut kembung pada bayi usia tiga bulan itu wajar, karena bayi seusia bayi Ibu ini saluran pencernaannya belum berfungsi sempurna, Dokter memakaikan pempers dan celana anakku, lalu bajunya, Sembuh ya ganteng ... Jadi nggak ada yang bahaya, Dok? Dokter tersenyum lalu menggeleng, Karena anak ibu Asi ekslusif perhatikan juga asupan mamanya, ya, jangan makan yang memicu air susunya membuat anak jadi kembung perutnya, mencret, misalnya. Makan sayur brokoli, kacang kacangan dan bayam ... Ya, Dok, aku menggendong anakku yang kini mulai tertidur. Sebaiknya Ibu saya kasi resep vitamin supaya ibu sehat, asi Ibu semakin banyak, ya, sekalian sama minyak untuk baby Putra, ya, Terima kasih Dok, kuterima resep dari dokter spesialis anak yang ramah itu. Jangan lupa botol susu untuk Asi Ibu yang sterial, dotnya juga. Jangan sampai bayi mengedot udara dari botol yang tak tepat cara memberi asi lewat botol. Kalau botol sudah kosong segera jauhkan, itu akan memicu angin InsyaAllah selama tiga bulan ini baik saya dan yang menjaga bayi saya sangat hati hati dengan botol susunya, Dok, Bagus kalau begitu, ujar dokter . Permisi, Dok, terima kasih, Aku menggendong Putra ditemani bik Nah menuju ke apotik. Aku memilih menunggu di mobil saja bersama Putra, sedangkan bik Nah yang menebus vitamin ke apotik. Langkahku terhenti saat melintasi lobby rumah sakit. Dadaku berdebar kencang saat kulihat Prastia bersama wanita yang sedang hamil. Untung dia belum melihatku. Segera aku berlindung di pilar rumah sakit, supaya tak terlihat Prastia yang sedang bercakap cakap dengan wanita hamil itu. Mungkin itu isterinya. Kalau kulihat mungkin kehamilannya baru lima bulanan. Rasanya kedua kakiku lemas melihat dengan nyata Prastia membawa isterinya ke rumah sakit. Mungkin mau periksa. Tanpa sadar aku merengkuh Putra ke dadaku. Mungkin karena terkejut Putra sedikit menjerit, dan saat itu Prastia menoleh, tapi untung aku segera bergeser ke sisi pilar yang tak bisa dilihatnya. Prastia terus melangkah menjauhiku, Sayang maafkan Bunda, kaget, ya ... keelus dahi Putra dan lagi aku memandang pada Prastia yang semaki menjauh langkahnya. Oh benar dia sudah menikah ... bergegas aku ke mobil dan menahan jangan ada air mata sedih untuk lelaki yang telah melupakanku itu. Di dalam mobil tak dapat lagi kutahan air mataku. Kupeluk Putra. Sayang ayahmu sudah mau punya anak yang lain, Nak. Apakah ini salahku karena aku tak langsung berterus terang tentang kehamilanku, hingga ia melanjutkan menerima gadis yang disediakan orang tuanya? Nyonya ... bik Nah tahu tahu sudah membuka pintu mobil. Aku menyeka air mataku. Nyonya kenapa nangis, katanya Den Putra nggak apa apa ... bik Nah penuh tanda tanya dengan wajah cemas menatapku. Naiklah Bik, Bik Nah segera masuk ke mobil dan aku menyerahkan Putra ke pangkuannya. Anak ganteng bobok habis dielus dokternya, seru bik Nah menatap Putra yang memang pulas. 'Mana vitamin dan minyak untuk Putra, Bik? Ini, Nyonya, bik Nah memberikan bungkus plastik yang tercetak nama dan logo Apotik. Aku memeriksanya. Benar sesuai resep yang diberikan dokter. Setelah itu aku pindah ke depan dan langsung menyalakan mesin mobil. Bik ... aku belum menjalankan mobil. Dadaku belum sepenuhnya tenang. Masih terbayang Prastia bersama wanita muda yang hamil muda. Ya, Nyonya, Ah, rasanya tenggorokanku tak sanggup menyuarakan tentang Prastia yang bersama wanita hamil. Oh apakah aku cemburu? Cemburu mungkin ada, tapi yang paling kurasakan adalah pedih dan perih di hati. Sepuluh tahun kebersamaan sirna demi mengejar rahim subur. Oh apakah aku egois. Dadaku masih belum tenang. Aku harus bisa menerima nyata yang ada. Sekarang ada putra dalam hidupku. Ya Allah mohon ampunkan hamba yang egois. Ya Allah ya Robbi mohon tenangkan dada ini. Balurilah ketabahan pada diri hamba, hingga menyelusup pada relung hati hamba. Sehingga menjadikan hamba seorang yang ikhlas menerima semua yang telah terjadi ... Beberapa detik aku terdiam. Aku harus tenang. Kalau tidak tak akan bisa segera menyetir. Kasihan anakku perlu segera sampai di rumah dan istirahat. Bissmillah ... aku mulai menjalankan mobil, harus kosentrasi ada Putra yang harus sampai ke rumah dengan aman. Mbok Dira menyambut kedatangan kami dengan gembira melihat Putra sudah tak tampak lemah lagi. Anak ganteng sudah segar ya, apa kata dokter sayang ..? Benar, Mbok dari Asi, Nah kalau begitu jangan langsung menyusui Putra sepulang kerja, Neng, istirahat dulu, cuci dengan air hangat dulu, apalagi Neng dalam keadaan capek, perut kosong ... ujar mbok Dira yang lebih menekankan supaya Putra ditangani dokter anak yang telah dibekali ilmu. Setelah cuci tangan bersih barulah aku menggendongnya. Maafkan Bunda ya, Nak, kelak engkau tak mendapatkan kasih sayang ayahmu, karena dia nggak lama lagi akan punya Putra yang lain ... Putra menggerak gerakkan kedua tangan dan kakinya. Keadaannya kini lebih segar dari sebelumnya. Mimik susu dari botol dulu, ya ... segera kuberikan botol susunya. Sigap mulutnya menyambut dot kenyal dan mulai deh menyedot Asi yang ada dalam botol. Udah sehat sayang ... kubelai rambutnya. Ah tak ada yang lebih bahagia selain memandang jantung hatiku mulai menunjukkan semangat dan selera makannya sudah mulai kembali. Maksudnya minum asinya mulai bergairah lagi. Sayang terima kasih, Nak, sudah baikan, ya ... kucium pipinya. Anakku mulai senyum senyum lagi. Ah sepertinya sakitnya Putra sebuah ajakan untuk ke rumah sakit dan melihat Prastia mengantar isterinya yang hamil ke rumah sakit. Sayang tadi ayah ada di rumah sakit, Putra mau punya adik ... ah rasanya ada yang sakit di ulu hati. Bik, akhirnya kuberita tahukan pada bik Nah tentang apa yang kulihat tadi di rumah sakit. Bik Nah cukup terkejut. Jadi Tuan sudah mau menikah dan isterinya hamil? Ya, hamilnya sekitar enam bulanan ... aku mengangguk. Artinya begitu pisah dengan Nyonya tak langsung menikah kalau begitu ... ujar bik Nah yang mengukur hamilnya isteri Prastia adalah umur pernikahannya. Entah, Bik, Yang sabar ya, Nyonya, mungkin sudah kehendakNya Den Putra punya saudara lain Ibu ... suara bik Nah lirih dan hati hati. Mungkin salahku juga menyembunyikan kehamilanku, Bik Nah menatapku. Bab.10 Sisa Ingatan Kopi kesukaan Mantan Suami Asi di kulkas masih cukup sampai malam, kan? Cukup, Nonya, angguk bik Nah. Ya supaya air susuku netral dulu, Karena asi ku sejak sore tak kuberikan, akibatnya kedua dadaku mengencang dan nyilu mulai terasa. Segera aku ke kamar mandi, kubuang air susu yang sudah sejak pagi ini. Setelah mengompresnya dengan air hangat, kuharap Asi untuk putra nanti malam sudah siap. Walau hatiku masih galau oleh pemandangan Prastia bersama isteri hamilnya, tapi melihat Putra lahap menyesap asinya, bahkan kini langsung menempel di dadaku, rasanya tak tergantikan rasa legah atas kesembuhan anakku ini. Ya, aku harus bisa menerima kenyataan bahwa Prastia telah benar benar lupa pada cinta lamanya. Ia sudah pergi jauh. Dan aku harus bisa profesional jika bertemu dalam urusan pekerjaan, karena kami memang sedang bekerja sama. Karena sepanjang malam aku kurang tidur memonitor Putra, maka aku pun menguap melulu pagi harinya. Kalau kantor tak ada jadwal pertemuan, sebaiknya aku kerja di rumah saja, sekalian supaya Asi untuk Putra lebih steril lagi . Sudah ku persiapkan untuk menyusui jantung hatiku ini. Selalu mengkonsumsi makanan bergizi, sayuran, susu dan buah buahan. Semua kupersiapkan untuk anakku. Tak lupa selalu konsultasi dengan ahli giziv dan dokter anak, supaya air susuku tetap layak. Ibu yang menyusui tidak khawatir kalau ingin tetap bekerja, tapi cukupi asupan gizinya, karena tubuh ibu menyusui akan menyesuaikan diri secara alami jelas dokter anak yang kumintai keterangan sehubungan dengan keunginanku tetap bekerja walau sedang menyusui. Makanya aku selalu memperhatikan jenis makanan yang kusantap untuk memenuhi kebutuhan gizi anakku lewat produksi Asi. Dan lalaiku hingga Asi produksiku masuk angin adalah pembelajaran. Ke depannya aku akan lebih hati hati lagi. Supaya tak terjadi lagi kembung perut anakku akibat tubuh yang memproduksi Asi ini masuk angin. Kutanyakan jadwal hari ini pada Neni sekretaris kantorku, dan pada Indri staf acounting anak buahku. Hari ini tidak ada jadwal pertemuan, Bu Indar ... 'Baiklah anakku kurang sehat aku hari ini kerja dari rumah saja, tolong hubungi aku kalau ada sesuatu, Baik, Bu, Selamat pagi, Assalamu'alaikum ... Wa'alaikum salam, Sedangkan Indri telah kukirim email untuk mengurus surat jalan. Jadilah aku ngantor di rumah. Mengerjakan pekerjaan, monitoring di depan laptop. Sedangkan Putra di sebelahku bermain main dengan bunyi bunyian yang mulai dipegangnya. Terkadang tertawa memandang warna warni mainannya yang gemerincing di tangannya. Terkadang mainannya terlepas dan badannya menggeliat mau membalik. Oh mau tengkurep sayang, mau pinter sakitnya kemarin, ya ... rasa bangga tak terkira melihat perkembangan Putra. Barulah kurasakan ternyata anak adalah segalanya. Makanya Prastia berubah pikiran. Dari yang berjanji akan setia di sampingku walau aku mandul sekali pun, dan tahun lalu mulai menikirkan penerus keturunannya. Seandainya Prastia di sini pasti akan berbinar matanya melihat betapa anaknya tumbuh sehat dan kini mulai menggerakkan badannya ke kanan dan ke kiri, tanda tanda mau tengkurap. Tapi sudahlah lelaki itu tengah bahagia dengan calon anaknya. Kucium Putra dan kubisikkan di telinganya, Maafkan Bunda sayang tak bisa memberimu kasih sayang Ayah tak bisa memberimu kehidupan sempurna ... air mataku menetes. Aku akan berjuang sekuat kemampuanku untuk kesejahteraan anakku ini, yang terpaksa kubesarkan seorang diri. Hari hari berlalu. Yang sangat membuatku bergairah dan bersemangat serta dilingkupi kebahagiaan adalah kesehatan anakku. Putraku sayang. Badan anakku sehat, dan sudah mau tengkurep. Makanya aku harus ekstra menjaganya. Pada bik Nah pun aku mewanti wanti untuk tidak usah masak di dapur. Untuk kebutuhan makan cukup aku berlangganan katering. Walau mbok Dira berinisiatif untuk memasak sendiri untuk dirinya.Mbok mau buat masakan sendiri, Aku tak melarangnya, karena kesukaan perempuan tua itu katanya tak ada di menu catering.Mbok Dira menyukai tempe ungkep sambel kecap, atau pepes oncom daun ubi.Ada email masuk dari Kencana, berarti dari Prastia. Besok harap semua laporan muat sudah selesai. Ditunggu jam limaPrastia Darmawan.Aduh kenapa sih bertemunya sore lagi? Baru saja asiku disterilkan. Terpaksa deh besok aku harus pompa asiku untuk Putra dilebihkan supaya anakku sayang ini tak kurang asupan. Semoga saja produksi asiku besok tak berlebihan seperti pertemuanku tiga hari lalu dengan Prastia.Kubalas email dari Prastia. Baiklah, terima kasihIndar WahyuniAnugerah KencanaSegera kukabari Indri supaya mempersiapkan surat laporan untuk keberangkatan barang ekspor besok.Neni tolong ditanyakan kesiapan truk besok pada Satya Kencana,'Baik, Bu, Indri sudah dibuat surat penerimaan barang untuk besok,'Sedang dibuat, Bu,Oke,Aku lega semua berjalan lancar. Semoga besok waktu yang dijadwalkan untuk muat ke kapal lancar tanpa kendala. Ini adalah tanggung jawab penuh bagiku untuk yang pertama kali.Teringat besok aku harus berhadapan dengan Prastia. Walau untuk urusan kerja, tak urung aku sangat kikuk, bukan karena aku kebaperan. Tapi karena aku harus bisa membuatnya tak tahu jika anaknya telah kulahirkan.Walau mungkin saja dia tak curiga, tohaku sudah diprediksi mandul, terlebih lagi tak lama lagi Prastia sudah akan memiliki anak dengan istrinya.Persiapan ful. Setelah Menyusui Putra, dan sebentar bermain dengan buah hatiku berangkatlah aku ke kantor. Tentu saja dwngan berat hati kutinggalkan permata hatiku itu. Masalah asi tak perlu dikhawatirkan, karena aku sudah meninggalkan kebutuhan asi anakku lebih dari cukup sampai nanti malam sekali pun.Aku dapat bernapas legah. Neni melaporkan jika ia sudah mendapat laporan dari pelabuhan, bahwa barang tiba dengan aman. Lalu lanjut dengan muat ke kapal yang akan membawanya ke negara pengekspor.Setelah sore hari barulah semua urusan muat barang kekapal berakhir. Maka semua dokumen sudah berada padaku dan tinggal dibuat berit acara bahwa semua pemuatan barang lancar dan kapal sudah siap diberangkatkan.Bu barusan Pak Hasim memberitahu kapal Kencana Dua sudah meninggalkan Dermaga,Alhamdulillah, aku bersyukur semua berjalan lancar.Semakin dekat waktunya untuk pertemuanku dengan Prastia, semakin berdebar dadaku.Huh kenapa, sih, aku kok nggak bisa tenang, ya, huh kok semakin dekat waktunya semakin aku gugup.Apa aku masih mencintainya?Oh bukan!Tapi kenapa?Putra.Ya karena aku menyembunyikan anakku dari dirinya sebagai ayah kandungnya.Huh suruh siapa ingin poligami?Sudah aku harus bisa bersikap tenang dan berlaku profesional!Ibu Indar di ruang pertemuan Pak Prastia sudah menunggu. Lapor Neni.Ya tolong mintakan pada OB untuk dibuatkan kopi, tapi jangan terlalu banyak gulanya karena dia kurang suka kopi manis ... aku terkejut dengan ucapanku sendiri. Kenapa juga aku masih ingat kebiasaannya minum kopi?Neni menatapku. Mungkin ia heran kok aku sampai sedemikian detailnya tahu kesukaannya. Bukankah kami baru bertemu?Pak Satria waktu itu mengatakan beliau tak minum kopi terlalu manis,Neni mengangguk dan keluar ruangan.Huh harusnya aku sudah membuang ingatan tentang kopi kesukaannya itu! Bab.11 Mantan Suami Minta Alamat Rumah
Aku masih di dalam ruanganku. Bukan untuk memeriksa kembali surat muat ekspor yang akan diberikan pada Prastia. Namun aku memadtikan jika perasaanku tenang, dan penampilanku tak terlihat bagai ibu menyusui.Maka blazer yang kukenakan kukaitkan saja dua kancing di bagian dada. Dengan demikian maka tak terlihat kemeja yang kukenakan. Aku khawatir terjadi seperti lima hari lalu asiku mendesak minta dikeluarkan. Walau semua persiapan sudah final tadi supaya asiku aman tak berontak minta diberikan pada bayiku. Siapa tahu asiku masih berlebih. Paling tidak jika itu terjadi hanya akan menembus kemejaku, karena aku menutupnya dengan blazer warna coklat tua. Kusengaja untuk berjaga jaga terjadi kecelakaan pelepasan asi diluar kendaliku. Sebelum melangkah keluar ruangan aku menghubungi Bik Nah, Bik Nah bagaimana Putra? aku ingin memandang anakku, maka kusempatkan video cal dulu.Sudah rapih ganteng dan minum susu, Nyonya, sekarang tidur lagi,Oh anak Bunda nyenyak, ya .... aku tersenyum melihat anakku tidur miring, hingga pipinya yang berisi seperti mau tumpah ke bantal kecilnya. Setelah memandang anakku sayang maka aku matikan ponselku. Bik Nah sudah tahu aku pulang terlambat.Bismillah aman, aku sudah berdiri dengan map berisi laporan di tangan saat Neni muncul.Pak Prastia sudah disuguhi kopi,Oke, aku melangkah ke pintu, dan kutinggalkan Neni yang tampaknya tak curiga denganku. Tentu saja ia tak curiga toh aku tak bersikap aneh Jika dia melihat aku mengancingkan blazerku itu wajar saja supaya lebih rapih dam lebih sopan.Aku sudah sampai di depan pintu ruangan dimana Prastia tengah duduk menungguku.Kutarik handle pintu. Lalu kudorong pelan ke dalam.Assalamu'alaikum, Selamat sore .... kurasakan suaraku biasa saja. Yes. Kamu harus bisa tenang Indar.Wa' alaikum salam .... selamat sore ... sambut Prastia tersenyum menatapku.Aku pura pura sibuk dengan mapku, sehingga ada alasan untuk tak membalas tatapannya.Sehat? Pertanyaam Prastia membuatku menunda menarik kursi untuk kududuki.Sehat Alhamdulillah, aku tersenyum dan menarik kursi lalu duduk.Terima kasih ya kopinya, Ya, aku mengangguk dan mulai mengeluarkan beberapa lembar berisi laporan muat barang yang mau diekspor.Pas seperti yang kuminum sehari hari. Terima kasih dan senang kamu masih ingat, Ya Ampun kenapa Prastia langsung curiga padaku yang mengarahkan racikan.kopi untuknya.Wah kurasa mungkin bagian dapur kehabisan gula atau OB nya kurang fokus, makanya kopi itu kurang manis, aku langsung ngeles. Huh Prastia tak boleh tahu masalah kopi sedikit gula itu intruksiku.Oh ... aku melihat Prastia merasa serba salah. Mungkin ia merasa tak enak karena dugaannya kutepis.Oh ya ini hasil muat tadi di pelabuhan, aku tak mau membicarakan masalah kopi lagi, selain waktuku tak banyak ada bayi yang membutuhkan belaian sayangku, aku juga tak ingin bicara yang berhubungan dengan masa lalu.Prastia menerima uluran map dariku. Lalu dia membukanya dan mulai memeriksa laporanku tentang total banyaknya muatan kapal yang akan dibawa ke Pelabuhan Yokohama di Jepang. Oke, ' Prastia menatapku.Ada yang kurang? Semua rinci dan tak ada yang kurang, ujarnya masih menatapku. Terima kasih untuk kerjasamanya, lanjutnya.Sudah tugasku,'' aku bersikap profesional.Oh ya ekspor olahan kaleng hasil laut ini dua bulan tiga kali pengiram, wakrunya sangst pendek, tolong juga diingatkan pada Pak Rukmana,Ya, aku mengangguk , Tapi kupikir dia lebih profesional dariku, bukannya mau membela cara kerja Pak Rukmana, toh dia sebagai pimpinan Pabrik pengalengan ikan bukan satu dua tahun. Tapi sudah sekitar delapan tahun yang kudengar dari Ibu Prameswari. Dibanding dengan aku baru sepuluh bulan bergabung, walau aku sudah berkecipung di perusahaan pelayaran sejak masih kuliah. Kuharap untuk dua puluh hari ke depan waktu muat bisa tepat waktu begini, serunya sikap atasan pada bawahannya.Ya siap, aku lebih suka Prastia bersikap begini padaku, sehingga aku tak perlu diingatkan tentang masa lalu kami, walau hal itu tak muda sirna dari memori otakku. Namun jika kami bisa bersikap professional itu lebih baik.'Besok aku minta kabar tenyang Kenana Dua yang membawa ekspor kita,"Ya, aku mengangguk, memang sepantasnya di tahu sudah sampai di perairan mana kapal Kencana Dua yang berada dalam kewenanganku.Oh ya Kencana Dua berapa lama nanti di dermaga Yokohama?Hanya tiga kali dua puluh empat jam berada di dermaga termasuk waktu bongkar sekitar empat Shift. setelah itu mungkin kapal ke tengah, buang jangkar dulu , karena jadwal dermaga yang padat dengan kedatangan kapal lain. ya mereka menunggu dokumen, baru kembali ke Jakarta.Prastia menatapku, Sudah terperinci rupanya, bagus, ujarnya dengan raut muka puas atas laporanku.,Kepala Operasional sudah langsung berhubungan dengan pihak pelabuhan Yokohama, jika urusan dokumen belum selesai kapal harus buang jangkar, Oke, angguk Prastia.Lagipula setelah bongkar toh kapal sudah bebas, jika buang jangkar di tengah laut itu akan mengurangi biaya sandar, aku merasa itu termasuk pengurangan biaya.Ya perincian yang tepat, angguk Prastia. Laku dia meneguk kopinya lagi.Aku juga perlu minum teh manis. Secara bersamaan kami meletakkan cangkir di meja. Dan tanpa sengaja kami sama sama saling pandang.Aku segera pura pura melihat copy perincian yang telah kulaporkan pada Prastia.Senang bekerjasama denganmu, detail, dan teliti, ujar Prastia tersenyum.Terima kasih jika Pak Prastia cocok dengan laporan dari Anugerah Kencana, aku bersikap resmi.Kulihat dia agak terkejut saat kupanggil dengan tambahan 'Pak' di depan namanya. Masih ada yang kurang jelas, Pak Prastia? Aku semakin nyaman dengan panggilan Pak Prastia.Prastia tersenyum, Indar perlukah panggil Pak padaku disaat kita hanya membahas pekerjaan berdua? Pelan suara Prastia.Aku tersenyum, Kupikir ada dan tiada orang itu memang sudah seharusnya, aku mengangguk minta supaya dia juga menghargai profesi kamu dan sudah merupakan tuntutan,Prastia akhirnya mengangguk, Baiklah jika itu sudah keputusanmu, Terima kasih, Pak, aku tersenyum, Bagaimana sudah bisa dipahami, Pak Prastia?"Sangat bisa dipahami, angguknya.Ada yang lain lagi, Pak?Prastia menatapku lalu menggeleng.Kalau begitu kita bisa menyudahi pertemusn untuk laporan kerja Anugerah Kencana,Oke, aku sangat senang bisa segera menghilang dari hadapannya. Huh sejak tadi aku sebenarnya merasa jengah jika kami tiba tiba saling pandang. Aku berdiri siap pamit dari hadapannya.Tunggu sebentar boleh?Aku mengangguk dan duduk kembali.Kulihat kamu lebih berisi sekarang,DugJsntungku berdebar Aduh kamu kok memperhatikan tubuhku yang bobotnya lebih besar dari dulu. Ya terang saja badanku agak.mekar, kan aku baru tiga bulan melahirkan, batinku tanpa suara., apalahi di bagian dadaku ini penuh dengan asi anak kita.Aku menutupi rasa yang tak nyaman itu dengan tertawa kecil Kebetulan saja, mungkin karena aku alhir akhir ini suka ngemil,Prastia menatapku.Oh ya?.Wah aku sudah harus pamit, tak nyaman kalau pembicaraan sudah lari ke luar urusan pekerjaan. Ini yang harus kuhindari. Aku memang tak boleh berlama lama hanya berdua dengan Prastia.Kalau sudah selesai aku pamit, ujarku ingin segera terlepas dari pandangan lelaki itu.Oke, Prastia pun ikut berdiri. Mau langsung pulang?"Ya, aku mengangguk.Salam sama Bik Nah, kapan kapan ingin bertemu kangen juga satu tahunan tak melihatnya.Wah gawat kalau alasan ingin bertemu bik.Nah dia tanya alamat rumahku.Oh itu tak boleh terjadi karena di istana baruku ada celoteh makhluk kecil hadiah dari Allah yang tak boleh kamu lihat, karena aku belum siap untuk berterus terang.Indar kamu kenapa? Suara Pastria mengejutkanku.Oh nggak apa apa, aku baik baik saja, Yakin?"Aku sangat mengenal diriku sendiri, duh ingin segera berlalu.Tak keberatan jika aku tahu rumahmu?Oh dada ini semakin berdebar.Hanya untuk bertemu Bibik, Bab.12 Mantan Suami Menyelidiki Aku
Ingin segera menghindar dari hadapan Prastia yang memandangku. Jadinya aku kok kikuk dan kaku, ya.Pov PrastiaAku tak bisa langsung melupakan Indar. Saat berjuang untuk bisa betul betul menyatukan perasaan pada Rini, kok aku terganggu lagi dengan pertemuanku ini.Oh Indar kamu kok tak tampak terluka atau sedih dengan perpisahan kita. Justru wajahmu kini segar dan sinar matamu sangat optimis. Berbeda dengan saat kita sedang dilanda desakan poligami. Wajahmu lesuh, sinar matamu kuyu.Tapi kini kamu tampil begitu mempesona. Adakah lelaki lain telah berlabu dalam hatimu, Ndar?Atau justru kamu saat ini dekat dengan lelaki kain, atau bahkan sudah menikah?Rasanya aku kok tak rela ya jiks Indar sydah dengan yang lain.Apa aku egois, sedangkan aku sudah bersana Rini, sedang berusaha untuk membuat istriku yang enam bulan lalu aku nikahi itu dapat menggantikan posisi Indar di hatiku. Tapi pertemuanku ini dengan mantsn istri yang sepenuhnya belum bisa aku enyahkan dari pikiranku, justru akan membuatku tak fokus pada Rini yang kini sedang memgandung.Aku memang sungguh egois, karena masih saja ingin tahu keadaan Indar, sedangkan aku sudah punya istri. Ya walau pernikahanku dengan Rini boleh dikatakan saat aku sudah lelah didesak orang tuaku untuk menikahi Rini anak kenalannya yang sudah lama tak bertemu.Lelah didesak dan patah hati karena Indar menggugat cerai, membuatku tak berdaya. Pada akhirnya perkawinanku dengan Rini yang baru kukenal sebulan itu terjadi.Terus terang semua keadaanku pada Rini gadis cantik yang masih berumur dua puluh empat tahun saat kunikahi. Rupanya Rinibtak keberatan jika aku belum bisa menerimanya seratus persen.Aku paham perasaan Mas karena tak gampang melupakan orang yang sudah sekian lama bersama. Apalagi pernikahan kalian jalan sepuluh tahun dan berpisah bukan karena saling tak cocok, tapi karena inginkan keturunan, lancar dan lugas ucapan Rini. Aku bahagia karena istri baruku bersedia untuk menunggu hatiku menerimanya sepenuh hati.Tapi selagi aku berusaha untuk bisa mencintainya, tiba tiba saja setelah malam pertama kami baru saja kami lalui sebuah pengakuan sangat mengejutkan.Maaf, Mas, kamu bukan yang pertama untukku, semua sudah kuserahkan pada kekasih yang telah mengkhianati aku, air mata mengembang di mata Rini.Entah air mata menyesal atau malu aku tak paham. Yang jelas aku merada krcewa. Walau aku duda namun aku sudah dikelabuinya.'Lupakam Indar dia sudah bukan apa apamu, jika dia memcintaimu pasti diabrela dipoligami demi membahagiakanmu, bukan justru menggugat cerai, itu pula dorongan ibuku untuk dapat melupakan perempuan yang kembali menggodaku ini.Aku harus mencari tahu tentang mantan istriku ini. Entah mengapa aku kok sangat ingin tahu kehidupannya.Selamat sore, permisi, pak, aku tak mungkin menunggu orang lagi ngelamun. Rasanya kok begah dadaku, mungkin asiku sudah mulai berlebih Produksinya.Kulihat Prastia tersenyum. Huh, kalau bukan atas nama adab dan sopan santun pada atasam sudah kutinggalkan dia.Tanpa menunggu balasan salamku aku langsung saja keluar ruangan meninggalkan lelaki yang tak berkutik di bawah kuasa ibunya untuk poligami dulu itu.Selamat sore, kudengar balasan salamnya saat sku sudah di luar pintu.Baru sampai di depan pintu dimana Prastia masih berada ponselku berdering.Kupikir bik Nah yang menghubungiku. Tak tahunya Pak Rukmana Assalamu'alaikum selamat sore Ibu Indar, sapa pak Rukmana dari seberang sana, Sehat Ibu Indar?"Alhamdulillah, Pak,Bagaimana Baby nya sehat, Bu,Alhamdulillah, aku sangat senang jika lelaki itu menanyakan anakku. Pak Rukmana memang begitu perhatian pada Putra walau ia belim pernah melihat secara langsung anakku itu.Begini Bu Indar, barang kan sudah selesai dimuat, saya ingin mengajak Bu Indar untuk makan malam, ya sekedar tanda wujud rasa syukur karena pekerjaan kita sudah selesai, Sebenarnya pengiriman barang memang sudah sukses dan selesai. Tapi sukses itu untuk pak Rukmana karena telah tugasnya sudah selesai mempersiapkan ikan kalengan yang terdiri dari enam pulih persen ikan tuna, yang konon banyak peminatnya di Jepang, serta empat puluh persennua cumi dan kepiting. Tapi sebagai pihak pengirim barang jelas aku belum bisa dikatakan sukses karena kapal yang berada dalam lingkup naungan perusahaan yang kupimpin ini masih dalam perjalanan.Halo ..Halo ya, Pak Rukmana,Tentu bukan malam ini saya minta waktu Ibu, saya tahu Ibu masih belum bisa meninggalkannya baby Ibu, kan, lagipula Ibu juga masih memantau perjalanan Kencana Dua yang membawa barang ke Jepang, Aku tersenyum, sungguh sangat mengerti lelaki itu akan jalan pemikiranku.Ya, Pak itu benar, aku mengakuinya.Baik Ibu saya bisa menunggu sampai Ibu punya waktu dan merasa bisa kita makan malam di luar,Oh InsyaAllah, Pak, terima kasih sudah mengundang saya, saat aku mematikan ponsel, tanpa sengaja aku menoleh ke ruangan dimana beberapa menit lalu aku meninggalkannya.Wow Aku melihat Prastia berdiri di ambang pintu yang terbuka karena sosoknya yang tinggi berdiri di sana.Tatapan Prastia padaku. Apakah dia sudah lama, ya berdiri di sana, dan apa bis mendengar suaraku yang membalas telepon pak Rukmana?Segera aku melangkah menjauhi depan ruangan pertemuan kami tadi. Tanpa mampir ke ruang kerjaku lagi aku pun bergegas ke tempat parkir.Hem sore sudah meremang, aku harus segera sampai di rumah. *Pov RukmanaKalau kulihat Indar itu perempuan kuat. Bayangkan hamil tanpa suami. Melahirkan tanpa ayah anaknya. Tapi kok tak pernah terlihat lelah dan selalu saja menunjukkan semangat juangnya.Dulu waktu masih jadi wakilnya mbak Prameswari aku tak terlalu kesemem, karena hanya sekedar tahu saja keadaannya dari adik sepupuku itu. Tapi setelah hampir sebulan mengenalnya, kok rasanya lain, ya.Sejak ditinggal Nina lima tahun lalu aku tak pernah tertarik pada perempuan. Fokus pada anak saja. Tapi begitu kenal dekat dengan Indar kok rasanya lain, ya, ada tasa bahagia walau hanya mengingat namanya saja.Mungkin ini yang namanya jatuh cinta. Ya rupanya aku sudah bisa jatuh cinta lagi pada perempuan setelah pengkhianatan Nina yang selingkuh di belakangku.Indar ... Oh kenapa aku jadi ingin bertemu dia secepatnya, ya?Oh jangan. Aku tak boleh memaksa kehendakku. Aku harus sabar menunggu sampai dia mau menerima undangan makan malamku. *Jadi Tuan mau bertemu Bibik, Nyonya?! Bik Nah menatapku yang sedang menyusui Putra.Ya katanya kangen, antara Prastia dan Bik Nah memang sudah saling kenal sebelum pernikahan kami. Karena Bik Nah ikut keluarga besar mantan suamiku selagi masih muda.Lalu Nyonya memberi alamat?Belum, Bik,Lalu bagaimana kalau minta alamat rumah ini, Nyonya?Gampang Bik Nah bisa kuantar ke tempat Prastia jika dia betul ibgin bertemu Bik Nah, tapi tolong rahasiakan tentang kami, kan dia lagi fokus sama istrinya yang sedang hamil,Tapi Nyonya yakin kalau yang bersama Tuan kemarin memang istrinya? Yang mengantar perempuan hamil ke dokter ya pasti suaminya, dong, Bik,Ya, Nyonya, berarti Tuan sudah menikah dan akan punya anak, ya, seru bik Nah seperti pada diri sendiri.Nah ya gitu, deh, lalu aku menyeka lembut bibir Putra dengan tissue bayi saat anakku sudah menjauhkan bibirnya dari puting susu ibunya.,Kenyang ganteng ...Anakku merespon dengan senyum dan bola matanya yang berpendar cerah.,Wih anak Mama harus sehat dan kuat, cepat besar ya sayang ... Jika diajak bicara bayiku ini akan menjawab dengan celotehnya yang masih aow aow. Tapi suaranya adalah penyemangat hidupku.Suara Putra kini diselingi tawa saat aku mengangkat tubuhnya mengajaknya bercanda.Sayang ...Tiba tiba ponselku berdering.Pak Prastia calling bacaan di layar ponselku membuaku tercekat.Untuk apa dia meneleponku? Bersambung
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan