
Uhuk-uhuk, maaf kalau kali ini Bab-nya agak mahal, karena YOU KNOW! 'lah ya ada ehem²-nya.
"Damn it! It's good...ahh!!!" Erang Devon menikmati sisa-sisa pelepasannya.
Ruby menggigit tangannya untuk meredam teriakannya. Gadis itu terengah-engah karena dia juga mendapatkan pelepasan keduanya.
Devon yang kembali pada kewarasannya menatap Ruby dengan tatapan yang sedikit menyesal. "Kamu bisa melukai dirimu sendiri," Devon menarik tangan Ruby.
Mata sayu dan lelah gadis itu membuat Devon tergerak mengecupnya. "Jangan menangis lagi, maafkan aku."
WARNING!!!
My Dirty Secrets
89
3
8
Berlanjut
Semua yang kulakukan ini berawal dari Mathias Devones, sahabat kakakku. Aku memiliki fantasi liar tentangnya, semua itu dikarenakan oleh bentuk tubuhnya yang begitu sempurna. Sebuah insiden kecil yang memalukan membuatku pernah melihatnya tanpa busana sehelai pun. Aku sangat malu dengan kejadian itu tapi sisi diriku yang lain begitu penasaran dengan hal itu, hingga akhirnya aku berakhir dengan fantasi liarku yang kutumpahkan di dalam novel. Semua itu benar-benar berasal hanya dari sebuah fantasi liar di dalam kepalaku saja. Sampai pada satu titik tanpa sengaja Mathias akhirnya mengetahui rahasia kotorku itu. Apakah yang akan terjadi jika dia tahu tulisanku itu terinspirasi oleh karena dirinya?Sial aku malu, tapi godaannya terlalu besar untuk kuabaikan ditambah lagi aku mulai buntu untuk mencari inspirasi untuk tulisanku, aku butuh pengalaman yang sesungguhnya!"Berbahaya jika kamu mencari pengalaman di luar sana. Bukankah lebih baik kamu bertanya saja padaku? Aku akan menjawab semua pertanyaanmu, aku juga bisa menunjukan hal-hal dewasa padamu jika kamu mau. Dengan begitu kamu akan lebih banyak memiliki pengalaman dengan pria sungguhan...."Mathias, kau sudah gila karena bermain api dengan adik sahabatmu sendiri. dan kau Ruby...kau jauh lebih gila lagi karena menerima usulannya itu. Martin pasti akan membunuh kita berdua!New Story By. Renny Sande
Genre : Adult Romance 🔞🔞🔞
2,126 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
#Adult#Agresif#Bedausia#Cinta#Dewasa#Dirty#Fiksi#Kakak#Kiss#Love#Noveldewasa#Perjodohan#Romansa#Secrets
Selanjutnya
Karina's Heart - Bab 15, 16, Epilog, Extra Part (TAMAT)
0
0
Akhirnya Dimas tahu juga kalau Karin pernah hampir b*dir karenanya. Puk-puk Karin…😭💔❤️🩹Dosa besar apa?Itu bukan salah Dimas, semua itu salah Karin, Pa…tolong jangan salahin Dimas, dia nggak tahu apa-apa.Apa maksud dari semua ini Karin, apa yang tidak aku ketahui?Kamu masih saja membelanya! Sadar Karin, pria ini yang sudah membuatmu hampir kehilangan nyawa karena kamu mencoba untuk bunuh diri!!!Apa!!!Bu--bunuh diri!!!Ayah Karin menghampiriku dan ia menarik kerah bajuku.Papa! Pekik Karin.KAMU TAHU, KAMU SUDAH MEMBUAT HIDUP ANAK SAYA HANCUR DAN SEKARANG KAMU BERANI SEKALI MUNCUL DI HADAPAN KAMI, DASAR BAJINGAN!!! Ucap ayahnya Karin dengan emosi yang sangat tinggi.Kenyataan yang diucapkan Om Bram benar-benar menghantam tubuhku terutama hatiku.Bunuh diri?Apa benar, Karin pernah melakukan hal itu karena aku, tapi kenapa?Apa karena….Belum sempat aku mencerna semua itu, pukulan kedua, ketiga dan seterusnya kembali menghantamku dan kali ini tak main-main, pukulannya membuat beberapa bagian tubuhku terasa remuk bahkan ada darah yang mengucur dari pelipisku.Aku tidak bisa melawan karena aku tidak tahu apa yang saat ini tengah aku hadapi. Entah mengapa rasanya aku patut mendapatkan pukulan-pukulan itu.•••••Berapa kali? tanyakuApa? bingungnya.Kamu mencoba melukai dirimu sendiri? Karin tertegu mendengar pertanyaanku.Kulihat ia berusaha menyembunyikan lengan kirinya di belakang punggungnya. Aku menarik tangan Karin yang ia sembunyikan dariku.Aku melihat ada jam tangan silver yang melingkar di pergelangan tangannya dan aku berusaha untuk melepaskan jam tangan itu.Dimas! Karin berusaha mencegahku, namun aku tak menggubrisnya.Aku terkejut saat melihat ada dua bekas luka sayatan di pergelangan tangannya, jadi selama ini dia menutupi lukanya itu dengan jam tangannya. Pantas aku tidak pernah tahu adanya luka itu.Karin sempat menarik lengannya itu tapi aku mencekalnya kuat. Aku menatap Karin dangan tatapan sendu, tapi menyelidik.Dua? tanyaku.Seperti mengerti apa maksudku ia menunduk lalu berkata, tiga, yang satu pakai obat penenang, jujur Karin dengan suara lirih.Ia menunduk tak mau menatap mataku yang saat ini terlihat sedang menatapnya.Aku mengecup bekas luka sayatan di pergelangan tangannya dan hal itu membuat Karin membekap mulutnya dengan tangannya yang lain, gadisku itu menitikkan air matanya saat aku memperlakukan tangannya seperti itu.Jangan pernah lakukan hal itu lagi, dan jangan pernah berpikir akan melakukannya lagi!
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan
