
“Itu lah ibu kelewat jujur. Punya tabungan bilang-bilang. Jadi dirampok Bapak." Rafi
Hanum dan dua anaknya sudah kembali ke rumah. Hanum terduduk di sofa dengan lemah. Sibuk berpikir, apa yang harus dilakukan selanjutnya.
“Pinjem hape ibu.” Rafa duduk disebelah kanan Ibunya.
Ibunya memberikan “Kamu mau ngapain?”
“Yang jelas nggak mungkin telpon bapak bu.” Rafi nyeletuk.Ia duduk disebelah kiri Ibunya.
“Iya harus dateng kita besok pagi. Minta maaf sama bapak.” Mungkin Hanum memang harus merendahkan dirinya walau suaminya yang salah.
“Ngapain? Ibu nih.” Rafa mengetik di halaman Google nama kantor bapaknya.
“Ya terus makan hari hari kita gimana kalau bapak nggak ngasih?” Ibunya balik nanya.
“Ibu nggak ada tabungan?” Rafi menoleh ke Ibunya.
“Gimana mau nabung. Tiap nabung dipinjem bapak buat ngamplopin undangan atau nraktir temen. Bilang mau diganti tapi nggak di ganti ganti."
“Itu lah ibu kelewat jujur. Punya tabungan bilang-bilang. Jadi dirampok bapak." Rafi pikir Ibunya kelewat baik sampai nggak sadar dibodohin Bapaknya.
“Iya ibu salah.” bahu Hanum merosot. Ia sadar Ia tak seharusnya mengalah selama ini. Harusnya dari dulu Ia memprotes ketidak adilan di dalam rumah tangganya. Bukan menunggu seperti sekarang. Menunggu Panji selingkuh baru menyadari kalau Ia dipihak yang disalahkan dan dirugikan.
“Ketemu.” Rafa menjentikkan jari.
“Apanya yang ketemu?” Ibunya bingung.
“Ini alamat kantor pusatnya.” Rafa menunjukkan alamat kantor di halaman Google.
“Kita kesana?” Ibunya bertanya ke Rafa.
“Kita kesana. Tapi nggak hari ini. Besok pagi. Bos biasanya meeting kalo siang ke sore.” Rafi yang menjawab.
“Kamu sok tau.” Ibunya melirik Rafi.
“Lha guru guru di sekolah Rafi aja meeting kalau siang. Nggak pernah pas jam masuk sekolah. Di kantor pasti nggak beda." Rafi jelasin.
“Bosnya kan kita nggak tahu.” Ibunya ragu. Masa iya ujuk ujuk datang ke lobby kantor tanpa tahu siapa yang mau ditemui.
“Bosnya udah ketemu.” Rafa mengetik ulang di google CEO Doosan Corporate. Ia lalu menunjukkan pada Ibunya.
Ibunya membaca nama yang ada “Hyun Shik. Kaya nama orang korea.”
“Dari nama perusahaannya juga udah ketahuan Bu perusahaan korea.”
“Lha kalau kita kesana terus ketemu bosnya, ibu mau ngomong apa? ibu kan nggak bisa bahasa korea.” Hanum panik.
“Dia nggak mungkin nggak bisa bahasa indonesia Bu. Bisa dibodohin orang indonesia kalau dia nggak mau belajar bahasa kita.” Rafi nyeletuk.
“Ah kamu sok pinter lagi.”
“Udah yang penting ibu jangan nyerah dulu. Besok pagi kita datengin bos bapak. Kalaupun dia nggak bisa bahasa indonesia kita bisa pakai google translate.” Rafa menenangkan ibunya.
“Kalian ikut kan?”
“Ya ikut. Emang ibu mau ditemenin tetangga?” Rafa balik nanya.
“Nggak. Ibu nggak mau jadi bahan ghibah.”
“Pas. Sekarang Rafa bikinin indomi ibu dulu. Ibu pasti laper.”
Hanum mengerjapkan mata “Ya allah Fa, Fi. Kalian emang bener bener anak ibu.” Hanum merentangkan tangan kanan kiri memeluk mereka dan mencium kedua anaknya bergantian. Beruntung Ia punya anak yang ngerti penderitaan ibunya. Mungkin kalau nggak dia cuma bisa mengalah dan pasrah dianiaya suami kaya sekarang.
BERSAMBUNG
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
