
"Bu! Ibu!" teriak Fatiya.
Tidak lama kemudian pintu kamar terbuka, menampilkan Bu Dian yang menatap datar sang menantu. Seakan tidak peduli dengan raut wajah ketakutan Fatiya, Bu Dian malah beralih mengusap perut Fatiya lembut. Tetapi lambat laun usapan itu semakin kuat dan berubah menjadi remasan, membuat Fatiya meringis kesakitan.
"Bu sakit, Bu," ringis Fatiya seraya memegangi perutnya.
"Tumbal!"
TANDA TUMBAL
26
2
24
Selesai
Berawal dari pesan masuk di Facebook, ia (narasumber) menceritakan pengalaman hidupnya. Namun untuk menuliskan ceritanya tidak semudah yang dibayangkan.
Akan ada kontroversi dari segi tempat yang bisa dibilang tidak bisa disinggung oleh khalayak umum.Hanya ada satu cara untuk menyampaikan ceritanya, dengan merubah jalan cerita agar tidak terlalu sama, seting waktu dan tempat, serta penambahan bumbu untuk memperindah ceritanya.Namun Inti dari ceritanya tetap sama, dan nyata atau tidaknya cerita ini, yang terpenting akan diceritakan lewat tulisan.Untuk ceritanya sendiri, akan Rama update duluan di
@karyakarsa_id
Jadi mohon dukungannya buat teman-teman sekalian, agar Rama makin bersemangat.
1,013 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
#6 TANDA TUMBAL - Part 6 (Lara)
1
0
Di mana sekarang terlihat gumpalan asap hitam yang semakin lama semakin banyak dan menggumpal padat. Hingga lama kelamaan gumpalan asap itu mulai membentuk wujud. Terpampanglah sekarang sosok hitam besar dan berbulu lebat yang tengah menyeringai di sana. Taring panjangnya dan mata merah itu rupanya tidak membuat Bu Dian gentar. Malah, wanita paruh baya itu menyambut sosok tersebut dengan senyum menawannya.Puas e aku sek mbengi iki, Dian, (Puaskan aku dulu malam ini, Dian,) ucap sosok itu.Opo wae, sing penting aku bakal oleh duit akeh, (Apa saja, yang penting aku akan dapat uang banyak,) balas Bu Dian.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan